Ditato itu demi apa? Demi... kian.
Sejak kecil mata saya telah familiar dengan tato karena om-om tetangga memiliki tato segede gambreng yang terpampang jelas ketika mereka berjemur di lapangan depan rumah. Saya pun pernah melihat mereka berusaha menghapus tato segede gaban itu dengan setrika panas. Wuusssss, sedaapp!
Dulu, bos saya memperkerjakan orang-orang dengan banyak tato di tubuhnya. Mereka ini lagaknya bekas preman, entah preman pasar, pengkolan, atau pertigaan. Tampangnya seram-seram namun alhamdulillah sesuatu mereka gape sekali membuat sandal dan sepatu.
Otzi dipercaya sebagai orang tertua yang memiliki tato. Namanya diambil dari lokasi di mana ia ditemukan yaitu Otzal Alps, wilayah perbatasan Austria dan Italia. Mumi Otzi memiliki 61 tato di seluruh tubuhnya yang sebagian besar ada di kaki.
Di dunia ini tak kurang dari 49 wilayah termasuk Mongolia, Greenland, Alaska, Filipina, China, Mesir, Sudan, dan Rusia yang memiliki bukti keberadaan tato sejak era sebelum masehi.
Alasan memiliki tato berbeda-beda di setiap zaman dan wilayah. Di China dan Asia pada umumnya tato atau rajah tubuh memiliki stigma buruk dan dianggap bar-bar karena saat itu tato adalah berupa cap di wajah narapidana saat mereka di bui.
Akan halnya Mesir, tato ditujukan sebagai perawatan medis. Di wilayah ini praktek pembuatan tato telah ada sejak 2000 tahun sebelum masehi namun banyak ditemukan di mumi berjenis kelamin wanita. Disinyalir tato-tato tersebut adalah salah satu jenis pengobatan untuk penyakit peritonitis panggul.
Namun zaman berubah, antara tahun 300 sampai 400 Masehi, pria suku Nubia mulai memiliki tato di tubuhnya.
Berbeda dengan dua daerah di atas, suku Samoa telah mengamalkan tradisi merajah tubuh secara turun-temurun. Tato dijadikan sebagai penanda kenaikan tahta seorang kepala suku muda. Di sana seni tato telah dipraktekan lebih dari 2000 tahun lamanya dengan tehnik dan alat berupa cangkang kura-kura dan gigi babi hutan yang tidak mengalami perubahan dari generasi ke generasi.
Di Kebudayaan Yunani dan Romawi, tato dikenal sebagai penanda bagi para penjahat, orang buangan, dan budak.
Pada abad ke 18-19 dua orang pertama yang memiliki tato di sekujur tubuhnya adalah pembuat tato bernama John O'Reilly dan istrinya Emma DeBurgh. Mereka berkerja di dunia pertunjukan dan menjadi sangat terkenal dengan desain tato berkonotasi religi seperti "Perjamuan Terakhir."
Dan ternyata sodara-sodara tato alis dan bibir sudah ada sejak tahun 1920-an lho. Para wanita menato dua bagian wajah itu karena harga kosmetik yang setinggi langit. Namun hal ini masih disembunyikan karena stigma buruk tato masih melekat di era itu.
Gaya tato "Sailor Jerry" yang sangat ikonik tumbuh dan berkembang di sekitar tahun 1940-an. Norman Keith Collins adalah orang dibelakang tato berwarna dengan tema bahari dan militer itu.
Tahun 60-an tato mulai dipakai oleh para musisi terkenal seperti Janis Joplin. Gambar tengkorak dan tulang bersilang mulai populer di tahun ini terutama di kalangan bikers. Keberadaan tato pun mulai merajalela di kalangan orang biasa pada tahun-tahun berikutnya. Permainan warna dan motif tato yang merambat memenuhi lengan mulai naik daun dengan dukungan musik rock and roll yang tengah gencar-gencarnya di tahun 70-an.
Tahun-tahun selanjutnya tato sudah diterima masyarakat dengan tangan terbuka. Semua orang dengan riang-gembira dapat merajah tubuhnya dengan berbagai macam gambar. Dari selebritas sampai emak rumah tangga, semua dapat bertato tanpa harus takut dicap sebagai orang buangan.
Tahun 2000-an tato punggung banyak diminati oleh wanita disusul dengan bagian-bagian tersembunyi lainnya. Nah, sepuluh tahun kemudian letak tato sudah mulai merangsek ke segala penjuru tubuh, mulai dari kaki, badan, lengan, jari-jemari, leher, telinga, wajah, lidah, kepala sampai mata.
Iya, mata. Dulu para tattoo artist tak mau mengaplikasikan tato ke bagian tubuh yang sensitif seperti tangan, wajah, dan kepala karena banyak syaraf yang bergerombol di sana. Namun kini, semua bagian tubuh ditabrak termasuk bola mata.
Sepuluh tahun yang lalu tato sklera dikembangkan oleh seorang ahli modifikasi tubuh bernama Luna Cobra a.k.a Howard Rollins dan mendiang Shannon Larratt sebagai modelnya. Ratusan bola mata telah dikerjakan oleh Cobra namun pria berusia 42 tahun itu selalu mengingatkan klien-nya untuk mempertimbangkan kembali niat untuk menato mata mereka.
Resiko medis seperti peradangan kronis di dinding mata dapat ditimbulkan oleh tato sklera, demikian yang dikatakan oleh Kendall E. Donaldson, seorang profesor oftalmologi di Bascom Palmer Eye Institute dari Fakultas Kedokteran Universitas Miami Miller.
Ilyse Haberman, seorang dokter mata di New York bahkan menyatakan bahwa mata dapat mengalami kebutaan bila tinta yang disuntikan tidak tepat di tempat yang semestinya sehingga dapat menyebabkan lepasnya retina, infeksi, dan kerusakan permanen pada sel-sel di dalam mata.
Tato sklera selamanya tak akan disetujui secara ilmiah dan tak akan dilakukan oleh para dokter medis bahkan beberapa negara bagian di Amerika telah mengesahkan undang-undang yang melarang modifikasi tubuh jenis ini.
Perjalanan tato di dunia modern memanglah sangat menarik dari yang awalnya hanya setitik kini telah menuh-menuhin badan seperti yang dimiliki Travis Barker. Drummer band rock Blink-182 itu setidaknya memiliki 100 tato yang menghiasi tubuhnya.
Tato adalah karya seni artistik namun karena berhubungan langsung dengan tubuh sudah sepatutnya untuk dipikirkan untung ruginya.
Ya, tato jenis apapun memiliki resiko infeksi dan berpeluang besar dalam penularan penyakit bila alat tato tidak disterilkan terlebih dahulu. Selain itu beberapa jenis tinta tato memiliki bahan dasar yang sama dengan tinta cetak dan cat mobil yang dapat menyebabkan kanker karena kandungan logam berat di dalamnya seperti kadmium, merkuri, arsenik, dan timbal.
Jadi, tertarik untuk ditato?
Sekian.
Referensi : authority tatto, allure, wikipedia, inked.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H