Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tren Kecantikan Tempo Dulu yang Bikin Ngilu

23 September 2021   20:28 Diperbarui: 24 September 2021   00:04 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari zaman Nabi Nuh berlayar kesana-kemari, tren kecantikan mungkin akan selalu diikuti oleh para wanita pemberani.  Ya, karena menjadi cantik, molek, glowing, shimmering,  shining, itu butuh keberanian tersendiri. 

Bisa ambil contoh untuk era ini banyak wanita berani sakit karena melakukan operasi plastik, botox, atau suntik DNA ikan teri, eh salmon demi meraih wajah nan kinclong.  

Kecantikan selalu memiliki harga yang tinggi, kawan!

Tercatat dalam sejarah, demi terlihat cantik, seorang wanita dapat kehilangan jari kaki, keracunan, bahkan kematian.  Beauty is pain, baby!

Tak hanya itu, dulu beberapa bahan untuk perawatan kecantikan banyak yang bikin merinding, salah satunya adalah air seni atau urine. Ya, urine bagi wanita suku Inca sangatlah keramat karena mereka biasa menggunakannya sebagai shampo,  pipis onta mah lewat lah.  

Demi apa keramas pakai urine?  Demi menghilangkan ketombe dong, karena urine mengandung urea yang dapat menumpas ketombe sampai akarnya. 

Namun, hasil pipisan ini harus difermentasi dulu selama seminggu baru bisa dijadikan shampo.

Pipisan jadi shampo oke lah ya gak terlalu ekstrim, tapi apa jadinya bila jadi obat kumur.  Ya, para wanita Romawi kuno menggunakan urine mereka untuk obat kumur agar nafas  beraroma lebih baik.  

Selain sebagai obat kumur, urine pun digunakan untuk memutihkan gigi karena mengandung amonia yang merupakan bahan pembersih alami.  Selain itu urine juga dapat melembutkan kulit loh.

Urine untuk memutihkan gigi|Sumber gambar : insidetonight 
Urine untuk memutihkan gigi|Sumber gambar : insidetonight 
Saking tingginya minat masyarakat terhadap urine maka hasil cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh ini pun menjadi salah satu komoditas penting di Roma.  

Hal ini membuat Kaisar Nero memberlakukan pajak urine demi meningkatkan pendapatan negara. Namun, karena diprotes masyarakat, sang kaisar pun akhirnya mencabut pajak urinae vectigal itu.  

Yakan, Kaisar Nero itu orangnya populis klasik yang siap menghancurkan ekonomi orang-orang kaya dengan menaikan pajak bahkan sampai mereka mati sekalipun daripada membuat massa marah. Namun, pajak urine ini kembali digelar ketika Kaisar Vespasianus naik tahta pada tahun 70 SM.

Berbeda dengan bangsa Romawi kuno, orang Mesir tidak mengenal urine untuk berkumur dan mengobati sakit gigi namun mereka memakai bahan yang lebih ekstrim lagi yaitu tikus. Yap, mereka akan menumbuk tikus mati lalu mencampurnya dengan bahan lain untuk dijadikan obat kumur. Emejing!

Akan halnya para wanita di zaman Georgia memutihkan giginya dengan menggunakan asam sulfat berupa campuran sotong dan soda bikarbonat yang berbahaya dan menyakitkan.

Salah satu tren kecantikan wanita zaman dulu adalah kulit pucat. Wanita Perancis misalnya, pada tahun 1700 melakukan proses vena aktuansi dengan cara menonjolkan dan menarik urat nadi mereka untuk membuat kulit terlihat hampir tembus pandang.  Kala itu, pucat adalah salah satu tanda kekayaan.

Di zaman Renaissance, wanita kerap menempelkan lintah dan membiarkan binatang itu menghisap darah mereka sampai kulit menjadi pucat.  Timbal pun sudah biasa digunakan untuk membuat kulit menjadi pucat. Di satu sisi, mereka mendapatkan kecantikan namun di sisi lain resiko keracunan di depan mata.

Wanita berwajah pucat|Sumber gambar : listverse
Wanita berwajah pucat|Sumber gambar : listverse
Selain logam berat seperti timbal, arsenik pun pernah menjadi bahan yang digunakan untuk kecantikan kulit. Para wanita di zaman Victoria terbiasa mandi dengan menggunakan arsenik untuk mendapatkan kulit putih pucat.  Selain arsenik, radium pun kerap digunakan sebagai bahan untuk mandi.

Arsenik nyatanya tak hanya untuk pemakaian luar saja loh, ada juga yang dikonsumsi. Dilansir dari History Collection, pada tahun 1900-an, para wanita mengkonsumsi Arsenic Complextion Wafers yang dijual oleh Sears untuk menghilangkan komedo, kulit yang kasar, dan jerawat.  

Sumber gambar : shinyredcopy
Sumber gambar : shinyredcopy
Akan halnya perawatan kulit di abad ke-16 melibatkan exfoliation dengan menggunakan merkuri yang dicampur dengan madu, tawas, dan kulit telur.

