Sungai yang Tak Pernah Habis Memberi
Bagi Suadi, Sungai Palupi adalah sumber berkah. Timbunan pasir yang terbawa arus dari hulu sungai seolah tak pernah habis. Pasir-pasir itu menjadi bahan dasar banyak bangunan di Palu dan Donggala.Â
Namun, untuk menjaga keberlanjutan pekerjaan mereka, Suadi dan rekan-rekannya sepakat menolak keberadaan alat berat di aliran sungai.
"Kami tidak ingin alat berat masuk. Kalau itu terjadi, habislah kami," tuturnya tegas.
Di sepanjang aliran sungai, dari Palupi hingga bendungan misterius Balane Kabupaten Sigi, Suadi tidak sendiri. Ada puluhan buser lain yang menjalani kehidupan serupa. Mereka datang dari berbagai wilayah, mulai dari Palupi, Pengavu, hingga Sigi dan Donggala.
Harapan di Tengah Perjuangan
Pandemi Covid-19 sempat menjadi pukulan berat bagi Suadi dan rekan-rekannya. Saat itu, permintaan pasir menurun drastis, dan mereka harus memutar otak untuk bertahan hidup. Namun kini, keadaan berangsur normal, dan Suadi kembali dapat mengandalkan pekerjaannya sebagai buser.
Ketika ditanya sampai kapan ia akan terus menyekop pasir, Suadi hanya mengangkat bahu dan tersenyum.
"Selama masih ada yang pesan pasir, saya akan terus kerja. Ini semua demi anak-anak, demi keluarga," ucapnya dengan suara mantap.
Cerita Suadi adalah potret perjuangan tak kenal lelah seorang ayah yang rela berpanas-panasan di bawah matahari atau bergelut dengan dinginnya air sungai demi memenuhi kebutuhan keluarga.
Sebuah perjuangan yang sederhana, namun penuh dengan nilai kehidupan: kerja keras, kesyukuran, dan cinta tanpa syarat.