Pemimpin yang hanya suka "mengajun" (mengatur) orang sedangkan dirinya tidak mampu berbuat apa-apa. Dalam masyarakat Melayu dikatakan "apabila pemimpin yang suka mengajun, tidak akan kekal sampai setahun" atau dikatakan "apabila pemimpin banyak ajunnya, alamat memimpin tidak akan lama".
Masyarakat Melayu dalam tradisinya yang sudah turun temurun sehingga hari ini dapat mengambil contoh, bahwa pemimpin yang sangat selektif, karena denga nadanya pemimpin yang ideal itu didambakan oleh masyarakat Melayu. Sebab pemimpin itu ialah "didahulukan selangkah, ditinggikan seranting, diberikan amanah dan petuah, diberikan kepercayaan dan kuasa, supaya bercakap lidahnya masin, supaya melanggang tidak terpepas, supaya melangkah tidak terhalang.
Jadi bila hendak menjadi dan memilih pemimpin hendaknya memilih pemimpin yang "beriman dan kepada agama Islam, terhindar dari akal yang tidak senono atau amoral, taatnya tidak berbagi-bagi, setianya tiidak berparoh hati, tabah bersusah, mau berugi, teguh kokoh memegang janji, duduk memangku telaga budi."
Â
 Ditulis oleh : M Ikhsan Saputra, Dr. Sarwandi M.Pd.I
VI. DAFTAR PUSTAKA
Hamdy. (1999). Islam dan Masyarakat Melayu Riau Pekanbaru. UIR Press, 207.
Hamdy. (2000). Masyarakat Adat Kuantan Singingi. UIR Press Pekanbaru, 147.
Juswandi. (2012). Pemimpin yang Ideal dalam Masyarakat Melayu. Jurnal Ilmu Budaya, 49.
M.Ag, H. A. (2020, Juni 25). Diambil kembali dari MUI Bangka Bengkalis: https://muibengkalis.or.id/web/detailberita/11/pemimpin-dalam-persfektif-orang-melayu-bagian-1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H