Mohon tunggu...
Ikhlas Prasongko
Ikhlas Prasongko Mohon Tunggu... Administrasi - IT/Pendaki/Fotografer

Penikmat kata/gambar/nada

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

15 Catatan Film "Bumi Manusia"

7 September 2019   17:50 Diperbarui: 11 September 2019   17:51 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada ekspetasi, cuma penasaran sebelum menonton film Bumi Manusia. Seperti tulisan sebelumnya. "Menakar Bumi Manusia dengan Kartini". Apresiasi dan salut buat Hanung Bramantyo yang berhasil menyampaikan pesan seperti yang ada di dalam cerita aslinya.

Mengharap kompleksitas cerita aslinya kedalam sebuah film jelas tidak mungkin karena keterbatasan durasi. Tapi ada beberapa jenis penonton yang berharap setiap adegannya setia dengan cerita aslinya.  Buat yang belum pernah membaca cerita aslinya. Film ini bisa dinikmati dengan alur ceritanya mengalir dan tertata rapi. Membuat betah selama 3 jam duduk menikmati semua adegannya mulai awal sampai akhir.

Tapi buat yang sudah berulang kali membaca salah satu Tetralogi Buru Karya Pramoedya Ananta Toer ini. Memori ini seakan dipaksa untuk menggali imajinasi yang lahir saat membaca text seperti di cerita aslinya. Hingga muncul pertanyaan, apa benar ya adegan di film seperti yang digambarkan di cerita aslinya?

Saat penonton keluar dari gedung bioskop, beragam ekspresi dan komentar yang muncul. Umumnya bahagia sekaligus sedih dengan cerita roman dengan latar belakang sejarah Indonesia di jaman kolonial ini.  Saya juga rasakan hal yang sama, tapi tidaklah lama karena berganti dengan banyaknya  pertanyaan yang memaksa saya untuk membaca lagi cerita aslinya untuk yang kesekian kalinya.

Catatan ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang perbedaan adegan di film Bumi Manusia dengan cerita aslinya. Sebenarnya perbedaan ini tidak mempengaruhi inti cerita. Saya tidak bilang adegan di film tidak akurat, karena baru sekali nonton filmnya. Bisa jadi memori ini yang terbatas dalam mengingat setiap adegan di filmnya. Atau saya yang terlalu lepas dalam berimajinasi saat membaca cerita aslinya.

Inilah perbedaan Bumi Manusia dengan cerita aslinya :

1. Teman sekolah ELS yang mencubit dan membuatnya berteriak, sehingga gurunya marah lalu teman-teman sekelasnya memanggil Minke. Di film teman yang sebangku itu adalah anak laki-laki. Di novel anak perempuan.

2. Ciuman pertama Minke ke Annelis di film di tepi rawa. Di novel saat Minke menangkap Annelis yang mengikutinya melompat selokan.

3. Adegan Nyai Ontosoroh meminta Minke mencium Annelies. Di film, Minke yang diminta menghampiri Annelies. Di novelnya, Annelies yang diminta mendekati Minke.

4. Perbincangan Minke dengan Jean Marais yang sedang melukis dirinya sendiri saat menjadi serdadu kompeni. Di film lokasinya di pantai. Di novelnya lokasi di bengkel Jean Marais.

5. Minke saat dijemput Darsam bersama Annelis dari stasiun setelah dari Bojonegoro. Di film Minke turun di tengah jalan. Di novelnya Minke diturunkan di depan rumah Kranggan.

6. Adegan Minke dinobatkan menjadi dokter-nya Annelies oleh Dokter Martinet. Lokasinya gazebo deket rawa. Di novelnya lokasi di kamarnya Annelies.

7. Adegan kecelakaan Annelies di kandang sapi. Di novel di rumput glagah di ladang terbuka

8. Adegan Nyai Ontosoroh menyelimuti Minke & Annelies yang tertidur. Di film posisi keduanya saling membelakangi. Di novel saling berpelukan.

9. Adegan Darsam mengejar si gendut, Minke mengejar Darsam, Annelies mengejar Minke & Nyai Ontosoroh mengejar Annelies. Di film, riasan Nyai Ontosoroh masih terlihat rapi sampai tiba di dalam rumah pelisir Ah chong. Di novel konde Nyai Ontosoroh terlepas saat mengejar Annelies.

10. Adegan Tuan Millema di film ditemukan mati di dalam kamar. Di novel di pojok ruang makan

11.  Adegan Robert Millema ditemukan di rumah pelisir Ah Chong. Di film Robert lari & dikejar Darsam. Di novel Nyai Ontosoroh melarang Darsam saat akan mengejar Robert

12. Adegan Ah Chong divonis oleh hakim, di film atas dasar kesaksian dari Maiko. Di novel atas pengakuan babah Ah Chong sendiri.

13. Adegan Minke dijemput polisi, di film Nyai Ontosoroh menyuruh pembantunya mengambil kopernya Minke. Di novel, yang disuruh Annelies.

14. Undangan pesta pernikahan di film saat Minke & Annelies melihat hasil pengumumam ujian. Di novel saat usai wisuda kelulusan.

15. Adegan Robert Suurhof memberikan cincin ke Annelies saat pesta pernikahan. Di film Robert memberikan cincin & kotaknya kepada Annelies. Di novel, cincin oleh robert dikenakan ke jari Annelies lalu kotaknya diberikan ke Minke

Sekali lagi. Perbedaan ini karena baru pertama kali menonton filmnya. Jika menonton filmnya sesering membaca cerita aslinya. Mungkin perbedaan tidak sebanyak ini .. atau malah bisa lebih banyak  lagi..???

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun