Mohon tunggu...
I Ketut Sudarsana
I Ketut Sudarsana Mohon Tunggu... Dosen - Abdi Negara pada Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

I Ketut Sudarsana lahir di Desa Ulakan Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem Provinsi Bali. Jenjang pendidikan formal yang dilalui adalah SDN 4 Ulakan (1994), SMPN 1 Manggis (1997), dan SMKN 1 Sukawati (2000). Pendidikan Sarjana (S1) Pendidikan Agama Hindu di STAHN Denpasar (2004), dan Magister (S2) Pendidikan Agama Hindu di IHDN Denpasar (2009). Tahun 2014 menyelesaikan pendidikan Doktor (S3) di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Pengalaman kerja dimulai pada tanggal 1 Januari 2005 sampai sekarang sebagai dosen tetap Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar. Adapun alamat email iketutsudarsana@uhnsugriwa.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aku dan Soto

19 April 2020   19:14 Diperbarui: 19 April 2020   19:16 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Eh ketut, meli soto ne" kata wanita itu. "iya dek meli kuah ne gen" jawabku. "ngujang meli kuahne gen, langsung kayang sotone beli" katanya lagi. "ngelah pis cuma duang tali gen dek" jawabku sambil menoleh kedagang soto. "Beh tyg je mayahin, soto komplit gen beli" katanya lagi. "oh nggih dek, suksma" tegasku.

Iya sebenarnya aku punya teman sekampus, sama-sama kuliah di Bandung, nama kerennya Kadek Aria Prima Dewi Putri Fajar, S.Ag., M.Pd. (sekarang sudah nambah lagi Dr. didepan namanya). Pagi itu aku memang malu sms dia untuk pinjam uang. Karena sehari sebelumnya dia sudah datang kekostku. Setiap dek prima (nama panggilanku) datang kekost, dia disambut bak dewa oleh anak-anakku, sampai-sampai lupa sama orang tuanya. Maklum dia datang pasti membawa banyak snack dan roti.

"Soto komplit ya mas" kataku sambil menerima uang tujuh ribu dari dek prima. "Tut tyg dumunan nggih, lakar ade alih" "Oh nggih dek" sahutku. Setelah soto ada ditangaku, kulangkahkan kaki ini dengan lebih bersemangat kekost. Terbayang anak-anakku akan bersuka cita makan kesukaannya. Sebungkus soto sudah cukup membuat kami berlima kenyang. Soto dapat, uang dua ribu juga masih, sehingga besok pagi ada yang dipakai beli kepala ayam.

Dalam perjalanan kekost, aku teringat dengan ajaran M. K. Gandhi "Kamu mungkin tidak akan pernah tahu apa hasil dari tindakanmu, namun ketika kamu tidak bertindak apapun, maka tidak akan ada hasil yang terjadi".

Selamat malam semesta!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun