Namun, sejatinya tentor akan memaksimalkan dalam membantu dan memahamkan siswa. Masalah hasilnya diserahkan kepada siswa itu sendiri. Tentu hal demikian, perlu adanya peran orangtua untuk mengingatkan, mendukung dan membantu anaknya untuk belajar.
# Ketiga, izin dadakan tapi sudah datang
Hal lain yang membuat saya istighfar adalah izin dadakan tapi saya sudah di rumah siswa. Saya pernah mengalami suatu kejadian di mana telah sampai di tempat siswa, lalu dengan santainya seorang pekerja menghampiri saya "lhoh mba, anak-anak pergi ke Yogyakarta, soalnya ada lomba, apa tadi mamanya tidak bilang?" tentu saya segera konfirmasi ke orang tua si anak. Hehe #ambilhikmahnya!
# Keempat, kamu berhak memilih! Nyaman belajar privat atau berkelompok?
Saya pernah menjadi tentor belajar secara berkelompok, kala itu ada empat anak dengan karakter yang berbeda. Karena saya tipe orang yang suka mengerjakan soal dengan suasana tenang, maka saya kurang nyaman dengan suasana ramai di tengah anak-anak yang belajar sambil bermain (berisik).Â
Tentu, saya lebih nyaman dengan menjadi tentor privat yang terdiri 1-2 orang, sebab masih bisa dikondisikan. Maka ketika readers diberi pilihan untuk menjadi tentor privat atau berkelompok, usahakan untuk mempertimbangkan (nyaman yang mana).
Itulah readers, suka dan dukanya menjadi seorang tentor yang harus kamu ketahui sebelum terjun di dunia tentor. Saya berharap readers dapat mengambil sisi positif dari cerita nyata saya ini.Â
Dapat saya garis bawahi, bahwa menjadi seorang tentor tentu ada suka dan dukanya, tinggal readers ambil sisi positifnya yang patut disyukuri, berbagi ilmu misalnya.
Saran saya, kepada orangtua yang memakai jasa tentor, seyogyanya tidak perlu menuntut anak kepada nilai akademik yang sempurna, sebab kemampuan setiap anak berbeda. Jangan lupa "hargailah setiap proses pencapain si anak!".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H