Mohon tunggu...
Ike Soekarno
Ike Soekarno Mohon Tunggu... Lainnya - Anti riba

Berusaha untuk menjadi lebih baik dan berguna bagi sesama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Biarkan Aku Dengan Pilihanku

21 November 2020   05:45 Diperbarui: 21 November 2020   08:16 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

      “Dini tau kenapa dipanggil ?” Pak Setyo memulai pembicaraan. Dini hanya menggeleng.

      “Begini Din. Sekolah kita diminta untuk mengirim perwakilan pada lomba pidato berbahasa Inggris, yang diadakan oleh salah satu perusahaan Perbankan. Nah, masukan dari bu Yuni, sebaiknya yang diutus adalah dirimu. Kamu bersedia kan ?”

      “Apa tidak ada yang lain lagi pak ? Kan masih banyak yang lebih mampu dibanding saya.”

      “Ini hasil evaluasi yang dilakukan Bu Yuni. Bagaimana bu ?” Pak Setyo menoleh ke arah bu Yuni.

      “Iya pak. Dari 3 orang anak yang saya evaluasi, Dini mendapatkan nilai yang lebih bagus. 2 anak yang lainnya agak lemah di pronunciation. Sementara salah satu faktor yang jadi penilaian dalam lomba pidato nanti adalah bagaimana peserta memiliki pronunciation yang baik. Hal itu penting agar apa yang disampaikan nanti dapat lebih mudah dimengerti.”  

      “Nah....kamu sudah dengar sendiri kan ?”

      “Begini Dini.... Kami dari pihak sekolah sudah mempertimbangkan dengan matang usulan dirimu sebagai wakil sekolah kita. Kamu tidak usah khawatir. Sekolah akan mendukungmu 100%. Sekolah juga tidak menuntut kamu harus menang. Kami hanya berharap, kamu memberikan yang terbaik bagi sekolah. Berjuang semaksimal mungkin.” Pak Kirman akhirnya angkat bicara.

      “Kamu mengerti kan apa yang bapak maksud?” beliau melanjutkan kembali dan menatap langsung ke arah bola mata Dini.

      Tidak ada nada perintah, tapi karena cara beliau menyampaikannya dengan cukup tegas namun bersahaja, membuat gadis itu langsung mengangguk.

      “Baik pak. Saya coba semampu saya.”

      Meninggalkan ruang guru, satu tekad muncul di benaknya. Saya harus bisa memberikan yang terbaik. Apa pun hasilnya, yang penting saya harus berusaha dulu. Proses lebih penting. Hasil itu biasanya tergantung bagaimana proses yang dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun