Setelah selesai mengikuti lomba pidato dalam bahasa Inggris, Dini makin tambah populer di sekolahnya. Sebenarnya, bukan hanya di sekolah, di lingkungan tempat tinggalnya pun dia termasuk cukup terkenal. Sifat ringan tangannya, suka membantu apabila ada tetangga yang membutuhkan, menjadi nilai lebih untuknya.
Namun siang itu, Dini pulang ke rumah dengan wajah murung. Bunda yang menyapa di depan pintu, sedikit heran. Apa yang terjadi? Biasanya, selelah apa pun, anak itu pasti tetap tersenyum. Tapi biarlah, nanti juga pasti cerita.
Seminggu, dua minggu berlalu, belum ada perubahan dengan sifat murung Dini. Anak itu lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar. Akhir minggu, yang biasa dia habiskan bersama sahabat-sahabatnya Dea dan Ninot, untuk hunting kulineran murah meriah di seputar Sidoarjo, tidak dilakukannya lagi.
Ada apa dengan Dini ? Apakah ada masalah di sekolah? Bundanya sudah menanyakan ke Dea dan Ninot, tapi mereka pun kebingungan dengan perubahan yang terjadi pada diri sahabatnya itu. Dino, adik Dini yang duduk di kelas 9 pun juga ikut-ikutan bingung. Bunda sudah berencana untuk menanyakan ke guru BP di sekolah.
Hari itu, Bunda sudah bersiap-siap untuk menemui guru BP, ketika tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti di depan rumahnya. Ternyata Pak Gatot, pelanggan jahitnya. Bunda agak heran, karena seingatnya, semua jahitan laki-laki itu sudah selesai. Tidak ada lagi yang tersisa? Ada apa ya?
Seperti biasa, Bunda hanya menerima di teras rumah, untuk pelanggan prianya. Tidak pernah diizinkan masuk. Lelaki itu duduk, setelah dipersilahkan.
“Mau menjahit lagi pak ?” Bunda memastikan, karena dia tidak melihat tentengan di tangan pria itu.
“Owh.....tidak bu. Ada yang mau saya sampaikan. Biarkan saya berbicara ya bu.”
Pak Gatot menghela napas dulu sebelum mulai bicara. Diceritakannya, beberapa waktu yang lalu, dia menyempatkan diri untuk menemui Dini. Untuk apa? Untuk minta izin meminang Bundanya sebagai istrinya. Deggg !!! Bagaikan disambar petir di siang bolong. Bunda ingin bicara, tapi lelaki itu memberi isyarat agar dia tetap diam.
Disampaikannya, waktu itu Dini marah dan tidak mau mendengar apa yang diutarakannya. Dia maklum. Karena mungkin terlalu terburu-buru. Sebenarnya tidak. Sudah lama dia memperhatikan Bunda, dan menjadi pelanggan jahit, adalah alasannya untuk dapat bertemu. Diam-diam, dia sudah mencari tahu tentang keluarga itu. Dan dia sudah yakin. Dia merasa keluarga ini, cocok untuk dijadikan keluarga kecilnya.
Bunda mulai bisa mengerti, penyebab perubahan yang terjadi pada anaknya. Wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang memasuki kepala 4 itu, merasa tidak perlu lagi menemui Guru BP. Akar masalahnya sudah ketemu.