Mohon tunggu...
Ikhfa Fahranni
Ikhfa Fahranni Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Psikologi

Saya seorang mahasiswa aktif di sebuah universitas di kota padang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penggunaan Teknologi Wearable untuk Memantau Kesehatan Lansia

25 Juni 2024   18:02 Diperbarui: 25 Juni 2024   18:07 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
javamagazine.co.id=https%3a%2f%2fwww.j

Teknologi kesehatan dan lansia kedepannya menjadi suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Saat ini, kesehatan digital telah menjadi komponen vital dalam perawatan kesehatan, dengan munculnya platform kesehatan digital berbasis teknologi terbaru. Teknologi informasi dan komunikasi memiliki kemampuan dan kekuatan untuk memfasilitasi pemberian perawatan berkualitas secara efektif dan efisien. Dunia sedang mengalami peningkatan jumlah populasi lansia, dengan total proporsi 7% dari total penduduk dan diperkirakan akan mencapai 2 miliar pada tahun 2050. Pada tahun tersebut, diperkirakan 33 negara akan memiliki lebih dari 10 juta lansia, di mana 22 negara adalah negara berkembang. 

Di Indonesia sendiri, proporsi penduduk lansia pada tahun 2020 sebesar 10% dan diperkirakan pada tahun 2045 akan mencapai seperlima dari populasi. Salah satu tantangan yang dihadapi lansia adalah jaminan dan fasilitas kesehatan yang memadai. Penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung agar lansia dapat beraktivitas dengan baik. Sebagian besar lansia (hampir 85%) lebih memilih mendapatkan perawatan di rumah daripada di fasilitas kesehatan, yang sering dikaitkan dengan tingkat depresi, isolasi sosial, dan ketergantungan yang lebih besar dalam perawatan diri. Sehingga essay ini akan mengangkat mengenai Penggunaan Teknologi Wearable untuk Memantau Kesehatan Lansia

Perangkat wearable, yang juga dikenal sebagai komputer yang dikenakan pada tubuh, merupakan perangkat elektronik miniatur yang dapat dikenakan di atas, di bawah, atau di atas pakaian. Perangkat ini berfungsi untuk memantau berbagai aspek kesehatan dan aktivitas fisik penggunanya. Misalnya, Rahayu (2022) menunjukkan penggunaan perangkat wearable untuk memantau suhu tubuh dan saturasi oksigen selama pandemi Covid-19, yang menjadi bukti nyata bagaimana teknologi ini dapat digunakan untuk memantau kondisi kesehatan. Tren peningkatan penggunaan teknologi wearable terus berkembang di kalangan masyarakat umum, khususnya di kalangan lansia. Adopsi teknologi wearable oleh lansia dipengaruhi oleh berbagai faktor. 

Penelitian yang dilakukan oleh Agung (2021) menemukan bahwa kompatibilitas, demonstrasi hasil, dan kesukarelaan memainkan peran penting dalam niat untuk mengadopsi teknologi wearable, sementara persepsi kemudahan penggunaan secara langsung mempengaruhi niat tersebut. Popularitas yang meningkat ini mencerminkan potensi besar perangkat wearable dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan lansia melalui pemantauan kesehatan real-time. Selain itu, teknologi wearable juga dapat meningkatkan kemandirian dan kualitas hidup bagi lansia. Dengan pemantauan jarak jauh, lansia dapat tinggal di rumah mereka sendiri lebih lama, mengurangi kebutuhan akan perawatan institusional yang mahal. Perangkat wearable juga dapat membantu lansia tetap aktif dan terlibat secara sosial, dengan fitur-fitur seperti pengingat aktivitas dan komunikasi dengan keluarga.

Pemantauan kesehatan sangat penting bagi lansia karena mereka lebih rentan terhadap kondisi kesehatan yang serius. Pentingnya pemantauan kesehatan bagi lansia yang lebih rentan terhadap kondisi kesehatan serius telah disorot dalam beberapa studi. Faisal (2023) dan Setiawan (2022) keduanya menekankan perlunya sistem pemantauan kesehatan yang efektif dan responsif, terutama selama pandemi COVID-19. Faisal (2023) secara khusus membahas penggunaan aplikasi mobile dan platform web untuk pengumpulan dan pemantauan data secara real-time, sementara Setiawan (2022) berfokus pada aplikasi pemantauan kesehatan berbasis smartphone untuk individu lansia berisiko tinggi. Delfina (2022) menekankan peran pemeriksaan kesehatan rutin dalam menjaga kesehatan dan kemandirian lansia, terutama dalam lingkungan perawatan sosial. Pemantauan yang konsisten dapat membantu mendeteksi masalah kesehatan sejak dini, memungkinkan intervensi tepat waktu, dan mencegah komplikasi serius.

Teknologi wearable memiliki potensi besar dalam mendukung pemantauan kesehatan bagi lansia, khususnya dalam hal kesehatan jantung, posisi dalam ruangan, pengenalan aktivitas, dan pemantauan tanda vital secara real-time (Sobri, 2023; Wang, 2017). Perangkat seperti jam tangan pintar dan gelang kebugaran dilengkapi dengan berbagai sensor yang dapat memantau tanda-tanda vital seperti detak jantung, tekanan darah, dan tingkat oksigen dalam darah secara real-time. Dengan teknologi ini, lansia dapat memantau kondisi kesehatan mereka secara langsung, yang memungkinkan mereka untuk mengambil tindakan pencegahan jika ada tanda-tanda masalah. Misalnya, perangkat wearable dapat memberikan peringatan dini jika detak jantung tidak normal, sehingga lansia dapat segera mencari bantuan medis sebelum kondisi tersebut memburuk. Data yang dikumpulkan oleh perangkat wearable juga dapat disinkronkan dengan aplikasi kesehatan di smartphone, memungkinkan dokter dan penyedia layanan kesehatan untuk memantau kondisi pasien dari jarak jauh dan memberikan intervensi yang diperlukan. Dengan demikian, teknologi wearable tidak hanya membantu mendeteksi masalah kesehatan sejak dini, tetapi juga berperan dalam mencegah komplikasi lebih lanjut, meningkatkan kualitas hidup, dan memperpanjang umur lansia. Teknologi wearable, seperti jam tangan pintar dan gelang kebugaran, dilengkapi dengan sensor-sensor yang mampu memantau tanda-tanda vital seperti detak jantung, tekanan darah, dan tingkat oksigen dalam darah secara terus-menerus (Dias, 2018; Ajami, 2015). Sensor-sensor ini tidak hanya mengukur secara akurat tetapi juga dapat mentransmisikan data kesehatan secara langsung ke aplikasi yang terhubung, memungkinkan pengguna untuk memantau kondisi kesehatan mereka secara real-time dan proaktif.

Ada banyak kasus di mana pemantauan real-time menggunakan teknologi wearable telah membantu menyelamatkan nyawa atau mencegah komplikasi kesehatan yang serius. Sebagai contoh, ketika seseorang mengalami serangan jantung, perangkat wearable yang memantau detak jantung secara terus-menerus dapat mendeteksi pola detak yang tidak normal dan memberikan peringatan kepada pengguna serta layanan darurat. Ini memungkinkan respon medis yang cepat dan tepat waktu, yang dapat mengurangi kerusakan jantung dan meningkatkan kesempatan untuk penyembuhan yang lebih baik. Demikian pula, sensor tekanan darah yang terintegrasi dalam perangkat wearable dapat memonitor tekanan darah secara berkala, memberikan peringatan dini jika ada perubahan yang signifikan, dan membantu pengguna untuk mengelola kondisi kesehatan mereka dengan lebih baik. Penggunaan teknologi wearable dalam pemantauan kesehatan tidak hanya meningkatkan deteksi dini kondisi medis yang serius, tetapi juga memberikan pengguna kemampuan untuk mengambil tindakan preventif dan manajemen kesehatan yang lebih baik. Hal ini menggambarkan bagaimana integrasi teknologi modern dalam perawatan kesehatan dapat memberikan manfaat besar bagi individu, terutama dalam meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi risiko komplikasi kesehatan yang serius.

