Kesukaan saya kepada seorang atau grup komedian itu pasang surut, bagai muka air laut yang bergantung pada gaya tarik benda-benda langit seperti matahari dan bulan. Â
Ada suatu masa saya bisa tertawa karena melihat komedi slapstick, namun di masa yang lain saya begitu menikmati para stand up comedian nyerocos di depan microphone-nya yang mungkin telah dipenuhi aroma tujuh rupa.
Dulu, ketika acara di televisi masih dipenuhi dengan hiburan imporan yang menggemaskan, saya pun menjadi penonton setia film Charlie Chaplin. Â
Wajah, tampilan, dan gaya pria bernama lengkap Sir Charles Spencer Chaplin KBE Â ini selalu membuat saya terbahak. Â Namun, kegandrungan saya akan komedian asal Inggris ini tak begitu lama, karena mulai muncul film-filmnya Jerry Lewis.
Jerry Lewis ini bisa membuat tertawa bahkan hanya karena mata juling yang kerap ia buat. Â Wajah tampannya mendadak hilang ditelan mimik kocaknya. Â Lewis cocok sekali ditandemkan dengan Dean Martin, apalagi ketika mereka ada dalam scene bernyanyi. Â
Bila wajah Jerry Lewis selalu terlihat ceria maka lain lagi dengan Carol Burnett. Â Komedian asal Amerika ini saya sukai karena ekspresi wajahnya yang kerap datar dan tentu saja muatan leluconnya.
Nah, ada satu lagi sosok komedian perempuan yang saya sukai yaitu Fran Drescher. Â Wajah cantiknya tak dapat mengalahkan aksi kocaknya. Â Saya mengenal kegilaan Drescher dalam sitkom "The Nanny" yang kisahnya terinspirasi dari kehidupan sang aktris saat tumbuh besar di Queens.
Bagaimana dengan para komedian dalam negeri?
Sejak kecil saya sudah akrab dengan banyolan-banyolan para komedian dalam negeri salah satunya grup Srimulat. Â Ya, dulu saya dan simbah kerap menonton atau mendengarkan Srimulat dari sebuah kaset.Â
Kala itu Srimulat masih dilengkapi Gepeng dan di antara semua tokoh Srimulat, Gepeng inilah yang selalu membuat saya tertawa. Â
Acara televisi jadul lumayan sering menayangkan acara-acara humor. Â Grup-grup lawak pun bermunculan seperti Jayakarta grup, Kwartet Jaya, dan Warkop DKI lalu diikuti dengan grup yang lebih anyar seperti Bagito, Patrio, dan Cagur.
Dari grup-grup lawak tersebut, Jayakarta grup yang terdiri dari Jojon, Cahyono, Uu, dan Ester ini menjadi grup terfavorit karena adanya pria yang selalu tampil dengan kumis Chaplin dan celana ber-bretel.  Ya, Jojon selalu dapat membuat saya tertawa bahkan saat ia hanya  berkata "No ....Cahyono ..."
Nah, kalau di Kwartet Jaya, personil yang gak lucu adalah Edi Sud, heuheu, sedangkan yang terfavorit siapa lagi kalau bukan Iskak dengan tawa khasnya.
Di ranah perfilman, saya kerap menonton film-filmnya Benyamin S. Dah lah, tokoh lawak satu ini mah keren abis. Gak ada yang bisa menyaingi kegilaan Bang Ben apalagi kalau sudah main bareng Ida Royani, heuheu.
Kembali ke grup lawak, ada yang namanya Ketoprak Humor. Â Saya cukup lama mengikuti acara ini. Â Timbul, Marwoto, Topan, dan Leysus merupakan empat orang yang menjadi magnet dari acara televisi ini.Â
Dibanding ketika ia ada di Srimulat, Timbul terasa lebih kocak di salah satu produk keluaran Yayasan Paguyuban Kesenian Samiaji yang ia dirikan bersama beberapa mantan anggota Srimulat ini. Â
Zaman berubah, saatnya grup-grup lawak yang lebih muda menampilkan humor-humor cerdas dengan selipan kritikan yang tajam. Bagito adalah salah satunya. Â
Dulu saya kerap melihat acara mereka di salah satu televisi swasta yang bertajuk "Basho." Â Setelah Bagito ada Patrio, dan Cagur namun dua grup lawak ini gak terlalu saya ikuti. Â Ya, nontonnya sekali-sekali aja gitu.
Nah, tibalah saya kepada tipe lawakan berbentuk stand up comedy. Â Kagum aja dengan para stand up comedian ini bisa membuat narasi yang kocak habis. Soleh Solihun, Abdur, Tretan, Fico, dan Dodit menjadi stand-up comedian favorit saya.Â
Tapi lagi-lagi masa ketawa-ketiwi bareng stand up comedy telah berakhir. Â Saya sudah jarang tertawa melihat para stand up comedian terutama yang baru muncul, mungkin saya sudah terlalu tuwir untuk mengerti apa yang mereka bicarakan, eh.
Setelah mengarungi dan menyelami banyak tipe lawakan dari satu komedian ke komedian lainnya yang telah menghibur hati nan hampa, Â kini yang tersisa adalah menikmati lawakan para tetangga dan komedi ala drama korea, eish.
Akhir kata, lucu itu gak gampang, begitu kata Fico SUCI, jadi sudah sepantasnya kita beri apresiasi yang setinggi-tingginya bagi siapa saja yang telah membuat kita tertawa.
Sekian.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI