Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Merayakan 31 Tahun "Nevermind" Album Nirvana yang Telah Mengubah Wajah Musik Populer Dunia

27 September 2022   18:19 Diperbarui: 28 September 2022   05:11 1111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nirvana | ilustrasi: Paul Bergen/Redferns via NME

Walaupun sudah tak aktif lagi selepas kematian tragis vokalisnya, namun dapat dipastikan bahwa segala hal tentang Nirvana tak akan pernah pudar di hati para penggemar militannya.

Saya yang bukan penggemar garis kerasnya pun dengan senang hati menyembah album kedua setelah "Bleach" dan album pertama yang rilis di bawah label besar dari band asal Aberdeen, Seattle ini yang berjudul "Nevermind."

Album yang berisi kemarahan, keputusasaan, dan penghinaan terhadap diri sendiri itu dengan sangat ajaib menjadi magnet yang kuat, siap menarik siapa saja masuk dalam lingkarannya.

Sebagai penyuka lagu-lagu Pearl Jam, hari-hari saya dulu pernah diwarnai dengan aksi gontok-gontokan dengan seorang teman yang merupakan penggemar Nirvana.

Obrolan kami kerap diwarnai dengan saling menjatuhkan band yang tidak disukai satu sama lain.  Sekarang, saya kerap terkekeh sendiri bila mengingat perdebatan akan hal-hal yang gak penting saat remaja dulu.

Namun semenjauhnya saya dari Nirvana, pada akhirnya saya menyerah dengan band yang beranggotakan Kurt Cobain, Dave Grohl, dan Krist Novoselic ini.  Saya gatal melihat album bercover bayi mengambang milik kakak yang tergeletak pasrah seakan ingin didengarkan.

Apalagi kuping dan mata ini telah dihajar habis-habisan oleh nomor "Smells Like Teen Spirit" yang merajai MTV.

Dan semua itu digenapi dengan suara sember teman gontok-gontokan yang hobi sekali menyanyikan lagu "Lithium" berkali-kali sampai membuat baris "I'm so happy 'cause today I found my friends They're in my head" berputar-putar terus di otak.

Saya pun akhirnya berada di pusaran album "Nevermind" yang berisi elemen punk rock dan grunge dengan vokal Kurt Cobain yang ekspresif.

Tak dapat dipungkiri kehadiran album yang rilis pada 24 September 1991 ini telah mengubah wajah musik populer pada umumnya dan musik rock pada khususnya dengan menyisihkan musik glam/hair metal untuk kemudian memulai revolusi musik alternatif rock.

Cover album Nevermind|sumber: popmatters
Cover album Nevermind|sumber: popmatters
Riff-riff gitar dalam senyap maupun nyaring serta lirik-lirik penuh pemberontakan merupakan sebuah perpaduan dahsyat akan sebuah kecemasan masa muda.  Nirvana telah menandai naiknya musik grunge ke permukaan.

Menariknya, "Nevermind" lahir bersama beberapa album fenomenal yang rilis pada tahun yang sama seperti "Badmotorfinger" milik Soundgarden dan "Blood Sugar Sex Magik" kepunyaan band funk, Red Hot Chili Peppers.  Sungguh, masa-masa indah bagi para penikmat musik rock kala itu.

Ada 13 tracks yang mengisi album yang awalnya tak akan diberi judul "Nevermind" ini dengan lagu pembuka yang telah menyihir banyak telinga.  

"Smells Like Teen Spirit" menjadi nomor yang sangat ikonik dengan riff gitar, hentakan drum, dan bassline yang solid.  Walaupun tak begitu disukai oleh penulisnya sendiri, namun nyatanya nomor ini menjadi daya dorong untuk kesuksesan album yang kini telah terjual sebanyak 30 juta kopi di seluruh dunia ini.

Melaju ke "In Bloom."  Nomor ini merupakan nomor favorit saya.  Dave Grohl menjadikan lagu ini begitu hidup dengan permainan drum plus bantuan suaranya yang harmonis di bagian chorus.  Lagu ini menjadi salah satu yang populer, dengan dinamika musik keras-tenang-kerasnya.

"Come As You Are" menjadi lagu yang gampang diserap telinga, namun saya tak begitu suka ketika mendengarnya secara terus-menerus.  Rasanya cepat membuat bosan.

"Breed" dan "Territorial Pissings" menjadi dua lagu menghentak nan dahsyat.  Grohl memang juara, keahlian drummingnya yang ia peroleh secara otodidak itu dapat membuat lagu yang ia iringi menjadi sangat hidup. Hard hitting and ear blasting!

"Territorial Pissings" menjadi nomor punk ganas dan berakhir dengan teriakan tak pas namun memiliki lirik dan melodi yang menarik.

"Polly" dan "Something in The Way" menjadi lagu balad di album yang secara mengejutkan dapat menggeser album "Dangerous" milik King of Pop, Michael Jackson menjadi nomor satu di tangga lagu Billboard 200 kala itu.  

Sebelumnya, Nirvana telah memiliki lagu balad berjudul "About A Girl" yang mereka pampang di album "Bleach" namun Polly telah dikerjakan sebelum album tersebut keluar.

"Polly" terinspirasi dari peristiwa penculikan dan pemerkosaan atas seorang gadis remaja. Walaupun hanya berhias suara gitar akustik namun "Polly" menjadi salah satu nomor yang berdampak pada diskografi Nirvana.

Akan halnya "Something In The Way" merupakan lagu yang muram dengan hiasan suara cello yang dimainkan oleh Kirk Canning.  

Proses rekaman lagu ini sangatlah menarik, tidak dilakukan secara full band, Kurt Cobain dengan santai memetik gitar akustiknya yang bahkan belum ia setel dengan benar.

Nah, bagaimana dengan "Lithium"?

Lagu kegemaran teman saya ini merupakan salah satu nomor yang mengesankan.  Dengan dinamika keras-tenang-kerasnya, nomor bertema depresi ini telah duduk sama tinggi dengan "Smells Like Teen Spirit."

"Drain You" menjadi lagu favorit saya nomor dua setelah "In Bloom."  Sound dua lagu ini memang sebelas-duabelas yak.  Di nomor ini Nirvana tampil berbeda dengan suara dan melodi yang lebih memikat.  Liriknya sendiri dapat diinterpretasikan sebagai kisah cinta sang frontman atau pun perjuangannya melawan obat-obatan.

Pop dan punk berbaur menciptakan sebuah harmoni yang memikat di nomor "On A Plain."  Ya, Kurt Cobain memanglah ahli memadukan dua warna musik itu, ia pun menambahkna harmoni vokal yang indah.  Tak mengherankan, bila nomor ini enak di dengar, pun ketika dibawakan secara akustik di acara MTV Unplugged.

"Stay Away" awalnya berjudul "Pay to Play" dengan lirik berbeda.  Tiga kata menjadi dua saja, dengan verse pendek, dan chorus yang lebih pendek lagi yang dibawakan secara berulang-ulang.  Lagu sederhana namun memesona.

Tentang sakit hati, demikianlah "Lounge Act" hadir.  Judulnya sendiri datang dari sebuah fakta bahwa intro bass yang dimainkan Krist bagai sesuatu yang digunakan oleh band yang bermain di lounge murahan.

Menariknya, ini adalah satu-satunya lagu yang Kurt akui berkisah tentang mantan kekasihnya, Tobi Vail.

Tak terasa, album yang diproduseri Butch Vig ini telah berusia lebih dari 3 dekade.  "Nevermind" tidaklah sebagus "In Utero" di mata para penggemarnya, namun album ini telah membawa aliran bawah tanah naik ke arus utama dan membantu menciptakan ekosistem di mana batas antara musik pop dan alternatif menjadi kabur.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun