Tiba di Plawangan pukul 18:20. Sirhan & Zaidan masih beruntung tadi bisa melihat Danau Segoro Anak karena matahari yang terbenam belum lama masih menyisakan cahaya di ufuk barat.
Meskipun sudah Di Plawangan, tapi masih butuh berjalan 30 menit lagi untuk sampai di Point 5. Melewati Point 2 sampai Point 5. sudah banyak didirikan tenda dari pendaki lainnya. Penduduk lokal yang menjajakan minuman dan snack juga masih ada.
Sampai di point 5 terasa angin cukup kencang. Sebelum mendirikan tenda mencari porter yang menjadi ojek kerilnya Syafiq. Ternyata jaraknya hanya 50 meter dari lokasi kami mendirikan tenda. Â Masih satu area dengan pendaki lain yang tadi ngobrol di POS 3, pendaki dari Lombok yang lututnya juga pernah cidera.
Setelah Tenda sudah siap, semua langsung masuk karena angin bertiup tambah kencang. Ganti pakaian kering kemudian memasak. Setelah makan dan sebelum istirahat, membicarakan rencana summit. Melihat kondisi para Junior, diputuskan summit hanya bertiga dan Syafiq tinggal di dalam Tenda. Start summit jam 13:30. Sebelum tertidur berdoa semoga saat summit cuaca lebih bersahabat. Karena suara angin yang meraung-raung jika tidak juga berhenti nanti bisa menyiutkan nyali.
Apakah bisa tidur dengan kondisi seperti ini…? … Tentu saja tidak.
Tapi semoga para junior bisa tertidur. Terutama Sirhan & Zaidan yang paling bersemangat di pendakian hari pertama ini.
Hari Ketiga
Alarm pukul 01:00 saya membangunkan Sirhan & Zaidan. Syafiq sengaja tidak dibangunkan agar istirahatnya tidak terganggu. Untuk menghangatkan tubuh membuat minuman Milo panas. Setelah cek perlengkapan ke summit, Headlamp, raincoat, air minum 600ml, gabin dan silver queen. Berdoa lalu start summit pukul 01:30.
Ternyata angin belum mereda, setelah melewati mata air Sirhan baru sadar kalau lupa tidak membawa kerpus. Zaidan berbaik hati meminjamkan jaket windbreaker-nya. Tanjakan menuju puncak lereng sekarang ini treknya lebih lebar dan ada 2 jalur tapi masih berdekatan. Tapi salah satunya susah untuk dilewati. Beberapa titik ada alat bantu berupa tali atau railing besi buat pegangan. Di jalur ini tidak bisa berjalan cepat, karena iring-iringan pendaki yang summit di jalur ini cukup rapat, ditambah medan yang sulit karena trek berpasir, menyalip pendaki lain bukanlah pilihan yang tepat.
Satu jam kemudian, sudah sampai di puncak lereng. Permukaan Danau Segoro Anak masih terlihat meskipun tidak begitu jelas. Angin tambah kencang, jalan setapak landai dan tanah padat sedikit berpasir. Satu jam berikutnya pendakian masih diiringi angin kencang. Malah ditambah dengan kabut yang mengurangi jarak pandang. Beberapa kali istirahat sambil berlindung di batu atau permukaan yang agak tinggi.
Saat berlindung ini sangat terasa bedanya. Angin terasa berhenti dan suara langsung sunyi. Tapi begitu mulai berjalan lagi. Angin seperti menambah berat grafitasi dan bising suaranya serasa memenuhi kepala. Dengan cuaca berkabut ini, tidak nampak bintang di langit, tidak nampak kerlap kerlip lampu-lampu desa Sembalun, tidak nampak kilauan permukaan danau Segoro Anak. Tidak ada pemandangan yang bisa menjadi ‘vitamin’ menuju puncak. Yang ada hanya lampu-lampu iringan pendaki yang jaraknya makin berjauhan.
Satu Jam berikutnya trek makin menanjak, trek berpasir dan berbatu. karena cuaca belum berubah dengan medan yang berat ini jadi sering berhenti. Tapi kalau berhenti tidak bisa berlama-lama, angin yang kencang di area terbuka membuat badan kedinginan. Sirhan dan Zaidan masih berjalan di depan saya. Stamina dan semangat 2 junior ini luar biasa. Saya sempat tertidur 2 kali saat istirahat di trek ini.