Mohon tunggu...
Ikhsan Madjido
Ikhsan Madjido Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis, traveling, fotografi

Mengabadikan momen dengan kalimat, dan merangkai emosi dalam paragraf

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sepiring Assist Gizi, Gol untuk Generasi Sehat

9 Januari 2025   15:52 Diperbarui: 9 Januari 2025   16:24 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepiring assist gizi, gol untuk generasi sehat  (kompas.com/irwan nugraha)

Di pagi yang penuh semangat, sebuah sekolah di Noelbaki NTT menjadi saksi cerita yang teranyam dari harapan dan keluhan. Program Makanan Bergizi Gratis (MBG), yang diinisiasi dengan niat mulia, hari itu menghadirkan rasa masam di hati para orang tua.

Sebagian siswa di SDK Santo Yoseph Noelbaki mengeluhkan makanan yang disajikan, yang menurut mereka memiliki aroma tak sedap. Ada yang bahkan menyebutnya sudah tak layak konsumsi. Kisah ini mencuat seperti aroma tak diundang, mengundang perhatian banyak pihak.

Vincent Missa, seorang ayah dari dua anak yang bersekolah di SDK tersebut, mengisahkan keluhan anak-anaknya dengan nada prihatin. Mereka menyebut lauk yang mereka santap memiliki aroma yang ganjil, mengurangi nafsu makan mereka.

Vincent menyebutkan bahwa bahkan ada siswa lain yang mengalami mual dan menangis setelah mencoba makanan tersebut. "Kasihan mereka," ucapnya, seraya berharap agar insiden ini menjadi pembelajaran.

Namun, seperti segala hal di dunia ini, kisah ini memiliki dua sisi. Seorang guru di SDK St. Yoseph Noelbaki membantah bahwa makanan yang dibagikan benar-benar basi. "Mungkin hanya aromanya saja yang kurang sedap," katanya.

Ia menambahkan bahwa panas yang terperangkap saat makanan dikemas bisa menjadi penyebab aroma tersebut. Bahkan, Kepala Sekolah Marianus Redemtus menyatakan tidak ada laporan resmi dari guru, orang tua, atau siswa mengenai makanan yang rusak.

Cerita tentang makanan yang "beraroma ganjil" ini menjadi lebih dari sekadar isu teknis. Ia menjadi refleksi tentang betapa rentannya rantai niat baik yang panjang: dari penyedia bahan baku, proses pengolahan, hingga distribusi makanan. Setiap langkah adalah peluang untuk berhasil --- atau, sayangnya, untuk terjatuh.

Dr. Tan, seorang pakar gizi, memberikan perspektif yang menenangkan tetapi juga menantang. Ia menyebut pentingnya penerapan metode Hazard Analysis Critical and Control Point (HACCP) dalam memastikan kualitas makanan.

Dimulai dari pemilihan bahan baku yang segar hingga pengemasan dan distribusi, setiap tahap memiliki perannya sendiri. Ia menekankan bahwa makanan yang dibiarkan di suhu ruang lebih dari dua jam rentan terhadap kontaminasi. Kata-katanya menggarisbawahi bahwa niat baik saja tidak cukup; perlu ada kedisiplinan dan kehati-hatian di setiap langkah.

Namun, apa artinya semua ini bagi seorang anak kecil yang hanya ingin menikmati makan siangnya di sekolah? Apa artinya bagi seorang ayah yang bekerja keras sepanjang hari, berharap bahwa makanan yang dibawa pulang oleh program ini akan menjadi berkah, bukan beban?

Harapan mereka sederhana --- makanan yang lezat, sehat, dan aman. Dalam harapan sederhana itu, ada keinginan besar: sebuah masa depan yang lebih baik, sebuah dunia yang lebih peduli.

Dalam percakapan ini, kita melihat kompleksitas yang sering tersembunyi di balik hal-hal yang tampak sederhana. Program MBG bukan hanya tentang menyediakan makanan; ia adalah tentang membangun kepercayaan.

Ia adalah tentang meyakinkan orang tua bahwa anak-anak mereka akan mendapat yang terbaik, tentang menunjukkan bahwa pemerintah dan masyarakat benar-benar peduli.

Bagi Vincent dan para orang tua lainnya, harapan mereka kini tergantung pada tindakan nyata. Mereka ingin para guru lebih cermat memeriksa makanan sebelum disajikan. Mereka ingin penyedia makanan memastikan setiap hidangan layak konsumsi, bukan sekadar formalitas program.

Di sisi lain, bagi para penyedia makanan, cerita ini adalah peluang untuk refleksi. Ini adalah kesempatan untuk memperbaiki standar, untuk menunjukkan bahwa mereka memahami tanggung jawab besar yang ada di tangan mereka. Bagi pemerintah, ini adalah pengingat bahwa program sebaik apa pun tetap membutuhkan pengawasan dan evaluasi yang terus-menerus.

Namun, mari kita tidak hanya melihat sisi kritik. Program MBG adalah ide yang luar biasa. Ia adalah upaya nyata untuk memastikan anak-anak di Indonesia mendapatkan gizi yang mereka butuhkan untuk tumbuh dan belajar.

Ia adalah simbol harapan di tengah tantangan. Dan seperti semua hal baik, ia membutuhkan waktu dan kerja keras untuk benar-benar mencapai potensi penuhnya.

Ia adalah assist yang membawa bola ke depan, membuka peluang untuk mencetak gol bagi kesehatan dan pendidikan anak-anak Indonesia.

Aroma asa di Noelbaki hari itu mungkin terasa ganjil. Tapi di baliknya, ada pelajaran yang bisa kita ambil. Bahwa kebaikan, seperti makanan bergizi, perlu diracik dengan hati-hati. Bahwa niat baik, seperti lauk yang lezat, perlu disajikan dengan penuh cinta. Dan bahwa harapan, seperti aroma yang harum, hanya akan muncul jika kita semua, dari penyedia hingga penerima, bekerja bersama untuk menciptakan sesuatu yang lebih baik.

Hari ini, mungkin ada aroma yang terasa asing. Tapi dengan langkah-langkah yang tepat, siapa tahu, esok hari aroma itu akan berubah menjadi wangi yang menenangkan.

Wangi dari sebuah program yang benar-benar memberikan yang terbaik untuk mereka yang paling membutuhkan. Karena di Noelbaki, harapan tetap hidup, meskipun dalam aroma yang belum sempurna.

Dengan langkah yang lebih terukur dan perbaikan sistem yang berkesinambungan, program ini dapat menjadi lebih baik. Harapannya, tidak ada lagi aroma ganjil yang mengganggu, hanya kelezatan yang menyehatkan. Karena setiap piring makanan yang sehat adalah sebuah gol untuk generasi yang lebih kuat.

Di Noelbaki, harapan tetap hidup. Seperti dalam sepak bola, setiap assist adalah bagian dari perjalanan menuju kemenangan. Dan kemenangan itu, seperti sepiring makanan bergizi, adalah hak setiap anak untuk merasakannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun