Banyak faktor yang sering mempengaruhi Pendidikan Anak Usia Dini baik dalam hal belajar, berbicara, bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupannya, model belajar anak usia dini dapat dipengaruhi beberapa factor, diantaranya: factor lingkungan, factor social, factor emosional, factor emosi serta factor metode. Oleh karena itu guru sebagai pendidik harus benar-benar mengarahkan tipe belajar anak usia dini sebaik mungkin. Dikarenakan adanya factor-faktor tersebut sangat penting, sehingga guru diharapkan dapat mempergunakan cara yang lebih efektif dalam pemebelajaran agar cara belajar anak mengarah pada satu atau lebih dari tipe-tipe belajar yang ada. Berikut lebih jelasnya factor-faktor yang mempengaruhi PAUD diantaranya adalah:
1. Faktor Lingkungan
Lingkungan sangat penting dalam mempengaruhi tipe belajar anak usia dini, seperti cahaya, suara, suhu, kebisingan dan model kelas. Anak dibiasakan untuk mendengarkan berbagai suara agar anak lebih faham dan mudah mengerti apa yang disimaknya dalam pembelajaran, agar anak terbiasa menyimak apa yang didengarnya dalam berkomunikasi baik antara guru dan antar teman sebayanya. Selain suara cahaya juga sangat mempengaruhi tingkat kenyamanan mata dalam melihat sesuatu disekelilingnya. Suhu yang sejuk akan memberikan kenyamanan dalam proses belajar mengajar, dan perlunya desain kelas yang menarik, simple, menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi dengan adanya desain-desain dan gambar-gambar serta memberikan kenyamanan dalam menerima informasi dari gurunya.
2. Faktor Sosial
Faktor social merupakan factor yang mendorong anak usia dini dalam berkomunikasi antar teman sebayanya, dengan cara memberikan kegiatan secara berkelompok yang terdiri dari beberapa anak agar menumbuhkan sikap social yang lebih baik, dalm kegiatan ini diharapkan anak usia dini dapat menghargai hasil karya orang lain, dan dapat merencanakan, mengerjakan tugas secara bersama-sama, disitu secara tidak langsung anak akan berkomunikasi dengan sendirinya dan cenderung bersosialisai dengan temannya, dan dalam hal ini tanggung jawab individu juga perlu diberikan.
3. Faktor Emosional
Emosi anak sangat berhubungan dengan motivasi, jadi jangan bosan-bosan dalam hal memotivasi anak usia dini, karena itu sangat dibutuhkan dalam meningkatkan minat belajar anak, karena motivasi setiap anak berbeda-beda, ada yang dimotivasi dalam hal kepandaian, ada yang dimotivasi dalam hal penyemangatan. Tidak jarang anak yang memiliki motivasi yang rendah begitu juga anak yang memiliki motivasi tinggi. Dalam pemberian kegiatan seharusnya guru memberikan kegiatan yang bervariasi serta memberikan tanggung jawab kepada setiap individu dengan memberikan motivasi, agar kegiatan tersebut dapat terlaksana tanpa membebani anak usia dini dan anak akan senang jika mengetahui apa yang diinginkan terpenuhi.
4. Faktor Fisik
Fisik harus disipkan juga sebelum proses belajar mengajar, karena kesiapan fisik anak usia dini ketika pembelajaran berlangsung akan mempengaruhi anak dalam menerima informasi pelajaran yang diberikan oleh guru, sebagai orang tua harus benar-benar mempersiapkan fisik anaknya ketika proses pembelajaran, seperti menyiapkan makan dan minum yang sehat dan bergizi, kalau perlu diberikan bekal jika anak tidak sempat untuk sarapan, serta tidur yang cukup dan tidak terlalu malam agar fisik pada pagi hari dapat fresh dan siap menerima pelajaran dengan baik. Sebagai guru juga harus memperhatikan waktu istirahat yang cukup dan memberikan kesempatan anak untuk bergerak agar anak tetap aktif.
5. Faktor Metode Terpadu
Pendidik haruslah mepunyai ide yang cemerlang dalam hal memilih metode, agar proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak membosankan. Metode yang dipilih seharusnya metode yang menarik dan memberikan pengalaman yang bermakna bagi anak usia dini dan tidak lupa memperhatikan lingkungan, dan kondisi anak usia dini dalam memilih metode yang terpadu agar proses pembelajaran lebih efektif dan efisien.
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini telah banyak diteliti olehpara ahli. Satu diantaranya adalah Lindsey (dalam Arce 2000:07), yang mengatakan bahwa perkembangan kritis secara signifikan terjadi pada tahun-tahun usia dini, dan perkembangan tersebut ditentukan oleh lingkungan dan pengasuhnya. Pentingnya PAUD juga dikemukakan oleh Feldman (2002) bahwa masa balita merupakan masa emas yang tidak akan berulang karena merupakan masa paling penting dalam pembentukan dasar-dasar kepribadian, kemampuan berfikir, kecerdasan, keterampilan, dan kemampuan bersosialisasi. Berhubungan dengan seorang anak misalkan ayah dan ibunya, pengasuh, teman sebayanya, guru dan keluargalainnya dan orang tersebut mempengaruhi cara anak berperilaku. Dalam kaitan ini Feeney (2006:55) mengemukkan bahwa sebagian besar nilai-nilai dan pelaksanaan program pendidikan anak tumbuh dari nilai anak dalam suatu masyarakat yang diadopsi secara turun temurun, diantaranya juga dipengaruhi pleh pemimpin agama, pembaharu masyarakat, dan pendidik dimasa sebelumnya. Para ahli pendidik di Indonesiameyakini bahwa penyebah rendahnya kualitas manusia Indonesia disebabkan oleh orientasi pembelajaran yang bersifat kognitif dan mengabaikan afektif dan psikomotorik.
Kesimpulan
Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Membentuk dan menumbuhkan karakter memerlukan proses yang panjang. Karakter manusia tidak terjadi secara otomatis. Kendati secara fitrah manusia memiliki potensi mencintai kebaikan. Karakter ibarat otot yang harus dibangun dengan latihan yang terus menerus, sehingga otot yang terbentuk bagus. Pada masa usia dini inilah yang merupakan masa kritis untuk membentuk karakter seseorang. Kegagalan penanaman  karakter yang  baik  di usia dini ini akan membentuk pribadi yang  bermasalah di masa dewasanya. Kesuksesan orang tua maupun pendidik membimbing anaknya dalam mengatasi konflik kepribadian  di  usia  dini  sangat  menentukan  kesuksesan  anak  dalam  kehidupan sosial di masa dewasanya. Ada  2  faktor  yang  mempengaruhi  karakter  anak  usia  dini:  1) faktor intern, meliputi insting/naluri, kebiasaan, kehendak/kemauan, suara hati,  dan  keturunan; dan  2)  faktor  ekstern,  meliputi  pendidikan dan  lingkungan. Keberhasilan  pengembangan  karakter  dalam  pendidikan  anak  usia dini dapat  diketahui dari  perilaku sehari-hari yang tampak  pada setiap  aktivitas berikut: 1) kesabaran, 2) kesadaran, 3) kejujuran, 4) keikhlasan, 5) kesederhanaan, 6) kemandirian, 7) kepedulian, 8) kebebasan dalam bertindak, 9) kecermatan/ ketelitian, 10) komitmen, 11) mematuhi peraturan, dan 12) menghargai hak dan kewajiban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H