Mendidik adalah tugas dan tanggung jawab orang tuanya sebagai pendidikan awal "Al-Umm madrosatul ula". Anak disebut walad, orang tua disebut Walid. Atau dalam bahasa Al-Qur'an disebut Wildan (anak-anak yang butuh pengasuhan) kalimat itu disebutkan dalam Qs. Al-Waqi'ah: 17-18, dan Qs. Al-Insan: 19.
Ketika anak dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui apapun, namun Allah memberikan pendengaran, penglihatan, dan hati agar bersyukur kepada Allah. Secara jelas bisa dilihat dalam Qs. An-Nahl: 78. Allah memberi potensi manusia berkembang "Potensi panca indra (pendengaran dan penglihatan) dan potensi hati yang menggambarkan kecerdasan intelektual atau IQ (kesadaran, memori), kecerdasan emosional atau EQ (qald, nafs) dan kecerdasan Spiritual atau SQ (Fuad, hati nurani) [Suderajat, 2011:25]. Manusia itu makhluk sempurna yang Allah ciptakan dengan segenap potensi dan kelebihan dibandingkan dengan makhluk yang lainnya.
Pada sekian banyak pengertian tentang fitrah, bahwa kuncinya fitrah itu adalah potensi manusia. bukan hanya pada potensi agama atau dilahirkan dalam keadaan bertauhid kepada Allah. namun banyak juga potensi lainnya. Menurut ibnu taimiyah sebagaimana disitir Jauhaja S. Praja pada diri manusia juga memiliki setidaknya tiga potensi fitrah yaitu:
- Daya intelektual (Quwwat al-aql)Â yaitu potensi dasar yang memungkinkan manusia dapat membedakan nilai intelektualnya, manusia dapat mengetahui dan mengesakan tuhannya. Melalui potensi ini manusia dapat membangun peradaban.
- Daya Ofensif (quwwat a-syahwat)Â yaitu potensi yang dimiliki manusia yang mampu menginduksi objek-objek yang menyenangkan dan bermanfaat bagi kehidupannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah secara serasi dan seimbang.
- Daya Defensif (quwwat al-qhaddab) yaitu potensi dasar yang dapat menghindarkan manusia dari perbuatan yang dapat membahayakan dirinya. potensi insting yang memungkinkan manusia dapat mempertahankan diri dalam keadaan darurat yang kurang menguntungkan.
Kemudian ada juga pendapat Ibnu Taimiyah yang dikutip Nurcholis Majdid yang membagi fitrah manusia kepada dua bentuk yaitu:
- Fitrat al-gharizat merupakan potensi dalam diri manusia yang dibawanya semenjak lahir. potensi tersebut antara lain nafsu, akal, hati nurani yang dapat dikembangkan melalui jalur pendidikan
- Fitrat al-Munaazalat merupakan potensi luar manusia. adapun wujud dari fitrah ini yaitu Wahyu Allah yang diturunkan untuk membimbing dan mengarahkan fitrah al-gharizat berkembang sesuai dengan fitrahnya yang hanif.
Muhammad Bin Asyur sebagaimana disitir M. Quraish Shihab (1994) dalam mendefinisikan fitrah manusia ada beberapa potensi yang dimiliki oleh manusia diantaranya yaitu:
- Potensi jasadiah, yaitu contohnya potensi berjalan tegak dengan menggunakan kedua kaki
- Potensi akliyah, yaitu contohnya kemampuan manusia untuk menarik sesuatu kesimpulan dari sejumlah premis.
- Potensi Rohaniyah, yaitu contohnya kemampuan manusia untuk dapat merasakan senang, nikmat, sedih, bahagia, tentram, dan sebagainya.
Dalam prespektif pendidikan islam, fitrah manusia dimaknai dengan sejumlah potensi yang menyangkut kekuatan-kekuatan manusia. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan hidup, upaya mempertahankan dan melestarikan kehidupannya, kekuatan rasional (akal) dan kekuatan spiritual (agama). Â Ketiga kekuatan inilah yang kemudian dikembangkan, diperkaya, dan diaktualisasikan secara nyata dalam perbuatan amaliah manusia sehari-hari, baik secara vertikal maupun horizontal. Perpaduan ketiganya merupakan kesatuan yang utuh.
Dalam pendidikan islam harus mampu mengintegrasikan seluruh potensi yang dimiliki oleh anak didiknya pada pola pendidikan yang ditawarkan, baik potensi yang ada pada jasmani maupun rohani, intelektual, emosional, serta moral etis religius dalan diri peserta didik.
Fitrah yang dimiliki oleh setiap manusia memiliki kebutuhan. Menrurut Zakarya Drajat ada dua kebutuhan peserta didik yaitu:
- Kebutuhan psikis yaitu kebutuhan akan kasih sayang, rasa aman, rasa harga diri, bebas, mengenal dan rasa sukses
- Kebutuhan fisik yaitu pemenuhan sandang, pangan dan papan.
Dalam perkembangannya manusia ingin selalu dipenuhi kebutuhan hidupnya, secara layak dan dapat hidup sejahtera. Tetapi kehidupan sejahtera sifatnya relatif, karena selalu berkembang sesuai dengan perkembangan sosial budaya. Semakin maju suatu masyarakat, maka akan semakin beraneka ragam kebutuhan. Menurut Zuhairini, dkk [95-97], kebutuhan pokok manusia antara lain yaitu:
- 1. Kebutuhan Biologis
kebutuhan biologis atau kebutuhan jasmaniah, yang merupakan kebutuhan hidup manusia yang primer, seperti makan, tempat tinggal, pakaian, dan kebutuhan sexsual. Setiap orang tentu akan memenuhi kebutuhan biologis tersebut, namun cara pemenuhan kebutuhan tersebut berbeda satu dengan yang lain, tergantung kemampuan dan kebutuhan masing-masing.
- 2. Kebutuhan Psikis
Kebutuhan Psikis yaitu kebutuhan rohaniah. Manusia membutuhkan rasa aman, dicintai dan mencintai, bebas, dihargai, dan lainnya. Manusia adalah makhluk yang disebut "psycho-physik netral" yaitu sebagai makhluk yang memiliki kemandirian jasmaniah dan rohaniah. Dalam kemandirian itu manusia memiliki potensi untuk berkembang dan tumbuh, untuk itu diperlukan adanya pendidikan, agar kebutuhan psikis dapat terpenuhi dengan seimbang.
- 3. Kebutuhan Sosial