Mohon tunggu...
Ikhsan Brilianto
Ikhsan Brilianto Mohon Tunggu... Akuntan - Pemerhati kata di luar jam kerja, pemerhati angka di saat kerja

Mungkin akan banyak berbicara tentang curahan hati "sambat" atau analisis tentang ekonomi dan keuangan

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Pandemi yang membawa banyak "Pertama Kali"

2 November 2020   00:25 Diperbarui: 7 November 2020   23:34 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melalui daring saya "Pertama Kali" ber-Stand Up Comedy

Diibaratkan pemasukan dan pengeluaran itu adalah ember. Maka, kita harus bisa mengidentifikasi keran sebagai pemasukan itu darimana saja. Kemudian, bocoran ember yang dapat mengurasi isi ember itu darimana saja. Termasuk juga untuk dapat dengan sadar membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Digambarkan dengan sederhana, memiliki motor untuk pergi ke kantor adalah kebutuhan, tetapi kalau motornya harus yang motor gede, maka itu adalah keinginan. Dan keinginan ini semestinya hanya kita penuhi jika memang memiliki kelebihan uang. Jika tidak, maka akan memberikan risiko terhadap keuangan kita. 

Keran pemasukan jika sebaiknya tidak hanya satu sumber sehingga jika satu keran mampet masih ada cadangan yang lain. Paling sederhana, pada kondisi pandemi seperti ini, risiko atas PHK selalu menjadi momok. Jika kita memiliki banyak keran pemasukan, maka kita tidak perlu khawatir lagi. Sumber pemasukan selain gaji, yaitu aset portofolio (saham, deposito, obligasi, dan instrumen lain yang kita diamkan akan memberikan keuntungan bagi kita) dan aset produktif (yang akan memberikan keuntungan dengan melalukan manajemen, seperti misalnya sewa rumah, bisnis, dan lain sebagainya). 

Millenials juga dihimbau untuk konsisten menerapkan rumus pengaturan sederhana, yaitu alokasi uang 20% Playing (hobi, jalan-jalan, dan traveling), 30% Saving (tabungan dan dana darurat), dan 50% Living (kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi). Dengan metode ini diharapkan kita dapat mencapai tujuan keuangan dengan baik dan tenteram tanpa dipusingkan dengan masalah-masalah keuangan yang mencekik.

Setelah pemaran dari Ibu Prita yang berisi "daging" semua ini, kita diajak untuk berolah ide oleh Bapak Alexander Thian. Beliau adalah seorang social influencer, fotografer, dan penulis. Sangat menarik menyimak cerita-cerita beliau bagaimana mengembangkan sebuah brand marketing, kemudian kegiatan menulis, dan juga kegiatan memfoto yang seakan telah menjadi hobinya, tetapi ternyata memberikan pundi-pundi rupiah yang berlimpah. 

Saya sangat berkesan pada saat beliau mengatakan, "Bersyukurlah tinggal di Indonesia". Tinggal di Indonesia adalah sebuah kesyukuran, karena dengan keluar rumah saja, seharusnya kita sudah mendapatkan banyak ide. Selalu mudah untuk menemukan orang berinteraksi dan dapat kita amati secara gratis yang kemudian akan menjadi ide yang akan bernilai luar biasa. Bandingkan dengan negara luar yang kondisi rumahnya berjarak jauh-jauh. Maka, untuk mengamati kehidupan sekitar, kita perlu berjalan jauh terlebih dahulu. 

Selain itu, beliau juga berpesan terkait dengan sosial media kita adalah perusahaan kita. Dari sosial media kita bisa menjadi apa yang kita mau. Sebagaimana perusahaan yang harus menjaga nama baik, tentunya di sosial media juga seperti itu. Dan apabila engagement kita terhadap followers kita baik, maka banyak orang tertarik dan bisa menjadi corong iklan yang nantinya akan menghasilkan pundi-pundi rupiah berlimpah.

Sungguh, mengikuti webinar ini berasa telah meng-upgrade diri saya. Hal ini juga semakin menyadarkan saya, bahwa meng-upgrade harus menjadi agenda yang diutamakan. Karena terkadang kesibukan menenggalamkan kita pada rutinitas tanpa tahu big picture dan hikmah yang dapat memberikan kita kesempatan untuk berlari lebih baik. Dan setelah sekian lama (terakhir sering mengikuti webinar pada saat kuliah 3 tahun yang lalu), saya "Pertama Kali" mengikuti webinar kembali pada situasi pandemi seperti ini. 

Mendapatkan banyak pengetahuan pada webinar tersebut, saya merefleksikan terhadap apa yang saya lakukan sekarang, terutama di masa pandemi. Dan ternyata banyak "Pertama kali" yang lainnya yang berhubungan. "Pertama kali" yang kedua adalah membuka usaha produktif (side hustle) sebagai sumber keran pemasukan tambahan selain dari gaji. Setelah sekian lama direncanakan, ternyata justru Pandemi yang membuat rencan tersebut tereksekusi. Saya membuka sebuah gerai distributor air mineral di rumah hitung-hitung mengisi ruang kosong yang ada di rumah dan melihat potensi kebutuhan air mineral di lingkungan sekitar. Jadilah saya membuka usaha "Briliant Water". Meskipun, usaha ini masih kecil saya yakin saya dapat berkontribusi terhadap lingkungan sekitar dan menjadi buah "karya" yang bermanfaat. 

"Pertama kali" Membuka Usaha di Saat Pandemi

"Pertama kali" yang lainnya adalah mencari inspirasi dari lingkungan sekitar dan menuliskannya pada naskah stand up comedy. Ini menjadi kali pertama saya untuk tampil di depan umum untuk menyajikan kelucuan melalui jokes ala stand up comedy. Meskipun saya sering memperhatikan perkembangan stand up comedy. Namun, ternyata pada saat pandemi ini baru mendapatkan kesempatan untuk mengeluarkan tulisan-tulisan rumpang yang agak terbengkalai untuk menjadi sebuah materi stand up comedy.  Dan ternyata disambut dengan gelak tawa para peserta conference call. Inilah sepotong arsip pada saat saya mengisi stand up comedy  di kantor tempat saya bekerja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun