Di bawah rindangnya pohon mangga di halaman SDN 2 Banawa, Donggala, suasana penuh kehangatan tampak saat jam makan siang tiba. Para siswa duduk rapi, masing-masing memegang piring berisi nasi hangat, lauk ayam goreng, tempe, telur, sayur segar, dan segelas susu.
Gelak tawa kecil mengiringi suara sendok yang beradu dengan piring. Mereka menyantap hidangan bergizi dengan lahap, menunjukkan antusiasme mereka terhadap menu hari itu. Salah satu dari mereka, Khalil Gibran, dengan ceria menyatakan kegembiraannya.
"Saya senang ya dengan makanan ini, ada ayam, tempe, telur, nasi, sayur, sama susu. Saya senang sekali dapat makanan ini, apa ini makanan bergizi," ujar Gibran, Kamis, 9 Januari 2025, sebagaimana dikutip dari Info Sulteng.
Gibran adalah siswa kelas empat SDN 2 Banawa, sekolah yang kini menjadi percontohan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Sulawesi Tengah.
Program MBG yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto ini telah berjalan di berbagai wilayah Indonesia sejak 6 Januari 2025. Namun, Sulawesi Tengah menjadi satu-satunya provinsi di Pulau Sulawesi yang belum melaksanakan program tersebut secara serentak.
Di wilayah ini, program masih dalam tahap uji coba. Pelaksanaan pertama dilakukan bertepatan dengan kunjungan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Abchandra Muhammad Akbar Supratman, ke Kabupaten Donggala.
Sebanyak 180 siswa SDN 2 Banawa menjadi peserta pertama dalam laga uji coba ini. Gubernur Sulawesi Tengah, Rusdy Mastura, dan Penjabat Bupati Donggala, Moh Rifani, turut mendampingi kunjungan Abchandra.
Dalam kunjungannya, Abchandra menyampaikan bahwa pemerintah Sulawesi Tengah siap melaksanakan program MBG, meski beberapa tantangan masih harus diatasi.
"Prinsipnya, Sulawesi Tengah siap menjalankan program Presiden Prabowo dan Mas Gibran. Sebentar kita akan mengecek apa saja yang menjadi kendala, karena ini program baru," ujar Abchandra saat memberikan keterangan pers di Kantor Gubernur Sulawesi Tengah, Rabu, 8 Januari 2025.
Ia menambahkan bahwa pelaksanaan program MBG di Sulawesi Tengah akan melibatkan sejumlah sekolah, termasuk SMK Negeri 1 Palu dan SMA Negeri 2 Palu. Lebih lanjut, ia juga mengungkapkan bahwa program ini sepenuhnya didanai oleh pemerintah pusat dan Badan Gizi Nasional (BGN), tanpa membebani anggaran daerah.
"Pemerintah pusat telah menyiapkan tiga konsep untuk mendukung program ini, salah satunya adalah melibatkan pihak swasta. Program ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan asupan gizi, tetapi juga sebagai langkah strategis meningkatkan kualitas pendidikan melalui dukungan kesehatan siswa," jelasnya.
Kegiatan uji coba ini menjadi peluang emas bagi Sulawesi Tengah untuk menimba pengalaman dari provinsi lain yang telah lebih dulu melaksanakan program MBG. Dari isu teknis seperti aroma makanan yang tidak sedap hingga kelayakan kandungan gizi, semua menjadi pelajaran penting untuk menyempurnakan pelaksanaan di masa mendatang.
Seperti yang pernah diungkapkan oleh Dr. Tan, seorang pakar gizi, keberhasilan program seperti MBG sangat bergantung pada penerapan metode Hazard Analysis Critical and Control Point (HACCP). Dr. Tan menekankan pentingnya pengawasan ketat di setiap tahap, mulai dari pemilihan bahan baku segar, proses masak yang higienis, hingga distribusi makanan yang tepat waktu.
"Yang paling penting adalah menjaga makanan tetap aman dikonsumsi. Jangan sampai makanan dibiarkan di suhu ruang lebih dari dua jam, karena risiko kontaminasi bakteri sangat tinggi," tutur Dr. Tan dalam sebuah wawancara.
Ia juga menekankan bahwa program makanan bergizi seperti MBG bukan hanya soal memberikan makan kepada anak-anak, tetapi juga soal membangun kepercayaan. "Ketika anak-anak percaya bahwa makanan yang diberikan aman dan bergizi, mereka akan lebih termotivasi untuk belajar," tambahnya.
Di SDN 2 Banawa, laga uji coba ini tampaknya telah mencuri perhatian banyak pihak. Para siswa, seperti Gibran, merasa puas dengan menu yang disajikan. Guru-guru di sekolah pun mengapresiasi langkah pemerintah untuk mulai melibatkan Sulawesi Tengah dalam program ini.
Namun, seperti dalam pertandingan sepak bola, laga uji coba ini tentu tidak luput dari evaluasi. Beberapa orang tua berharap pemerintah dan penyedia makanan lebih memperhatikan kualitas makanan, mulai dari rasa hingga presentasi.
Sebab, meski niat baik sudah ada, keberhasilan program hanya akan terwujud jika pelaksanaan teknisnya benar-benar matang.
Ketika ditanya pendapatnya tentang program ini, Gibran hanya tersenyum sambil menghabiskan suapan terakhir di piringnya. "Kalau begini terus, saya senang," katanya singkat, namun penuh makna.
Program MBG di Sulawesi Tengah kini menjadi semacam harapan baru. Meski masih ada beberapa tantangan yang harus diatasi, laga uji coba ini sudah memberikan secercah optimisme. Dengan kerja sama antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat, program ini diharapkan mampu mencetak "gol" besar dalam meningkatkan kualitas hidup generasi muda di seluruh Indonesia.
Dan seperti halnya pertandingan yang membutuhkan strategi dan disiplin, pelaksanaan program MBG pun menuntut hal serupa. Karena pada akhirnya, setiap piring makanan bergizi yang tersaji di hadapan anak-anak adalah simbol dari masa depan yang sehat dan cerah.
Di SDN 2 Banawa, Donggala, hari itu, "gol" pertama telah tercetak, membawa senyum di wajah anak-anak, dan harapan di hati para orang tua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H