4 hari saya lewati dengan ketakutan setiap malamnya, bahkan ketika memejamkan mata serasa ada banyak orang yang menonton. Jam 7 malam saya sudah masuk kamar dan tidak berani lagi turun kelantai satu. Semua makanan dan minuman (jaga-jaga tengah malam lapar) saya bawa kekamar.
Malam hari ke 5 saya sudah tidak tahan, sehingga mengontak Bapak Saifuddin (kebetulan baru kenal saat dikampus) untuk izin menginap di kostnya (Bapak Saifuddin selanjutnya dalam perjalanan kuliah seperti bapak kandung saya, maklum umurnya dua kali lipat daripada saya). Bapak Saifuddin sangat baik dan mengizinkan saya menginap dikostnya.
Suasana pertama berpisah dari istri dan anak-anak membuat hati saya kesepian, apalagi hari minggu dengan tidak ada kegiatan dikampus dunia ini terasa gelap. Saya mencoba menghibur diri dengan jalan-jalan di seputaran kampus, namun tidak menghilangkan kesepian itu. Bahkan ditaman isola saya menangis dan pengen secepatnya pulang. Saya begitu menyesali kenapa Bapak Dewa Putu Tagel (Alm) tidak lulus. Padahal jika berdua pasti ada yang diajak bercerita, termasuk tidur dimalam hari tidak ketakutan.
Sewaktu sudah pulang ke Bali dan kekampus, saya ceritakan semua kejadian di Bandung kepada Ibu Kadek Aria Prima Dewi dan Bapak IGNA Wijaya Mahardika. Respon mereka lumayan mengecewakan “ah masa orang spiritual takut sama hantu”.
Tetapi sudahlah….