Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Mengapa Rambut Kamu Gondrong?

26 Juli 2018   16:59 Diperbarui: 26 Juli 2018   17:30 1922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teriakan merdu tanpa jeda ibu kos di luar kamar, menagih uang kos yang sudah 2 bulan nunggak karena kiriman dari orang tua sudah menjelma menjadi tas Bilabong dan traktir nonton kecengan menambah daftar panjang mereka untuk tidak bergerak dari kamar.  Kalau sudah begini mending pura-pura pingsan.  Gagal deh cukur rambutnya.  Akhirnya makin hari rambut mereka ini makin gondrong, dan alhasil mereka mulai terbiasa  plus menikmati kegondrongannya.

Tidak menemukan barber shop atau tukang cukur yang cocok pun adalah asalah satu alasan menggondrongkan diri.  Ya, ketidakcocokan terkadang membuat bete, lebih baik putus aja deh hehe.  Semua tukang cukur sudah di coba, dari yang sekelas Johny Andrean, dekat pasar, jembatan, tempat kos gebetan sampai di DPR alias dibawah Pohon Rindang. 

Para tukang cukur itu gak bisa menterjemahkan model yang mereka inginkan. Minta dicukur model crewcut jadinya malah crewslice, model David Beckham malah jadi David Duck eh Daffy itu mah ya, minta di Shaggy malah jadi di Scoobydoo, yaelah.  Akhirnya mereka sadar bahwa tukang cukur yang cocok hanyalah tukang cukur langganan di kampung halaman yang sangat mengerti luar dalam.  Dan hal itu hanya dapat dilakukan satu tahun sekali ketika mudik lebaran. Jadi dengan sangat terpaksa rambut gondrong nangkring dengan manisnya di kepala.

Yang keempat, gondrong karena menyukai kebebasan.  Yap, siapa sih yang gak suka bebas, bebas itu indah, nyaman, dan sentosa.  Tapi kenapa musti gondrong ya? tentu saja karena dengan bekal gondrong, mereka akan terbebas dari gunting tukang cukur, bebas gak pakai minyak rambut tancho yang direkomendasikan oleh Eyang Kakung, bebas gak diperbudak oleh gaya potongan rambut yang sedang tren, dan yang pasti bebas dari palakan preman terminal karena mereka yang berambut gondrong ini dikira teman seperjuangan.  Hidiiih hihi.

Adapun yang kelima adalah menjadi ajang pembuktian diri bahwa penampilan tidak berhubungan dengan prilaku, cieh cadas.  Sedangkan alasan yang terakhir adalah "ingin saja" titik tanpa koma tanpa penjelasan lainnya.

Akhir kata, berambut gondrong itu sah-sah saja, tidak ada yang melarang, namun lebih bagus lagi bila  gondrongnya menganut motto berhiber yaitu ber-sih tanpa ketombe, kutu, dan kecoak, hi-tam berkilau dan tidak patah-patah (Gak mau kan saingan dengan tante Anisa Bahar, berpatah-patah ria),  serta ber-budi pekerti alias baik hati dan tidak sombong, lebih bagus lagi bila sekalian rajin menabung.

 

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun