.
Hubungan antara gaya kepemimpinan Semar dan upaya pencegahan korupsi.
Visi kepemimpinan Semar mungkin dapat diartikan sebagai pemahaman mendalam tentang kebijaksanaan, keseimbangan, dan kebijakan yang adil. Sebagai tokoh pewayangan yang bijaksana, Semar sering kali memberikan nasihat-nasihat yang mencerminkan kearifan lokal dan kearifan universal. Mungkin juga melibatkan nilai-nilai seperti kesederhanaan, kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan, dan perhatian terhadap kesejahteraan bersama.
Semar juga seringkali dianggap sebagai mediator atau penengah dalam cerita pewayangan, yang dapat diartikan sebagai kepemimpinan yang mampu merangkul berbagai pandangan dan mencari solusi yang menguntungkan semua pihak. Kesederhanaan dan pemahaman mendalam terhadap kehidupan dan manusia mungkin juga menjadi ciri-ciri visi kepemimpinan Semar.
Ibnu Santoso, Memburu Tikus-Tikus Otonom, Penerbit Gava Media, Yogyakarta, Cet I, 2011, h. 9
Mulyono, S. (1975). Wayang, Asal Usul, Filsafat & Masa Depanya. Jakarta.: BP.ALDA.
Amos Neolaka & Grace Amialia A. Neolaka, Landasan Pendidikan: Dasar Pengenalan Diri Sendiri Menuju Perubahan Hidup (Depok: Penerbit Kencana, 2017).
Cahya.(2016). Nilai, Makna, dan Simbol dalam Pertunjukan Wayang Golek sebagai Representasi Media Pendidikan Budi Pekerti.
Teguh Pranoto, Tjaroko HP., Nderek Dawuh Kiai Semar, (Yogyakarta: Kuntul Press, 2008),
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI