Mohon tunggu...
Ikhsan Madjido
Ikhsan Madjido Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis, traveling, fotografi

Mengabadikan momen dengan kalimat, dan merangkai emosi dalam paragraf

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi 'Powati' Suku Da'a: Jejak Leluhur di Ambang Senja

2 Januari 2025   17:05 Diperbarui: 2 Januari 2025   17:05 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi proses tradisi Powati dari suku Kaili Da'a (generated AI)

Suku Da'a, atau yang sering disebut sebagai Topo Da'a, merupakan kelompok etnis Suku Kaili yang bermukim di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat. Masyarakat suku ini sebagian besar hidup di daerah pegunungan, seperti Gunung Gawalise, serta di lembah-lembah Kabupaten Sigi dan Donggala.

Kehidupan mereka sangat bergantung pada alam, dengan padi ladang dan umbi-umbian seperti talas dan ubi kayu sebagai makanan pokok.

Di masa lalu, Suku Da'a mempraktikkan animisme, meyakini keberadaan roh-roh leluhur yang melindungi mereka. Namun, kepercayaan ini perlahan berubah seiring masuknya agama Kristen ke tanah mereka.

Tradisi Powati, yang dulunya menjadi bentuk penyunatan simbolik, kini sering kali digantikan oleh perayaan ulang tahun -- sebuah pengaruh modern yang melanda hampir setiap sudut kehidupan tradisional mereka.

Mengapa Powati Mulai Ditinggalkan?

Dalam perbincangan santai dengan Dekrius, seorang pemerhati budaya Suku Da'a, terungkap bahwa tradisi Powati kini sudah jarang dilaksanakan. "Bahannya banyak, sulit ditemukan, dan generasi muda tidak hafal lagi urutannya. Kalau salah-salah melaksanakan, bisa-bisa malah bencana," ungkapnya sembari menghela napas panjang. 

Selain itu, pandangan bahwa Powati bertentangan dengan ajaran agama turut memengaruhi penurunan popularitasnya.

Perayaan ulang tahun, dengan segala kesederhanaannya, menjadi alternatif yang lebih populer. Tidak perlu rumput wintu atau babi, hanya kue ulang tahun dan lilin yang cukup untuk membuat anak-anak tersenyum. Masyarakat modern Suku Da'a merasa bahwa tradisi baru ini lebih praktis dan relevan dengan kehidupan mereka sekarang.

Antara Tradisi dan Modernitas

Menyaksikan perubahan ini, ada perasaan ambivalen yang menghantui. Di satu sisi, perubahan adalah bagian tak terelakkan dari kehidupan. Namun di sisi lain, kehilangan tradisi seperti Powati berarti kehilangan identitas yang sudah terbentuk selama berabad-abad.

Dalam pelaksanaan Powati, ada nilai-nilai luhur seperti gotong-royong, rasa syukur, dan penghormatan kepada leluhur yang sulit digantikan oleh perayaan ulang tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun