Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ada Manfaatnya Gak Sih Nulis di Kompasiana?

25 Oktober 2023   19:17 Diperbarui: 31 Oktober 2023   16:49 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masih terbengong-bengong dengan angka 3000-an ini |dokumen pribadi

Kompasianer yang pertama kali kerap menyapa saya adalah Mas Ryan Mintaraga, Tubagus Ganjar, Pak Axtea, dan Lumba-lumba.   Terima kasih ku yang tak terkira karena mau berkunjung ke artikel newbie yang masih acak-acakan.

Awal-awal saya menulis review film dan fiksi.  Ya, ide menulis fiksi ini dulu membuncah sekali, berjejalan di kepala seakan ingin semuanya keluar secara bersama-sama.   Dari sinilah saya mengenal Rumpies The Club asuhan Kak Fitri Manalu, Mbak Wahyu Sapta, Bang Uul, Mas Dede, Mbak Ay Mahening, Mbak Yani, dan Bu Siti Hasanah.

Beberapa cerpen saya secara tak disangka dapat nampang menjadi headline walaupun ejaannya masih awut-awutan dengan penentuan judul yang kureng.  Tak hanya cerpen, novel yang saya tulis pun salah satu bagiannya dijadikan headline oleh mimin K yang baik hati, tidak somse, dan rajin menabung itu.

Dari menulis fiksi di K dan bergabung dengan RTC, saya mendapatkan banyak hal yang tak terbayangkan sebelumnya.  Ya, salah satu cerpen saya yang berjudul "Di Sebuah Bangku Semen" dibuat film pendek oleh adek-adek dari SMAN 11 Bandung.  

Beberapa buku antologi yang ada nama saya di dalamnya sudah berjajar di rak buku. Tak hanya itu, salah satu cerpen saya yang lain dijadikan bahan skripsi salah seorang dedek mahasiswa nan unyuk-unyuk.  

Awal yang manis, menulis fiksi di K dan berakhir menjadi Top Author di salah satu situs menulis cerpen.  

Cerpen dengan views terbanyak dari semua cerpen saya selama ini. |dokumen pribadi.
Cerpen dengan views terbanyak dari semua cerpen saya selama ini. |dokumen pribadi.
Namun, bagi saya, semua ada masanya. Tak seperti Mbak Wahyu yang kata Kak Fitri Manalu "Selalu jatuh tjinta sehingga inspirasi selalu ada", saya bagai kerupuk yang kena angin tornado mendadak melempem dan terlempar ke lubang hitam nan kelam setelah menyelesaikan novel jilid dua yang berakhir menjadi cerbung, ahahaha.

Menulis fiksi tinggal kenangan, bagai kau dan aku wahai mantan!

Masih terbengong-bengong dengan angka 3000-an ini |dokumen pribadi
Masih terbengong-bengong dengan angka 3000-an ini |dokumen pribadi

Harapan berfiksi ria dengan kekuatan tulisan bagai milik Kak Fitri Manalu, Mbak Wahyu, Mbak Lilik, Mbak Ari, Ayah, Bang Zaldy, Mbak Fatmi, Mas Indra (RIP), Mbak Desol,  Mas Arif, Mas Handy, Bang Uul, Maurin, Pak Bams, Bang Pical, Om JW, Mbak Ika Ayra, Pak Rustian, Pak Ali Musri, Pak Kate, Mbak Widz, Mas Nug, dan Kang Away, usai sudah, tamat, the end.

Akhirnya lompatlah saya ke kancah perkulineran yang mana ada master-master kuliner yang telah malang-melintang di dunia persilatan sana seperti Kak Naz, Mbak Wahyu (Mbakku ini memang multitalenta), Mbak Yul yang selalu mengingatkan saya akan sebuah judul sinetron, dan Mbak Siska yang supel dan jago memasak.  Tapi apa daya, dunia kuliner saya sudah kruwelan di akun masak bareng mamak-mamak di portal sebelah.  Kendor juga akhirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun