Mohon tunggu...
Ikhsan Madjido
Ikhsan Madjido Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis, traveling, fotografi

Mengabadikan momen dengan kalimat, dan merangkai emosi dalam paragraf

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Advent Window & Wichteln: Tradisi Unik di Swiss pada Hari Natal

30 Desember 2024   15:21 Diperbarui: 30 Desember 2024   15:21 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Advent Window dan Wichteln: Tradisi Unik di Swiss pada Hari Natal (dok. pribadi Seraina Swiss)

Di sebuah desa kecil di Swiss, ada tradisi unik yang penuh kehangatan bernama advent window. Sebanyak 24 keluarga menghias jendela rumah mereka dengan dekorasi cantik.

Setiap malam selama masa Advent, warga desa berkumpul di depan salah satu jendela untuk bernyanyi bersama dan menikmati camilan ringan. Tradisi ini menciptakan suasana akrab di antara warga dan membawa semangat Natal ke seluruh lingkungan.

Selain advent window, Seraina, seorang warga Swiss, juga berbagi tentang tradisi lainnya yang dilakukan keluarganya, yaitu Wichteln. Dalam tradisi ini, setiap anggota keluarga memberikan satu hadiah kepada orang yang namanya telah diundi sebelumnya.

"Kami merasa sudah memiliki cukup banyak barang, jadi setiap orang hanya mendapatkan satu hadiah tahun ini," ungkapnya. Tradisi ini bukan hanya soal hadiah, tetapi tentang makna kebersamaan dan cinta.

Natal bagi Seraina dimulai jauh sebelum tanggal 24 Desember. Periode Advent menjadi momen penting yang membuka jalan menuju perayaan Natal. Di akhir November, ia memulai tradisi membuat sendiri karangan bunga Advent dengan empat lilin.

Lilin-lilin tersebut dinyalakan satu per satu setiap hari Minggu selama empat minggu sebelum Malam Natal, menciptakan suasana penuh harap dan kedamaian.

Pada tanggal 23 Desember, Seraina dan keluarganya membeli pohon Natal. Jika dekorasi rumah belum selesai, mereka melanjutkannya di hari itu. Keesokan paginya, mereka menghias pohon Natal bersama-sama sambil menyiapkan adegan kelahiran Yesus (nativity scene).

"Pada sore hari, kami pergi ke gereja bersama kakek-nenek dan banyak kerabat. Setelah itu, kami makan malam meriah di rumah, menyalakan lilin di pohon Natal, menyanyi bersama, dan saling memberikan hadiah," cerita Seraina.

Tradisi ini mempererat hubungan antaranggota keluarga dan menciptakan kenangan indah yang tak terlupakan.

Namun, perayaan Natal tidak berakhir di Malam Natal. Pada Hari Natal pertama, Seraina dan keluarganya menghabiskan waktu hanya dengan keluarga inti. Sementara pada Hari Natal kedua, mereka merayakannya dengan keluarga besar dari salah satu sisi, baik keluarga ibu maupun ayah.

Seraina mengakui bahwa mengatur waktu untuk merayakan dengan keluarga ayahnya yang tinggal di Jerman sering kali menjadi tantangan.

"Terkadang sulit untuk mengorganisasi semuanya, tetapi kami selalu berusaha," ujarnya.

Bagi Seraina, Natal bukanlah tentang pohon terbesar atau hadiah terbanyak, melainkan tentang kebersamaan dan cinta.

"Kesederhanaan ini membuat Natal terasa lebih bermakna," tambahnya. Ia juga mengenang masa kecilnya ketika orang tuanya menciptakan suasana Natal yang ajaib dengan berbagai elemen spesial. Walaupun Natal saat ini terasa berbeda, kehangatan dan kebersamaan tetap menjadi pusat perayaan dalam keluarganya.

Setiap keluarga memiliki tradisi masing-masing yang membuat Natal menjadi unik. Kisah Seraina mengingatkan kita bahwa esensi Natal bukan terletak pada kemewahan, tetapi pada cinta, kebersamaan, dan syukur atas apa yang kita miliki.

Jadi, bagaimana Anda akan merayakan Natal tahun ini? Apapun caranya, pastikan Anda melakukannya dengan penuh cinta dan kebersamaan, seperti yang dilakukan Seraina dan keluarganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun