Album ketiga Maiden, "The Number Of The Beast" dengan suara Dickinson di dalamnya distempel menjadi album heavy metal klasik terhebat sepanjang masa sekaligus mencatatkan Maiden sebagai band heavy metal tersukses bahkan hingga kini.Â
Album ini memecahkan banyak rekor dan menetapkan standar yang sangat tinggi untuk album heavy metal.
Tak puas hanya bermain dalam band, Bruce Dickinson pun merilis album solonya pada tahun 1990 yang bertajuk "Tattooed Millionaire" seiring dengan isu pertengkarannya dengan sang pendiri Iron Maiden, Steve Harris.
Pada tahun 1993, vokalis yang menggunakan otak kanan dan kirinya secara optimal itu akhirnya memutuskan untuk keluar dari band yang membesarkannya. Ia ingin merasakan sensasi lain dalam bermusik tak hanya bersama Iron Maiden.
Album solo keduanya pun rilis pada tahun 1994 yang bertajuk "Balls to Picasso". Di album inilah lahir salah satu komposisi paling terkenal yang ditulis oleh ayah dari 3 orang anak itu yang berjudul "Tears of The Dragon."
Lagu ini berkisah tentang ketakutan, keraguan, dan sebuah usaha untuk mengatasi hal-hal buruk yang selalu menghantui hidup.
Nomor ini merupakan cerminan instropektif dan kemampuan Bruce untuk menyampaikan emosi yang kompleks melalui liriknya yang kuat dan vokalnya yang tinggi.
"Air mata" dalam "Tears of The Dragon" merupakan simbol rasa sakit dan penderitaan sedangkan "naga" melambangkan tantangan dan rintangan yang harus dihadapi.
"Tears of The Dragon" terinspirasi dari perjuangan sang musisi melawan depresi dan rasa keterasingan. Lagu ini merupakan kisah perjalanannya menuju penerimaan diri dan pembaharuan.
Bruce Dickinson secara rutin menampilkan "Tears of The Dragon" secara live dalam setiap tur solo bahkan bersama bandnya, Iron Maiden.