Di masa lalu kotoran buaya merupakan bahan yang kerap digunakan untuk kecantikan.  Selain untuk mandi oleh orang Yunani dan Romawi, kotoran buaya digunakan untuk membuat salah satu maskara pertama dalam sejarah Mesir dengan mencampurnya bersama air dan madu.   Akan halnya eyeliner mereka terbuat dari timbal sulfida.

Alis dan bulu mata, cek! 

Bagaimana dengan mata, adakah bahan berbahaya yang dapat mempercantik mata wanita di masa lalu?

Tentu saja ada, yaitu Belladona.  

Untuk mendapatkan tampilan mata yang cerah, berair dan melebarkan pupil, para wanita era Victoria kerap memakai Belladona yang merupakan tumbuhan beracun.  Sedangkan untuk meredakan iritasi mata, mereka menggunakan obat tetes yang berasal dari campuran opium, amonia, dan air mawar.

Belladona| Sumber gambar : ukwildflowers
Belladona| Sumber gambar : ukwildflowers
Selain kecantikan kulit dan wajah, kecantikan rambut pada masa lampau kerap mendatangkan mara bahaya.  Betapa tidak, di zaman Tudor (1400-1600) para wanita mewarnai rambutnya dengan menggunakan campuran belerang dan timbal.  Kala itu warna rambut favorit adalah pirang.

Akan halnya sekitar tahun 1900, wanita memberi aksen gelombang pada rambutnya dengan menggunakan mesin  berupa setrika panas yang digantungkan di langit-langit.  Perawatan ini dapat memakan waktu 6 sampai 10 jam. Beberapa insiden pun kerap terjadi seperti tersetrum listik, rambut hangus, kebotakan parsial, dan terkena lelehan plastik dari alat tersebut.  

Sumber gambar : didyouknow
Sumber gambar : didyouknow
Demi menjadi cantik modifikasi tubuh pun tak ketinggalan dilakukan oleh wanita-wanita masa lalu.  Para wanita Jepang tempo dulu menghitamkan giginya demi terlihat dewasa dan beradab.  

Selain itu, mereka menganggap benda berwarna hitam pekat itu cantik.   

Para praktiksi Ohaguro ini menggunakan larutan bernama kanemizu yang terbuat dari besi asetat yang dicampur cuka dan tanin untuk menghasilkan gigi hitam yang mengkilap. Kabar buruknya, bahan-bahan ini dapat menyebabkan kerusakan gusi permanen.

Seorang Geisha dengan gigi hitamnya|Sumber gambar : lesleydowner
Seorang Geisha dengan gigi hitamnya|Sumber gambar : lesleydowner
Di Tiongkok, kaki kecil yang kerap disebut golden lotus sangat didambakan oleh wanita karena memberi nilai tinggi di hadapan calon suami.  Kaki berukuran 3 inchi itu didapat dengan mengikat kaki sejak mereka berusia 5 atau 6 tahun. 

Prosesnya sendiri sangat mengerikan, kaki yang akan diikat dicelupkan ke dalam air panas dan kukunya dipotong pendek.  Setelah itu dipijat dan diminyaki lalu semua jari kaki kecuali jempol dipatahkan dan diikat rata dengan telapak kaki sehingga membentuk segitiga.

Setelah dibebat oleh pita sutra, mereka pun diharuskan berjalan dengan durasi yang panjang untuk mempercepat pembentukan kaki kecil.

Sumber gambar : Figmentsofadutchess
Sumber gambar : Figmentsofadutchess
Pada tahun 1890-an, pinggang kecil menjadi tren tersendiri.  Para wanita mendapatkan pinggang tersebut dengan menggunakan korset yang sangat ketat dalam kesehariaannya. Banyak kasus tulang rusuk retak dan patah karena penggunaan korset.  Selain dapat menyebabkan sesak nafas, korset terbukti dapat menyatukan organ dalam seorang wanita.

Wanita dengan pimggang kecil|Sumber gambar : historicalsewing
Wanita dengan pimggang kecil|Sumber gambar : historicalsewing
Perawatan kulit, rambut, dan bermake-up adalah beberapa cara untuk mempercantik diri.  Di zaman sekarang semua itu terdengar biasa saja dan prosesnya masuk akal, namun tidak di masa lampau.  Tren kecantikan masa lalu nyatanya memiliki sisi bahaya tersendiri.


Namun seaneh, sengilu atau sekonyol apapun tren kecantikan masa lalu telah memberi kita pelajaran bahwa seperti halnya fesyen, tren kecantikan akan selalu berulang dengan sendirinya tapi dengan bahan dan cara yang berbeda.

Oleh karena itu sudah selayaknya kita menghargai segala bentuk tren kecantikan masa lalu,  karena hal tersebut telah membuat wanita masa kini berada di tempatnya sekarang.

Sekian.

Referensi bacaan :  the washingtonpost, livingly, forbes, buzznet, livejapan, businessinsider

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun