4.Kata Sifat:
"baru," "pahit" menggambarkan karakteristik tempat dan objek yang ada dalam cerita, seperti "buah maja yang berasa pahit.
5.Kata Kiasan/Majas:
Majas tidak banyak digunakan dalam teks ini. Namun, jika ditambahkan, mungkin akan membuat teks lebih hidup dan menarik, seperti menambahkan kiasan "Raden Wijaya seperti singa yang menyusun kekuatan untuk merebut takhtanya kembali."
Modifikasi sebagian teks yang menunjukkan konflik.
Setelah berhasil membangun desa Majapahit di hutan Tarik, Raden Wijaya mulai menyusun rencana untuk merebut kembali kekuasaan yang dirampas Jayakatwang. Namun, ia menyadari bahwa kekuatannya belum cukup untuk menghadapi pasukan besar Jayakatwang. Keadaan ini berubah ketika terdengar kabar bahwa tentara Mongol datang ke Jawa untuk menghukum Raja Kertanegara yang telah menghina utusan Kaisar Khubilai Khan.
Menyadari ketidaktahuan pasukan Mongol terhadap situasi politik di Jawa, Raden Wijaya melihat peluang. Dengan cerdik, ia mendekati tentara Mongol dan berhasil meyakinkan mereka bahwa Jayakatwang adalah musuh yang harus mereka tundukkan terlebih dahulu. Bersama-sama, mereka menggempur Kediri, dan Jayakatwang berhasil dikalahkan.
Namun, sesaat setelah kemenangan tercapai, Raden Wijaya menunjukkan rencananya yang sebenarnya. Dengan taktik yang matang, ia memimpin serangan balik yang mengejutkan terhadap pasukan Mongol, memaksa mereka untuk mundur dan meninggalkan tanah Jawa. Melalui kemenangan ini, Raden Wijaya berhasil mengamankan kekuasaannya dan mendirikan Kerajaan Majapahit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H