Pemanfaatan fitur pelacakan aktivitas dalam teknologi wearable, seperti jam tangan pintar dan gelang kebugaran, merupakan faktor kunci dalam mendorong lansia untuk tetap aktif dan menjaga kesehatan mereka (Muzaki, 2024). Sensor-sensor yang terintegrasi dalam perangkat ini memungkinkan pengguna untuk memantau jumlah langkah, jarak tempuh, dan intensitas aktivitas sehari-hari dengan akurat. Informasi ini tidak hanya memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pola aktivitas individu, tetapi juga menjadi motivasi untuk mencapai target aktivitas yang lebih sehat. Studi-studi telah secara konsisten menunjukkan dampak positif yang signifikan dari aktivitas fisik teratur pada kesehatan jangka panjang lansia. Penelitian yang dilakukan oleh Maulina (2022) dan Ningrum (2023) menemukan bahwa aktivitas fisik harian berkontribusi dalam menjaga fungsi kognitif lansia, dengan Maulina secara khusus menyoroti peran aktivitas fisik dalam mengurangi risiko penurunan kognitif. Selain itu, aktivitas fisik teratur juga telah terbukti dapat mengurangi risiko penyakit jantung, stroke, diabetes tipe 2, serta meningkatkan kualitas tidur dan kebugaran fisik secara keseluruhan. Dengan memanfaatkan fitur pelacakan aktivitas pada teknologi wearable, lansia tidak hanya didorong untuk tetap aktif secara fisik, tetapi juga untuk menjaga kesehatan mental dan kognitif mereka. Teknologi ini tidak hanya sebagai alat bantu pemantauan, tetapi juga sebagai penggerak utama untuk gaya hidup yang lebih sehat dan aktif di masa tua mereka.

Penggunaan teknologi wearable untuk mengingatkan lansia tentang jadwal minum obat atau janji medis telah terbukti menjadi solusi yang sangat efektif dalam meningkatkan kepatuhan mereka terhadap regimen medis (Alisya, 2021; Ulfa, 2021; Febrianti, 2020). Perangkat wearable seperti jam tangan pintar atau gelang kebugaran tidak hanya memungkinkan pengguna untuk memantau aktivitas fisik mereka, tetapi juga dapat diprogram untuk mengirimkan pemberitahuan atau alarm pada waktu yang telah ditentukan. Kelebihan utama dari pengingat yang diberikan oleh teknologi wearable adalah konsistensi dan kemudahan aksesnya. Lansia sering kali dihadapkan pada regimen medis yang kompleks, termasuk penggunaan beberapa jenis obat dengan jadwal yang berbeda. Dengan fitur pengingat ini, mereka dapat mengelola waktu minum obat dengan lebih teratur dan tepat waktu, mengurangi risiko lupa atau kelalaian yang dapat berdampak pada kesehatan mereka. Studi telah menunjukkan bahwa kepatuhan yang lebih baik terhadap regimen medis dapat mengurangi risiko komplikasi kesehatan yang serius dan mengoptimalkan hasil perawatan (Muzaki, 2024).

Selain membantu dalam menjaga disiplin minum obat, teknologi wearable juga berpotensi untuk mengurangi tingkat stres dan kecemasan yang terkait dengan manajemen regimen medis. Dengan menerima pengingat secara teratur dan tepat waktu, lansia merasa lebih terdukung dalam menjalani perawatan mereka secara mandiri. Hal ini dapat meningkatkan kualitas hidup mereka dengan memastikan bahwa mereka mendapatkan perawatan medis yang konsisten dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Secara keseluruhan, penggunaan teknologi wearable untuk pengelolaan regimen medis lansia tidak hanya meningkatkan kepatuhan mereka terhadap perawatan medis, tetapi juga membantu mengurangi beban pada sistem perawatan kesehatan dengan mencegah peningkatan biaya yang terkait dengan perawatan yang tidak tepat waktu. Dengan terus berkembangnya teknologi ini, perangkat wearable diharapkan dapat memberikan manfaat yang lebih besar lagi bagi populasi lansia, tidak hanya dalam aspek kesehatan fisik tetapi juga dalam menjaga kesejahteraan mental dan emosional mereka.

Pengembangan teknologi wearable telah membuka peluang baru bagi lansia untuk tetap terhubung dengan keluarga dan teman-teman mereka melalui fitur komunikasi dan jaringan sosial yang semakin canggih. Fitur-fitur ini, seperti panggilan telepon langsung, pesan teks, dan akses ke media sosial, tidak hanya menyediakan sarana untuk berkomunikasi secara real-time, tetapi juga memfasilitasi interaksi sosial yang terus-menerus meskipun dalam situasi mobilitas yang terbatas atau jarak fisik yang jauh. Penelitian terbaru menyoroti pentingnya komunikasi dan jaringan sosial dalam teknologi wearable bagi lansia. Symbolon (2023) menekankan bahwa komunikasi keluarga yang baik secara langsung berkontribusi pada kesejahteraan dan kualitas hidup lansia. Dengan memiliki akses mudah dan langsung ke komunikasi digital, lansia dapat merasa lebih dekat dengan keluarga mereka meskipun berada jauh. Selain itu, Madanih (2021) mengemukakan bahwa penggunaan media sosial dapat menjadi sumber kebahagiaan dan interaksi positif bagi lansia, memperluas lingkaran sosial mereka dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Selain memfasilitasi interaksi sosial, teknologi wearable juga berperan penting dalam mendukung kesehatan mental lansia melalui dukungan sosial yang mereka terima. Dukungan dari keluarga dan teman-teman tidak hanya memberikan rasa aman dan kenyamanan emosional, tetapi juga dapat menjadi motivasi untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Hardianti (2020) menekankan bahwa dukungan sosial yang kuat dapat mengurangi tingkat depresi dan kecemasan, serta meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan bagi lansia. Dalam konteks ini, teknologi wearable tidak hanya menjadi alat untuk memantau kesehatan fisik, tetapi juga menjadi jembatan penting untuk menjaga kesejahteraan sosial dan mental lansia. Dengan terus berkembangnya teknologi ini, diharapkan bahwa perangkat wearable dapat lebih mengintegrasikan fitur-fitur yang mendukung interaksi sosial yang lebih luas dan efektif bagi lansia, serta menyediakan platform yang aman dan nyaman bagi mereka untuk tetap terlibat dalam kehidupan sosial dan mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan.

Penggunaan teknologi wearable oleh lansia dihadapkan pada tantangan utama berupa biaya tinggi perangkat dan keterbatasan akses finansial mereka (Widayanti, 2024; Dito, 2018). Perangkat wearable seperti jam tangan pintar atau gelang kebugaran sering kali memiliki harga yang cukup tinggi, yang mungkin melebihi anggaran yang tersedia bagi lansia dengan pendapatan terbatas atau yang mengandalkan dana pensiun sebagai sumber utama penghasilan mereka. Biaya ini menjadi kendala serius dalam adopsi teknologi wearable, terutama mengingat bahwa lansia sering kali memerlukan perangkat kesehatan dan perawatan medis lainnya yang juga membutuhkan biaya tambahan. Untuk mengatasi tantangan ini, beberapa solusi potensial telah diajukan. Salah satunya adalah pemberian subsidi atau pengaturan program asuransi yang mencakup biaya perangkat wearable.

Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan perangkat wearable dalam program kesehatan, yang mencakup biaya perangkat tersebut, telah terbukti efektif dalam berbagai studi. Subsidi dari pemerintah atau lembaga non-profit dapat memberikan bantuan keuangan langsung atau diskon kepada lansia yang memenuhi syarat, sehingga mereka dapat mengakses teknologi ini tanpa harus mengorbankan kebutuhan lainnya. Sementara itu, program asuransi kesehatan yang mencakup perangkat wearable dapat membantu lansia memperoleh perangkat ini dengan biaya yang lebih terjangkau atau bahkan gratis, tergantung pada cakupan dan kebijakan masing-masing program asuransi. Dengan mengadopsi solusi-solusi ini, diharapkan bahwa biaya perangkat wearable tidak lagi menjadi hambatan utama bagi lansia untuk mengakses teknologi yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan memantau kesehatan mereka secara lebih efektif. Upaya kolaboratif antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga sosial juga diperlukan untuk memastikan bahwa solusi-solusi ini tersedia dan dapat diakses dengan mudah oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk lansia yang mungkin berada dalam situasi finansial yang lebih rentan.

Secara keseluruhan, penggunaan teknologi wearable bagi lansia menjanjikan kemajuan besar dalam pemantauan kesehatan, pemeliharaan kemandirian, dan peningkatan kualitas hidup. Perangkat wearable tidak hanya berfungsi sebagai alat pemantau kesehatan yang efektif, tetapi juga membuka akses untuk berbagai fitur seperti pelacakan aktivitas, pengingat medis, dan komunikasi yang dapat membantu menjaga kesejahteraan fisik dan sosial lansia. Namun, tantangan seperti biaya perangkat yang tinggi dan aksesibilitas finansial perlu diatasi agar teknologi ini dapat diakses secara luas oleh populasi lansia. Solusi yang melibatkan subsidi atau program asuransi bisa menjadi kunci untuk mengatasi hambatan ini dan memastikan bahwa manfaat teknologi wearable dapat dinikmati oleh semua orang, termasuk mereka yang berada di kalangan lansia dengan sumber daya terbatas. Dengan terus berkembangnya teknologi ini dan dukungan yang tepat dari berbagai pihak, harapannya adalah teknologi wearable akan terus berkontribusi dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan jangka panjang bagi populasi lansia di masa depan.

Daftar Pustaka

Agung, D. A., & Widyarini, L. A. (2021). Multi-Group Analysis Innovation Diffusion dan Technology Acceptance Factors Terhadap Niat Mengadopsi Wearable Technology dengan Gender sebagai Moderator. INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia, 4(2), 189-204.

Ajami, S., & Teimouri, F. (2015). Features and application of wearable biosensors in medical care. Journal of Research in Medical Sciences, 20(12), 1208-1215.

Alisya, C. A. (2021). RANCANG BANGUN SMART MEDICINE BOX SEBAGAI PENGINGAT JADWAL MINUM OBAT BERBASIS INTERNET OF THINGS (IOT) (Doctoral dissertation, Politeknik Negeri Sriwijaya).

Delfina, R., Sardaniah, S., & Sorena, E. (2021). Pemantauan Kesehatan untuk Meningkatkan Kesehatan dan Kemandirian Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werda (PSTW) Kota Bengkulu.

Dias, D., & Paulo Silva Cunha, J. (2018). Wearable health devices---vital sign monitoring, systems and technologies. Sensors, 18(8), 2414.

Faisal, M., TB, D. R. Y., Kulla, P. D. K., & Mutiawati, M. (2023). SISTEM INFORMASI PEMANTAUAN KESEHATAN LANSIA DI MASA PANDEMI COVID-19 MENGGUNAKAN RAPID APPLICATION DEVELOPMENT. Journal of Informatics and Computer Science, 9(1), 34-44.

Febrianti, A. P. (2020). Efektivitas Medication Reminder Chart Dalam Meningkatkan Kepatuhan Pengobatan Pasien Geriatri Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal farmasi UIN Alauddin Makassar, 8(2), 23-28.

Hardianti, D., Hos, J., & Sarpin, S. (2020). Bentuk Dukungan Keluarga Dalam Menjaga Kesehatan Mental Lansia. Jurnal Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial, 1, 138-47.

Madanih, R., & Purnamasari, O. (2021). Hubungan Penggunaan Media Sosial Sebagai Alat Komunikasi Dengan Kebahagiaan Lanjut Usia Di Indonesia. Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis, 5(1), 99-109.

Maulina, B., & Ulfa, A. (2022). Peran Intensitas Aktivitas Fisik Sehari-Hari Terhadap Derajat Fungsi Kognitif Pada Lansia. Ibnu Sina: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan-Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, 21(1), 116-122.

Muzaki, R. W. (2024). Perancangan UI/UX Fitur Kebugaran Lansia Untuk Membangun Desain Aplikasi Konsultasi Kesehatan Lansia Menggunakan UX Journey. Jurnal Repositor, 6(1).

Ningrum, R. R., Sunandar, K., & Rumijati, T. (2023). Aktivitas Fisik dapat Memelihara Fungsi Kognitif Lansia. Jurnal Keperawatan Indonesia Florence Nightingale, 3(2), 34-39.

Rahayu, E. S., Listanto, L., & Diharja, R. (2022). Rancang Bangun Perangkat Wearable Pemantau Kondisi Kesehatan di Masa Pandemi Covid-19. JURNAL MEDIA INFORMATIKA BUDIDARMA, 6(3), 1630-1639.

Setiawan, R., & Ulva, A. F. (2022). Aplikasi Pemantauan Kesehatan Pada Lansia Resiko Tinggi Menggunakan Algoritma Genetika Berbasis Smartphone Android Di Rumah Sakit Cut Mutia Lhokseumawe. Jurnal Tika, 7(2), 204-214.

Sobri, M., Ijab, M. T., Nayan, N. M., Tondas, A. E., & Fipiariny, S. (2023). The Review of Technology in Monitoring the Heart Health of the Elderly. In E3S Web of Conferences (Vol. 448, p. 02029). EDP Sciences.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun