Meta, perusahaan induk Facebook, kembali bikin heboh setelah mengumumkan pembaruan besar-besaran pada kebijakan moderasi kontennya. Pengumuman ini datang dengan paket kebijakan baru yang, percaya atau tidak, malah mempersilakan pengguna untuk menyebut perempuan sebagai "perabot rumah tangga" atau "milik seseorang." Ya, Anda nggak salah baca.
Dilansir dari CNN, kebijakan baru ini muncul pada Selasa (3/1/2025) dengan dalih mendukung visi CEO Mark Zuckerberg untuk "kebebasan berekspresi." Tapi, kebebasan macam apa ini? Meta juga membolehkan komentar yang merujuk pada transgender atau orang non-biner sebagai "itu."
Kalau sebelumnya komentar semacam ini langsung dihapus, sekarang mereka malah diizinkan bertebaran. Kebijakan baru ini juga membuka pintu untuk tuduhan tentang "gangguan mental" berdasarkan gender atau orientasi seksual, yang katanya sih sesuai dengan "diskursus politik dan agama."
Tentu saja, pembaruan ini langsung mengundang reaksi keras. Banyak yang bertanya-tanya apakah Meta sedang mencoba menjadi jejaring sosial atau malah platform pelampiasan kebencian.
Selain itu, Meta juga menghapus jaringan pemeriksa fakta independen di Amerika Serikat. Jadi, siapa yang akan memastikan berita palsu nggak menyebar? Meta menyerahkannya pada "catatan komunitas," semacam komentar tambahan dari pengguna lain untuk memberi konteks pada postingan. Ini seperti memberi pisau tumpul pada tukang daging---nggak efektif sama sekali.
Sementara itu, sistem otomatis Meta yang selama ini memindai pelanggaran juga akan disesuaikan. Tapi jangan terlalu senang dulu. Fokusnya sekarang hanya pada pelanggaran ekstrem, seperti eksploitasi seksual anak dan terorisme. Pelanggaran lain yang nggak masuk kategori ekstrem? Ya, bisa jadi lolos begitu saja.
Mark Zuckerberg bahkan terang-terangan mengakui bahwa pendekatan baru ini memang berarti "kami akan menangkap lebih sedikit konten buruk, tetapi kami juga akan mengurangi jumlah postingan dan akun yang salah diturunkan."
Terjemahan bebasnya: "Maaf kalau nanti banyak hal buruk lolos, tapi setidaknya akun nenek-nenek yang cuma salah pencet nggak bakal dihapus lagi."
Juru bicara Meta buru-buru menenangkan publik dengan mengatakan bahwa kebijakan baru ini tetap melarang serangan terhadap kelompok tertentu berdasarkan etnis, ras, atau agama. Tapi, kalau soal gender? Ya, itu cerita lain. Meta bahkan menghapus larangan terhadap pernyataan yang menyangkal keberadaan kelompok yang dilindungi.
Kebijakan ini disambut gembira oleh Donald Trump, yang mengklaim bahwa perubahan ini "mungkin" terjadi karena ancamannya kepada Zuckerberg di masa lalu. Apakah ini benar? Hanya mereka berdua yang tahu. Yang jelas, banyak pakar menilai bahwa perubahan ini berpotensi memicu ledakan klaim palsu dan ujaran kebencian di platform Meta.
Seperti nggak cukup, Meta juga memperbarui kebijakan tentang "misinformasi" dengan menghapus jaringan pemeriksa fakta independen di AS. Alih-alih, Meta menyerahkan tugas berat ini pada pengguna biasa. Bayangkan: berita palsu yang disanggah oleh komentar-komentar pengguna lain. Siapa yang percaya?
Bagi para perempuan dan kelompok minoritas, kebijakan ini terasa seperti mimpi buruk. Bagaimana mungkin sebuah perusahaan teknologi raksasa seperti Meta justru memberi ruang lebih besar untuk ujaran kebencian dan diskriminasi?
Jika Meta berharap bahwa ini adalah cara untuk mendukung kebebasan berekspresi, mereka mungkin lupa bahwa kebebasan itu juga harus datang dengan tanggung jawab.
Alih-alih menciptakan ruang aman untuk berdiskusi, kebijakan baru ini justru berisiko menciptakan lingkungan yang toksik dan penuh kebencian.
Jadi, apa langkah selanjutnya? Apakah pengguna akan memboikot? Atau, apakah ini hanya akan menjadi norma baru di dunia media sosial? Yang pasti, dengan kebijakan baru ini, Meta telah mengambil langkah besar menuju era yang... yah, kacau.
Selamat datang di dunia di mana menyebut perempuan sebagai perabot rumah tangga bukan lagi pelanggaran, tapi kebebasan berekspresi. Ironi, bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H