Mohon tunggu...
Ika Sunarmi
Ika Sunarmi Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Ketika sebuah karya selesai ditulis, maka pengarang tak mati. Ia baru saja memperpanjang umurnya lagi. (Helvy Tiana Rosa)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Dia, Vanilla

7 November 2020   19:28 Diperbarui: 7 November 2020   19:46 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Ya, begitulah," jawabku.

Dia bertopang dagu, meliarkan matanya ke sekeliling caf tempat kami berada. Aku tahu tatapannya kini terarah pada tanaman yang tergantung di dinding. Tanaman kaktus kecil yang sering ku perdebatkan dengan gadis di masa laluku, ketika dia mengatakan bahwa tidak adil jika kaktus tersebut diletakkan di dalam sini, tidak adil bahwa kaktus itu hanya sendiri di dalam sini, tak punya siapapun untuk berkeluh kesah jika seandainya dia sedang bersedih. Namun aku tidak setuju dengannya, kaktus itu meski kecil, dia mampu bertahan dalam kesendirian ini, dia kuat, dia tidak harus berkeluh kesah kepada siapapun, karena dia mempunyai duri. Duri yang mampu melindunginya dari serangan yang mungkin membahayakannya. 

Gadis di hadapanku itu terus mengamati kaktus itu. Entah apa yang ada dalam benaknya. Tatapannya seolah dia paham dengan tanaman itu. Seolah mereka memiliki kesamaan. Aku sibuk mengamati ekspresi gadis itu. Dan baru kusadari, dia memiliki mata bulat berwarna hitam yang dibingkai dengan bulu yang lentik alami. Tipe yang pernah menjadi khayalan setiap lelaki. Alisnya, lebat alami tanpa pensil alis apalagi sulam alis seperti kebanyakan wanita.

Tanpa kusadari aku menghirup aroma yang menguar dari tubuhnya. Dia menggunakan aroma vanilla dipadu dengan kopi. aku masih menatapnya lekat. Entah kenapa sejak melihatnya mengamati kaktus itu, mataku terkunci hanya pada satu arah, padanya.

"Apa kau tahu, kaktus itu tanaman yang istimewa?" ucapnya tiba-tiba sembari mengalihkan tatapannya padaku, seolah kami sudah lama saling mengenal.

Aku geragapan kedapatan tengah mengamatinya. Untung saja aku masih mampu menguasai diri. Kutarik seulas senyum di bibirku untuk menutupi rasa grogri yang tiba-tiba menghinggapiku. "ya, kaktus itu tanaman yang kuat."

"Benar," ucapnya sembari kembali menatap tanaman itu dan aku kembali dengan leluasa mengamati wajahnya. "Kaktus juga melambangkan kesabaran. Dia tidak pernah mengeluh, dia bertahan dalam segala kondisi. Dia mandiri." Dia berhenti mengamati kaktus itu, dialihkannya padangannya padaku, mata kami bersiborok. Seperti ABG yang baru mengenal cinta, jantungku berdebar kencang. Aku khawatir dia mendengar degubnya. Tapi mataku terpaku pada kelamnya matanya.

Untuk beberapa saat kami bergeming. Lantas dia tersenyum, "aku iri pada kaktus," ucapnya memecah keheningnya yang melingkupi kami. Aku menaikkan sebelah alis menanggapinya? "Dia kuat walau sendiri, dia begitu mandiri," ucapnya kemudian.

Entah bagaimana gadis ini begitu menyukai kaktus. Sama halnya denganku. Selain kopi hitam, kaktus merupakan bagian dari hidupku. Aku menanamnya di berbagai sudut rumahku. Meski dulu, gadis masa laluku sering kali memprotes tiap kali aku membeli kaktus baru. Aku tetap membelinya. Aku setuju dengan gadis di hadapanku ini. Kaktus adalah tanaman yang istimewa. Jangan hanya melihat luarnya, tapi lihatlah betapa kuatnya kaktus.

"apa kau begitu menyukai kaktus?" tanyaku kemudian.

"Tidak ..." gadis itu menggelengkan kepalanya sembari cemberut. Aku kembali menyadari satu hal tentang gadis ini, dia begitu imut. Sisi lain yang tak kulihat dari tadi. Sedari tadi aku hanya melihat sosok wanita dewasa penuh keanggunan dan pesona. Ternyata dalam sekejab dia juga bisa bertingkah begitu lucu. "Aku begitu mencintai kaktus," lanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun