Ikita Kashimura kini sudah menginjak usia satu tahun, memiliki tubuh gempal dan bulu yang jumawik. Dulu ketika datang ke rumah ia hanya segenggaman tangan.
Ya, kucing bermotif belang itu tiba-tiba sudah nongkrong di rumah tanpa tahu asalnya darimana. Entah ia minggat dari rumahnya, dibuang oleh sang pemilik, atau tersesat, tak ada yang tahu apalagi tempe. Tampangnya yang imut lucu membuat Tombak langsung ingin mengangkatnya sebagai adik, heuheu.
Sejak kepergian Zorro ke alam keabadian, keluarga kami memutuskan tak ingin lagi memelihara kucing. Namun ya itu tadi karena sudah jatuh hati pada pandangan pertama maka Si Ikita yang awalnya diberi nama Marco Sukomar itu akhirnya menjadi anggota keluarga.
1. Menyiapkan dana lebih untuk membeli semua keperluannya seperti:
*Makanan, menu makanan Ikita adalah pindang tongkol dan camilannya dry food curah. Satu hari minimal 100 gr pindang tongkol harus tersedia yang nantinya disajikan dengan nasi.
* Kandang, ketika masih kecil, Ikita tidur di kandang agar ia tidak ndusel-ndusel juragannya. Kandang pun berguna sebagai tempat berjemur setelah ia dimandikan agar tidak kemana-mana.
* Produk perawatan tubuh seperti shampo anti jamur, shampo anti kutu, ear cleaner, obat kutu, parfum, dan sisir. Semua produk perawatan ini ada dalam rangka menyejahterakan tubuh Ikita plus mengamankan juragan dari kutu dan jamur kucing.
Nah, berhubung bulu Ikita sedikit gomplok maka harus disisir setiap hari agar tak kusut dan rontok. Bulu kucing yang rontok itu sangat menganggu, giliran digendong eh itu bulu nempel semua di baju.
* Obat cacing dan minyak ikan, berhubung Ikita sudah mengenal kehidupan luar rumah maka harus diberi obat cacing secara berkala jadi gak akan ada ibu-ibu PKK yang berkata, "Anabul ibu cacingan? Berilah kombangdrin!"Â
Akan halnya minyak ikan diperuntukan ketika nafsu makannya berada di level yang mengkhawatirkan.
* Tempat pup beserta pasirnya. Bak pup Ikita dipenuhi dengan pasir aroma kopi agar bau-bau tak sedap sedikitnya pergi.
* Biaya dokter, baik ketika sang meong sakit atau mensterilkan kucing betina. Kalau saya sih tidak menerima kucing betina karena pusing bila beranak-pinak sedangkan tetangga saya lebih memilih mensterilkan kucing-kucing betinanya. Kata dia, lebih baik mengeluarkan dana besar tapi hanya sekali dari pada harus memberi makan dalam jumlah banyak karena beranak terus dalam waktu yang lamaaaaaaa.
2. Menyiapkan tenaga dan perasaan. Kucing memang lucu, bisa dijadikan teman bercanda atau ngobrol. Iyak, yang biasanya ngobrol sama tembok bisa beralih ke kucing.
Namun sebagai juragannya harus rela memandikannya, membersihkan kotorannya, memberinya makan, dan mengobati ketika ia terluka karena berkelahi dengan sesamanya. Selain itu kucing adopsian yang asalnya dari jalanan kerap membawa teman-teman satu genknya untuk makan bersama di rumah, yakali botram.
Dan sebagai juragannya, kita harus tabah ketika sang meong menghadap Illahi, jangan sampai sedih berkepanjangan sampai gak mau makan dan minum ketika si anabul pergi.
3. Menyiapkan lahan untuk peristirahatan terakhirnya. Ya, pekarangan di rumah saya sudah seperti pet sematary, widih kayak lagunya Ramones dan filmya Stephen King aja yak. Sudah banyak jasad meong yang dikuburkan di sana. Bila tak memiliki lahan perkuburan untuk mereka, mau bagaimana, masa harus numpang di halaman tetangga?
Demikian kiranya hal-hal yang disiapkan ketika memutuskan untuk megadopsi kucing yang tak tahu silsilahnya.
Semoga kucing-kucing jalanan yang tak memiliki rumah untuk bernaung selalu dilindungi oleh Yang Maha Agung.
Salam miaw bersaudara!
Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H