Mohon tunggu...
Julak Ikhlas
Julak Ikhlas Mohon Tunggu... Guru - Peminat Sejarah dan Fiksi

Julak Anum - Menulis adalah katarsis dari segenap sunyi. IG: https://www.instagram.com/ikhlas017 | FB: https://web.facebook.com/ikhlas.elqasr | Youtube: https://www.youtube.com/c/ikhlaselqasr

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sekantung Resah dan Segenggam Renjana

24 Desember 2019   01:51 Diperbarui: 24 Desember 2019   02:13 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: unsplash.com

Ketika jejak-jejak rindu mulai berpijak di pematang senja. Tepat pada saat di mana binarnya telah memancang sepenuhnya di birai-birai cakrawala. Aku akan mengulas sedikit cerita. Tentang senyum yang kau kulum semenjana. Betapa biasnya mengarsir setiap pias lebam sipu yang paling merona.

Aku juga akan membaca ulang transkrip teka-teki rumit yang bersembunyi di balik kedua bola matamu. Meski lagi-lagi aku tak akan mampu memahami makna apa yang tersirat di ceruk itu. Namun, yang kutahu bahwa kau memiliki sepasang manik yang selalu memantik kagum paling membara di dalam dada. Betapa pancaran indahnya mampu menembus setiap relung sukma.

"Kita berpacu, yuk," katamu. Sebuah kalimat yang selalu kuingat. Pada saat kita kebang mengikuti pergerakan matahari yang melesat menuju peraduannya. Sebelum akhirnya, masing-masing kita pulang membawa sekantung resah dan segenggam renjana. Betapa, tak ada lagi percakapan yang tersisa, selain bising rindu yang begitu menggema.

Lalu, ketika matahari telah benar-benar tenggelam meninggalkan lahan dan malam mulai bersandar di bahu keheningan. Aku masih mengingatmu sebagai satu-satu yang kurindukan. Meski selaksa sunyi nyaris membuatku sedikit bicara tentang hati. Namun, kata-kataku tak akan pernah mati. Menjabarkan sesibir harap yang selalu kudekap di dalam mimpi, sampai aku terbangun di penghujung pagi. Betapa, tak ada lagi yang ingin kutemui dalam setiap langkahku meniti hari, selain dirimu yang selalu kunanti.

Angsana, 2019

Dokpri
Dokpri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun