Mohon tunggu...
Ika Utaminingrum
Ika Utaminingrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kalau pusing itu tandanya duitnya menipis sekian terimakasih

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pertempuran 5 Hari di Semarang

30 April 2024   22:59 Diperbarui: 30 April 2024   23:07 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tanggal 4 Oktober 1945, Angkatan Muda bersama Polisi Indonesia di Semarang berhasil menemukan kemudian menyita persediaan mesiu milik tentara Jepang di Gua Kambangan. Selain itu, melalui perundingan dan tipu daya yang dilakukan Angkatan Muda juga berhasil mendapatkan beberapa puluh pucuk senjata dari markas Polisi Jepang yang berada di Jalan Bojong, Semarang (sekarang Jalan Pemuda). 

Usaha pemuda dalam memperoleh senjata mencapai puncaknya pada tanggal 7 Oktober 1945. Bermacam-macam senjata tajam dibawa oleh para pemuda Semarang yang kemudian mengerumuni tangsi tentara Jepang, Kido Butai yang terletak di Jatingaleh. Di sisi lain, dilakukan perundingan antara pemimpin mereka dengan komandan Kido Butaidi dalam markas. 

Kido Butai atau Pasukan Kido merupakan istimewa dari Jepang yang dipersiapkan di Semarang untuk menghadapi tentara Sekutu ketika mendarat. Pasukan ini bertempat di suatu kompleks militer yang luas di Jatingaleh. Kekuatan yang dimiliki oleh pasukan lebih besar daripada 1 batalion. Pasukan menggunakan senjata lengkap dan memiliki banyak pengalaman di berbagai Medan pertempuran.

Perundingan dengan suasana yang cukup menegangkan berjalan dengan cepat, karena pada dasarnya Kido Butai merasa keberatan jika harus menyerahkan seluruh senjatanya pada hari itu juga tanpa adanya izin dari atasan, yaitu Mayor Jendral Nakamura di Magelang. Pada akhirnya senjata diserahkan secara bertahap hingga seluruh senjata Kido Butai diserahkan. 

Penyerahan senjata untuk Angkatan Muda dan para pejuang telah terealisasi. Senjata tersebut merupakan senjata bekas dari tentara Peta Semarang yang dilucuti Jepang dua hari setelah setelah Proklamasi kemerdekaan. Namun, senjata Kido Butai sendiri tidak pernah diserahkan karena meletusnya pertempuran sebelum senjata diserahkan. 

Sikap Kido Butai berubah secara signifikan setelah terjadinya insiden penangkapan dan pembunuhan terhadap orang Jepang Sakura (sipil) di Semarang. Sejak saat itu Kido Butai berhenti memberikan senjatanya dan bertekad untuk merebut kembali senjata yang telah diberikan dan menuntut akan membalas. Kemudian meletuslah pertempuran lima hari di Semarang. 

Pada tanggal 13 Oktober 1945 pukul 20.00 diselenggarakan konferensi Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) se Jawa Tengah di gedung Angkatan Muda, Jomblang, Semarang. Konferensi tersebut diselenggarakan atas usaha yang dilakukan oleh dewan pimpinan AMRI. Tujuan konferensi berdasarkan pernyataan dari ketua AMRI, S. Karna adalah untuk memperkuat koordinasi antar golongan dan badan-badan yang telah bergabung dengan AMRI.

Konferensi AMRI pada malam itu dipenuhi dengan suasana rasa benci dan curiga terhadap RAPWI. Oleh karena itu, selain dari pembahasan mengenai organisasi, mereka juga membuat keputusan untuk membersihkan individu-individu yang mereka curigai akan mengganggu stabilitas Republik Indonesia. Berita tentang Jepang yang diduga meracuni sumber air di Candi baru semakin memicu kemarahan pemuda. 

Sehingga, hanya satu jamsetelah konferensi tersebut berakhir pada malam itu, pemuda melancarkan tindakan penangkapan terhadap orang-orang Jepang dan Belanda yang dicurigai terlibat. Aksi penangkapan itu dilaksanakan di kota Semarang dan Ambarawa, dan diteruskan sampai esoknya pada hari Minggu tanggal 14 Oktober 1945. Di daerah Ambarawa, kira-kirasebanyak 260 orang berhasil ditangkap oleh pemuda. 

Sejumlah kecil orang Jepang yang berada di Bandungan berhasil lolos dengan mobil ke Semarang dan bergabung dengan Kido Butai. Sejumlah orang Jepang dan Belanda di Semarang yang ditangkap pada hari itu tidak bisa diketahui. Diperkirakan dipenjara dulu saja ada 1000 orang lebih tawanan orang Jepang dan Belanda. Akibat peristiwa tersebut, muncul dampak-dampak yang tak terelakkan, termasuk tindakan balas dendam pribadi dari beberapa individu pemuda yang menganiaya hingga membunuh sejumlah orang Jepang yang telah mereka tangkap. 

Contohnya adalah kejadian di daerah Semarang Barat, khususnya di Benteng Pendek dekat stasiun Poncol. Alasan-alasan pribadi cukup beragam, termasuk insiden di mana beberapa dari mereka mungkin merasa bahwa kekasih mereka telah menjadi korban pelecehan oleh tentara Jepang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun