Hunter merupakan penggemar fanatik musik metal dengan bakat, gaya, dan pengetahuan yang dalam akan musik cadas tersebut. Pemuda berambut gondrong yang berasal dari keluarga tak lengkap ini ingin mewujudkan cita-citanya menjadi seorang bintang metal.
Sebagai langkah awal, ia berencana mengikuti kompetisi "Battle of The Bands" yang diadakan sekolahnya. Bersama sahabatnya, Kevin, ia membentuk sebuah band beraliran post doom death metal bernama SkullF**ker, dengan Hunter sebagai gitaris merangkap vokalis dan Kevin sebagai drummernya.
Sayangnya mereka tidak memiliki seorang bassist. Kabar baiknya, ada seorang pemain cello bernama Emily (Isis Hainsworth) yang dapat menempati posisi ini.
Hunter tak serta merta setuju dengan Emily, menurutnya, seorang gadis hanya akan menodai citra dari sebuah band metal. Setelah fafifu wasweswos, akhirnya sang pemain cello yang emosinya kerap meledak-ledak bila lupa minum obat ini pun bergabung dengan duo remaja yang dianggap aneh di sekolahnya ini.
"Metal Lords" dapat dikatakan lebih dari lingkup musik metal yang berisik. Ya, film ini menunjukkan bagaimana musik dapat berdampak bagi seseorang.
Kevin yang cupu, misalnya. Sebelum menjadi drummer metal, ia bergelut dengan peralatan drum di kelompok marching band sekolah. Ia pun sedikit demi sedikit berubah setelah diberi drum double bass oleh Hunter dan mulai melatih skill drummingnya dengan lagu "Warpigs" milik Black Sabbath.
Kevin yang wajahnya mengingatkan saya kepada Harry Potter ini lama kelamaan menghayati perannya sebagai seorang drummer metal, gayanya pun mengalami penyesuaian, eh.
Adegan ini secara sempurna menggambarkan sebuah proses yang dilalui banyak orang di komunitas metal. Ketika seseorang telah terjun ke dalamnya, maka ia akan terhisap oleh musik ini dan akhirnya berdampak di kehidupannya.
Kevin yang awalnya sosok pemalu dan non-konfrontatif ini secara perlahan mendapatkan kepedeannya melalui keterampilan bermain drumnya.
Akan halnya Hunter menjadikan musik metal sebagai pelampiasan kemarahan pada ayahnya dan dunia. Inilah yang membuat metal menjadi sebuah kantong aman bagi orang-orang yang tengah melalui masalah dalam hidupnya dan ingin menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri.
Sebagai penyuka film remaja, saya sangat terhibur dengan film di mana Ramin Djawadi mengerjakan scoringnya walaupun plotnya gampang ditebak ala film-film remaja kebanyakan.