Pada aspek bahasa sosial, anak kesulitan memahami konteks bahasa, salah paham dengan lawan bicara, dan tidak sesuai dalam menerjemahkan bahasa non-verbal (intonasi, ekspresi wajah, konteks budaya). Misalnya orangtua menegur anak tersebut agar segera membereskan mainannya.
Bagi orang lain, intonasi dan cara yang dipakai orangtua relatif biasa saja, namun bagi anak disleksia boleh jadi dimaknai bahwa orangtuanya marah kepadanya.
Atau sebaliknya, anak terkesan terlalu cuek. Misalnya temannya sedang mengolok-olok dia, bukannya ia marah atau sedih, malah ikut tertawa dan tidak memahami bahwa temannya sedang berusaha memperolok dirinya. Pada situasi lain, ketika anak menjumpai seorang lansia, dengan polosnya ia berkata; “Eh, dia kok jelek? Wajahnya sudah keriput dan rambutnya putih.
Pasti sebentar lagi ia mati!”. Anak ini boleh jadi tidak memahami dengan baik mengenai budaya dan etika sosial, dan tidak bermaksud untuk mengejek orang lain.
2. Perkembangan Motorik
Sebanyak 50% penyandang disleksia mengalami gangguan koordinasi motorik. Motorik disini adalah motorik halus (fine motor) maupun motorik kasar (gross motor).
Pada penyandang disleksia, kerap dijumpai adanya kesulitan dalam perencanaan koordinasi motorik, bisa tampak ceroboh, grasa grusu atau justru lamban dalam ritme geraknya.
Koordinasi motorik yang kurang baik bisa tampak ketika anak sulit mengancingkan baju, kesulitan menalikan tali sepatu, memiliki keseimbangan tubuh yang kurang baik, menghindari kegiatan yang menggunakan kekuatan dan koordinasi gerak, kesulitan mengikuti irama dalam senam, dan kesulitan menggunakan koordinasi motoriknya untuk menguasai keterampilan tertentu (menggunting, menulis, meronce, menjumput, mewarnai, dll.)
Kesulitan koordinasi motorik dan perencanaan gerak ini yang dapat menetap hingga dewasa, terutama bila tidak diberikan latihan yang memadai sejak kecil. Sejak bayi lahir, perkembangan fisik dan motorik adalah yang paling “noticeable” atau teramati dengan mudah. Tidak hanya secara kuantitas pertumbuhan, namun secara fungsi dan kualitas perkembangan.
Banyak tanda-tanda yang bisa diamati bila anak menunjukkan perkembangan yang sesuai dan yang tidak. Informasi bahwa anak mengalami kesulitan atau keterlambatan dalam perkembangan, misalnya mampu duduk baru dilakukan di usia 10 bulan dan berjalan dengan kualitas baik baru terjadi di atas usia 1,5 tahun, tentu menjadi penanda bagi orangtua untuk bersegera merujukkan kondisi tersebut kepada profesional, misalnya dokter spesialis anak.
3. Perkembangan Fungsi Eksekutif