Seperti nggak cukup, Meta juga memperbarui kebijakan tentang "misinformasi" dengan menghapus jaringan pemeriksa fakta independen di AS. Alih-alih, Meta menyerahkan tugas berat ini pada pengguna biasa. Bayangkan: berita palsu yang disanggah oleh komentar-komentar pengguna lain. Siapa yang percaya?
Bagi para perempuan dan kelompok minoritas, kebijakan ini terasa seperti mimpi buruk. Bagaimana mungkin sebuah perusahaan teknologi raksasa seperti Meta justru memberi ruang lebih besar untuk ujaran kebencian dan diskriminasi?
Jika Meta berharap bahwa ini adalah cara untuk mendukung kebebasan berekspresi, mereka mungkin lupa bahwa kebebasan itu juga harus datang dengan tanggung jawab.
Alih-alih menciptakan ruang aman untuk berdiskusi, kebijakan baru ini justru berisiko menciptakan lingkungan yang toksik dan penuh kebencian.
Jadi, apa langkah selanjutnya? Apakah pengguna akan memboikot? Atau, apakah ini hanya akan menjadi norma baru di dunia media sosial? Yang pasti, dengan kebijakan baru ini, Meta telah mengambil langkah besar menuju era yang... yah, kacau.
Selamat datang di dunia di mana menyebut perempuan sebagai perabot rumah tangga bukan lagi pelanggaran, tapi kebebasan berekspresi. Ironi, bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H