Deferensiasi dari kata itu kita melihat bahwa pembelajaran yang kita lakukan adalah berdasarkan perbedaan. Perbedaan apa saja yang ada di dalam kelas akan kita jabarkan disini, perbedaan yang ada di dalam kelas antara lain adalah perbedaan pribadi siswa, perbedaan asal usul siswa, perbedaan pengetahuan, perbedaan perlakuan di keluarga. perbedaan perbedaan yang ada tersebut sebagian yang melandasi adanya perbedaan di dalam kelas. Jika di dalam kelas kita mempelajari materi yang sama maka hasil pembelajaran yang kita harapkan berupa tujuan akhirnya pun harus sama. Kendala yang di hadapi saat menuju tujuan pembelajaran yang diharapkan akan sama tetapi adanya perbedaan perbedaan yang mendasari tersebut lah maka kita akan membuat sama jalan yang dilaui dalam pembelajaran sehingga tujuan akhir yang diharapkan juga bisa sama. Pembelajaran deferensiasi yang kita lakukan terdapat perbedaannya di dalam kelas yaitu perbedaan cara menguasai materi yang di pelajari, cara yang digunakan mengapa berbeda karena kita harus memperhatikan kesiapan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelas. Jika kita sudah mempersiapkna siswa dengan memetakan kesiapan belajar mereka maka langkah berbeda pun dapat diterima dan dilaksanakan oleh siswa dengan menyenangkan.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
- Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
- Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
- Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
- Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
- Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
Apabila kita akan menerapkan pembelajaran Berdeferensiasi maka kita harus menyiapkan terlebih dahulu langkah langkah yang akan kita lakukan sebelum melaksanakan pembelajaran, kita harus bertanya pada diri sendiri tentang beberapa hal berikut ini, yaitu :
- Bagaimana saya dapat mengelola kelas untuk memenuhi kebutuhan murid secara individu?
- Apa yang saya ketahui tentang latar belakang murid saya, pembelajaran sebelumnya, dan perkembangan keterampilan mereka?
- Apa yang saya ketahui tentang minat murid saya (di sekolah dan di luar), motivator, dan tujuan mereka?
- Apa yang saya ketahui tentang profil belajar murid saya? Apa gaya belajar yang disukai oleh mereka?
- Bagaimana saya bisa menggunakan informasi tentang minat, kesiapan dan profil belajar murid saya untuk membantu saya merancang dan melaksanakan pembelajaran secara efektif?
Saat awal menerima materi Pembelajaran berdeferensiiasi pada poin satu terdapat pertanyaan bagaimana saya dapat mengelola kelas untuk memenuhi kebutuhan murid secara individu?, bayangan yang ada benak saya adalah kita harus menyusun pembelajaran yang bisa mengenal dan mengena pada 26 siswa yang saat ini ada di kelas saya. Ternyata hal tersebut adalah satu miskonsepsi dari pembelajaran berdeferensiasi. Kita melaksanakan pembelajaran tidak harus merancang pembelajaran yang berbeda untuk 29 karakter siswa yang berbeda tetapi kita harus mengetahui kesiapan belajar mereka.
Bagaimana cara kita mengetahui kesiapan belajar mereka? kita bisa memetakan kesiapan belajar mereka dengan memberikan pertanyaan panacingan sesuai dengan kesiapan belajar siswa, minat siswa dan profil siswa. Kita harus membayangkan dan mengingat pada kemampuan yang siswa miliki yang ada di dalam kelas, contohnya adalah :
- Bagaimanakah karakteristik setiap anak di kelas kita?
- Apakah kita mengetahui kekuatan mereka?
- Bagaimana gaya belajar mereka?
- Apa minat mereka?
- Siapakah yang memiliki keterampilan menghitung paling baik di kelas ?
- Siapakah yang sebaliknya? Siapakah yang paling menyukai kegiatan kelompok?
- Siapakah yang justru selalu menghindar saat bekerja kelompok?
- Siapakah yang level membacanya paling tinggi?
- Siapakah murid yang masih perlu dibantu untuk meningkatkan keterampilan memahami bacaan mereka?
- Siapakah yang paling senang menulis?
- Siapakah yang lebih senang berbicara?
dari bayangan yang ada tersebut kita dapat memetakan kesiapan belajar mereka, dengan 3 cara yaitu : Mengetahui kesiapan belajar siswa, mengetahui minat siswa, dan mengetahui profil belajar siswa. Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut.
Pemetaan kebutuhan belajar siswa langkah pertama bisa dengan Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif yang dapat kita gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini, kita hanya akan membahas 6 perspektif dari beberapa contoh perspektif yang terdapat dalam Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (2001: 47).
Langkah kedua dengan memtakan sesuai dengan minat belajar siswa, Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Tomlinson (2001: 53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya adalah sebagai berikut: membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar; mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran; menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka, dan; meningkatkan motivasi murid untuk belajar. Minat sebenarnya dapat kita lihat dalam 2 perspektif. Yang pertama sebagai minat situasional. Dalam perspektif ini, minat merupakan keadaan psikologis yang dicirikan oleh peningkatan perhatian, upaya, dan pengaruh, yang dialami pada saat tertentu. Seorang anak bisa saja tertarik saat seorang gurunya berbicara tentang topik hewan, meskipun sebenarnya ia tidak menyukai topik tentang hewan tersebut, karena gurunya berbicara dengan cara yang sangat menghibur, menarik dan menggunakan berbagai alat bantu visual. Yang kedua, minat juga dapat dilihat sebagai sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu. Minat ini disebut juga dengan minat individu. Seorang anak yang memang memiliki minat terhadap hewan, maka ia akan tetap tertarik untuk belajar tentang hewan meskipun mungkin saat itu guru yang mengajar sama sekali tidak membawakannya dengan cara yang menarik atau menghibur. Karena minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran, maka memahami kedua perspektif tentang minat di atas akan membantu guru untuk dapat mempertimbangkan bagaimana ia dapat mempertahankan atau menarik minat murid-muridnya dalam belajar. Proses Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif yang dapat kita gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini, kita hanya akan membahas 6 perspektif dari beberapa contoh perspektif yang terdapat dalam Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (2001: 47).
Langkah lainnya dalam memetakan kebutuhan belajar siswa adalah dengan Profil Belajar siswa. Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar. Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar siswa berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka. Profil belajar siswa terkait dengan banyak faktor. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:
- Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur, dsb.
Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb. - Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.
- Preferensi gaya belajar. Gaya belajar adalah bagaimana siswa memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu:
- visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar, menampilkan diagram, power point, catatan, peta, graphic organizer );
- auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat saat berdiskusi, mendengarkan musik);
- kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb). Mengingat bahwa siswa-siswa kita memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, maka penting bagi guru untuk berusaha untuk menggunakan kombinasi gaya mengajar.
- Preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk (multiple intelligences): visual-spasial, musical, bodily-kinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logic-matematika.
Langkah pemetaan yang telah saya praktekkan di kelas adalah dengan memetakan kesiapan belajar siswa dengan minat belajarnya. Minat yang saya pilih disini adalah Karya, seni, dan teknologi. Karya adalah siswa yang suka atau minatnya dengan membuat barang atau berkarya menciptakan suatu produk yang dapat di gunakan untuk mempresentasikan atau mewakili materi yang telah di dapat bersama guru. Kelompok seni adalah kelompok siswa yang minatnya pada hal seni contohnya membuat gambar, lukisan ataupun membuat karya berupa seni bersama kelompok mereka. Kelompok ketiga berdasarkan teknologi, kelompok ini adalah kelompok yang mana selalu memnfaatkan teknologi mereka untuk mendapat pengetahuan baru ataupun mereka membuat liputan tentang 2 kelompok lainnya menggunakan alat yang mereka punya untuk dapat membuat karya berupa Vidio tentang materi yang telah di terima. Contoh pemetaan yang telah dilakukan
Minat
Karya
Seni
Teknologi
Nama Siswa
VANZA TRI NOVANTO
RISQI MAULANA
ZIHROTUL HAFIZAH
SRI NANING DEWI NINGSIH
SALSA OKTAVYANI
SHELINA PUTRI AMINATA
YOLANDA IKA MUFIDHA
RISQIA SYAAKIRAH PUTRI
SELLY PUTRI AGUSTIN
ZAKIA PRAMESWARI
SELVI AINUR RISMA
PUTRI ASMARANI APRILLIYA
PUTRI DWI MARSELA
SINDU ADI NUGROHO
NOVA APRILIA ULFATUS S
RINI NUR HAYATI
PEAVY WIDIA MARDALENA
RAHAYU SANTOSO
SARIN FEBRIYANI
PUTRI NUR RAMADHANI
RAKHA WARDHANA S
RAKHA FIRJATULLAH
RASYID AKRAM
RAMADHAN SATRIO W
RIDHO MAULANA
NOVI ARINI
Proses Pemetaan melalui WAG menggunakan kata kunci Karya, Seni Teknologi maka anak anak akan langsung menjawab di bawahnya apa yang mereka pilih. Apabila langkah awal dalam pemetaan sudah terlaksana maka selanjutnya adalah melakukan cara pembelajaran deferensiasi yang akan dilakukan. Mulai dari minat yang telah diungkapkan siswa maka langkah selanjutnya daalah bentuk deferensiasi yang akan di lakukan oleh guru. Proses pembelajaran Deferensiasi terdiri dari 3 jenis yaitu: Deferensiasi Proses, Konten, dan Produk.
Minat
Karya
Seni
Teknologi
Diferensiasi Proses
1. Siswa bersama sama masuk pada link gmeet yang telah di bagikan guru
2. Mengisi daftar hadir yang telah di berikan oleh guru
3. Mengelompokkan siswa pada Link WAG yang berisi anggota sesuai kegemaran siswa
Siswa mengamati link utube yang di bagikan berisi tentang energy alternatif dan link kedua tentang peran Indonesia di ASEAN
Diberikan bacaan yang ada pada buku paket siswa tentang Energi alternative dan Peran Indonesia di ASEAN
Mencari link dan mencermati isi yang ada pada link dan video yang di dapat tentang energy alternative dan peran ekonomi Indonesia di ASEAN
Diferensiasi Produk
Membuat karya bersama berupa sebuah energy alternative secara bergotong royong berdasarkan nama negara ASEAN menulis nama negaranya dan sumbangan yang diberikan
Membuat sebuah gambar dan poster tentang energy alternative dan peran Indonesia di ASEAN
Membuat liputan atau melaporkan kegiatan kelompok karya dan seni hingga menjadi video yang bagus
Pembelajaran deferensiasi dapat diterima oleh siswa dan dapat dilaksanakan di kelas dengan baik karena mempunyai alasan diantaranya karena Pembelajaran Berdiferensiasi adalah bersifat proaktif, Pembelajaran Berdiferensiasi menggunakan beberapa pendekatan terhadap konten, proses, dan produk. Pembelajaran Berdiferensiasi berakar pada penilaian. Pembelajaran Berdiferensiasi lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif. Pembelajaran berdiferensiasi berpusat pada murid, Pembelajaran berdiferensiasi bersifat "organik" dan dinamis, Pembelajaran berdiferensiasi merupakan perpaduan dari pembelajaran seluruh kelas, kelompok dan individual. Sifat sifat deferensiasi tersebut ada pada setiap proses pembelajaran saat berada di dalam kelas.
Pembelajaran Berdeferensiasi bersifat Proaktif artinya pembelajaran ini disusun dan dilaksanakan oleh guru dan siswa, bukan hanya di susun oleh guru dan siswa sebagai pelaksana, tetapi guru dan siswa sama sama melaksanakan dan aktif di dalam proses pembelajaran ini. Lebih pro aktif pada siswa sehingga dapat membuat siswa mengungkapkan dan melakukan pembelajaran di dalam kelas sesuai dengan keinginan siswa dan siswa terlibat secara aktif. Pembelajaran yang melaksanakan tiga elemen kurikuler yaitu antara konten, atau masukan yang diberikan pada siswa atau materi pembelajaran yang harus di pelajari oleh siswa, Proses yaitu cara bagaimana siswa dapat memahami materi atau isi pembelajaran yang dilaksanakan selama proses pembelajaran, cara menyampaikan guru pada siswa yang dapat diterima oleh siswa, dan produk adalah hasil yang di dapatkan oleh siswa atau hasil yang dapat dibuat ataupun hasil yang dapat dilaksanakan oleh siswa dari pembelajaran yang dilaksanakan, dapat digunakan oleh guru untuk selalu melibatkan siswa pada proses pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas. Di dalam pembelajaran berdiferensiasi, penilaian tidak lagi didominasi sesuatu yang terjadi pada akhir unit untuk menentukan "siapa yang mendapatkannya." penilaian diagnostik secara rutin akan dilakukan saat unit dimulai. Di sepanjang unit pembelajaran, guru menilai tingkat kesiapan, minat, dan pendekatan belajar yang digunakan murid dan kemudian merancang pengalaman belajar berdasarkan pemahaman terbaru dan terbaik tentang kebutuhan murid. Produk akhir, atau cara lain dari penilaian "akhir" atau sumatif, akan mengambil berbagai bentuk, dengan tujuan untuk menemukan cara terbaik bagi setiap murid untuk menunjukkan hasil belajarnya selama unit tersebut berlangsung.
Dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi, proses penilaian memegang peranan yang sangat penting. Guru diharapkan memiliki pemahaman yang terus berkembang secara terus menerus tentang kemajuan akademik murid-muridnya agar ia bisa merencanakan
pembelajaran sesuai dengan kemajuan tersebut. Guru diharapkan dapat mengetahui dimana posisi murid-muridnya saat mereka akan belajar dan mengaitkannya dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Ini tentunya akan berbeda-beda untuk setiap
murid, untuk setiap mata pelajaran, untuk setiap materi, dan bahkan untuk setiap waktu, karena kondisi psikologis dan kemampuan seorang anak mungkin saja berbeda dari waktu ke waktu. Penilaian, dalam hal ini akan berfungsi seperti sebuah kompas yang
mengarahkan dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi. Saat melakukan penilaian guru harus melakukan pengamatan pada semua kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa pada saat yang bersamaan jadi harus lebih jeli dan teliti saat melaksanakan penilaian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H