Dalam sebuah kajian online yang disiarkan melalui YouTube Sidratul Muntaha, Jama'ah Tauhid Robbani mengajukan pertanyaan yang menarik sekaligus mendalam kepada ustad Iswardi, S.Ag., pembina Tauhid Robbani.Â
Mereka bertanya tentang bentuk ruh manusia setelah meninggal dunia: apakah tetap sama seperti di dunia atau berubah?
Pertanyaan dari Jama'ah:
"Ketika seseorang meninggal dunia, apakah ruhnya berbentuk sama untuk setiap orang, atau berbeda-beda?"
Jawaban Ustad Iswardi, S.Ag.:
Ustad Iswardi menjelaskan bahwa ruh adalah bagian dari rahasia Allah, sehingga tidak dipengaruhi oleh usia, waktu, maupun zaman. Beliau menjelaskan beberapa poin menarik:
- Ruh yang Tetap Sama, Namun Lebih Sempurna
Saat seseorang meninggal, ruhnya tetap memiliki bentuk yang sama seperti saat di dunia. Namun, penampilan ruh menjadi lebih indah dan sempurna. Ruh tidak lagi memiliki kulit, daging, tulang, atau darah seperti tubuh fisik, melainkan berupa tubuh halus yang serupa dengan wujudnya di dunia. - Ruh sebagai Cerminan Cahaya Ilahi
Di dunia, manusia memiliki tubuh fisik sebagai "wadah" sementara, tetapi setelah meninggal, ruh kembali menjadi tubuh yang halus. Hakikatnya tetap satu, yaitu manifestasi keindahan dan rahasia Allah.
      Ruh manusia adalah bagian dari rahasia Allah. Sebagaimana Allah adalah cahaya langit dan bumi (Allahu nurus-samawati wal-        ard(i)), kesempurnaan Allah tercermin dalam diri manusia. Di dunia, manusia memiliki tubuh jasmani, namun setelah        meninggal, manusia memiliki tubuh halus. Hakikatnya tetap satu, yaitu manifestasi (tajjali) dari wujud dan rupa Allah.
Â
Contoh Ilmu Titik
Untuk menjelaskan lebih mudah, ustad Iswardi menggunakan analogi ilmu titik. Bayangkan titik sebagai dasar dari segala huruf. Huruf A, B, atau C memiliki bentuk yang berbeda, tetapi semuanya berasal dari satu titik. Begitu pula manusia, meskipun berbeda bentuk dan rupa, hakekatnya adalah rahasia Allah. Ruh setiap insan mencerminkan satu hakekat yang sama, yaitu Allah.
Melihat Allah di Balik Segala Rupa
Beliau juga mengingatkan agar kita tidak hanya melihat apa yang tampak di mata fisik, tetapi mencoba memahami kehadiran Allah di balik setiap bentuk. Jangan terpaku pada apa yang terlihat oleh mata jasmani, tetapi pandanglah hakekat Allah di balik segala wujud.Â
Ketika manusia mampu melihat Allah di balik segala bentuk, mereka akan memahami konsep "minafsi wahidah," yakni kesatuan diri dengan Allah: "Engkau adalah Aku, dan Aku adalah Engkau."
Rahmatan Lil Alamin
Pemahaman ini mendorong kita untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Dengan menyadari bahwa setiap manusia adalah cerminan rahasia Allah, kita akan lebih mudah menjalani hidup dengan kasih, toleransi, dan kedamaian.
Kesimpulan
Ruh manusia adalah refleksi keindahan Allah yang kekal dan tidak berubah meskipun berpindah dari dunia ke alam akhirat. Penjelasan ini mengajarkan kita untuk lebih mengenal hakikat ruh dan memandang kehadiran Ilahi dalam segala aspek kehidupan.
Ruh manusia adalah cerminan sempurna dari rahasia Ilahi, yang kekal dan tidak berubah bentuk walaupun berpindah dari dunia ke alam akhirat. Penjelasan Ustad Iswardi ini tidak hanya memperluas wawasan tentang hakikat ruh, tetapi juga mengajarkan manusia untuk memandang Allah di balik setiap wujud, sehingga dapat mencapai kesadaran spiritual yang lebih tinggi.
Dalam kajian ini, Jama'ah Tauhid Robbani mendapatkan pencerahan mendalam tentang ruh dan hakekat kehidupan, membuka pintu bagi pemahaman bahwa setiap insan adalah manifestasi dari keagungan Allah yang Maha Esa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H