Aku, kembali
Dari pelayaran mimpi
Menyaji sebuah kisah tentang singgah
Yang menggeneralisasi perjalanan indah
Di sela goncangan ombak yang tak jarang membuat begah, nyaris muntah
Tentang camar-camar yang membising di lintasan senja
Beku yang mencair di landasan fajar
Ransel yang sanggup memikul segala rindu yang terlampau berat
Panas dan hujan yang melucu, mencoba menyurutkan ingin yang telanjur pasang
Malam dengan ikan bakar bumbu air laut yang memenuhi perut
Juga, kenangan yang terbawa angin lalu pecah menimpa karang
Menjelma curahan yang paling hujan di sudut dua bola berpendar
Namun
Tak cukup waktu untuk mengurai semuanya hari ini
Karena, aku kembali
Ke tempat meniti hari
Saat biji Februari sudah tumbuh menghijau 20 kaki
Di mana hiruk pikuknya membatasi jemariku untuk menuntaskan kisah ini
Biarkan
Biarkan waktu memulai perannya
Entah berwujud alinea nyata atau hanya tenggelam dalam aksara lupa
Angsana, 20 Februari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H