Begini ya nasib penumpang kereta lokal, pakai acara diteriakin segala. Â Sepanjang karir naik kereta jarak jauh, belum pernah tuh diteriakin petugas. Â Etapi, di luar itu semua, ada yang cukup menarik yaitu petugas pemindai barcode tampil ketje memakai kebaya dan samping alias sinjang, sungguh sangat mojang Priangan.
Nah, karena kereta datang terlambat maka boro-boro selfi-wefie di atas jembatan yang berada di atas stasiun baru, lha wong keretanya sudah mau berangkat lagi.Â
Kereta Cibatuan ini hanya memiliki dua jadwal keberangkatan dari Garut yaitu pada pukul 06.05 WIB dan 10.55 Â WIB. Â Jadi bila ingin pesiar dulu di Garut lebih baik menginap barang satu malam di kota Garut.
Karena saya gak ada acara inap-menginap maka berakhir hanya dengan satu kotak nasi kuning sebagai bukti sudah menjajaki stasiun Garut dan sekitarnya.
Jadi, judulnya sih, ke Garut cuma untuk beli nasi kuning, heuheuheu.
Setelah memindai barcode tiket, saya pun kembali naik kereta menuju Bandung dengan gerbong yang sama dan bertemu lagi dengan bapak-anak yang sama gabutnya tadi.
Berhubung saat itu hari Minggu maka penumpang menuju Bandung sangat membludak. Â Penuh sesak, semua bangku terisi dan banyak penumpang yang berdiri. Â Aroma tujuh rupa langsung menguar kemana-mana. Â Bermacam suara terdengar tumpang-tindih tak karuan, kalau sudah begini mending tidur aja, heuheu.
Sepanjang perjalanan, tak ada lagi suara mas-mas operator yang merdu memberi arahan saat akan berhenti di stasiun-stasiun tujuan. Â Suara itu kembali muncul saat kereta akan berhenti di stasiun Bandung, mungkin dia lelah ya gaes ya.
Tidak seperti saat ke Plered yang memiliki jeda waktu satu jam-an sampai kereta kembali menjemput sehingga dapat jajan sate dan santuy-santuyan, maka perjalanan ke Garut ini membuat saya terpontal-pontal.Â