Kemarin ketika tengah jalan-jalan di dunia maya, sekilas saya membaca sebuah promosi sekolah yang sempat viral dua tahun lalu. Postingan di akun facebook itu menjadi viral disamping karena saling mention antar alumnusnya juga karena kalimat per-kalimatnya yang tidak lazim digunakan sebagai ajang promosi.  Betapa tidak, bukannya mengelu-elukan sekolahnya, sang promotor malah menulis kalimat sebaliknya. Pokoknya antimainstream deh sama dengan sekolah yang ia promosikan yaitu SMA Kolese de Britto. SMA de Britto  selalu mengingatkan saya akan salah satu ponakan dan beberapa sepupu yang dulu bersekolah disana. Barisan saudara dari pihak bapak itulah yang membuat saya tahu bahwa sekolah khusus laki-laki ini memperbolehkan para siswanya untuk berambut gondrong.
Biasanya rambut gondrong baru diizinkan mampir ketika seseorang telah memasuki jenjang pendidikan di perguruan tinggi namun tidak dengan sekolah katolik ini. Dan ternyata hal gondrong inilah yang menjadi salah satu alasan ponakan saya untuk bersekolah disana. Ya ampun.
Gondrong adalah pilihan, bila suka ya tinggal lakukan, bila tidak ya gak masalah. Â Lihat saja Kanjeng Dewa Thor, ketika ia merasa bosan dengan kekuatannya eh kegondrongannya, dengan ridho ikhlas, dipangkaslah rambutnya diantara kesemrawutan hubungan dengan sang kakak, Hela. Dengan rambut pendeknya toh sang pemilik Mjolnir ini merasa baik-baik saja. Â Itu kata Mas Hemsworth-nya sih, kalau kata saya Mas Thor tanpa rambut panjang itu kurang terasa kedewaannya.
Sebenarnya gondrong itu memiliki sejarah yang lumayan membuat bulu kaki berdiri di era orde baru.  Di era ini pria berambut gondrong dianggap musuh  pemerintah sampai-sampai dikeluarkan suatu kebijakan, agar instansi  publik tidak melayani orang-orang gondrong. Parahnya lagi  sampai ada razia dan denda yang digelar di jalan-jalan yang melibatkan anggota pasukan  teritorial bersenjatakan gunting cukur.  Dan yang sungguh manis manjah adalah di masa itu pernah dibentuk BAKOPERAGON  (Badan Koordinasi Pemberantasan Rambut Gondrong).
Ketika zaman kuliah dulu banyak diantara teman-teman saya yang susunan gonosomnya xy memanjangkan rambutnya.  Rambut-rambut panjang mereka ini terlihat sangat indah mengalahkan penampakan rambut si manis jembatan ambrol. Terkadang rambut mereka itu berkibar-kibar bagai bendera setengah tiang ketika dihembus angin sepoi-sepoi dan tak jarang mengeluarkan aroma semerbak.  Ingin rasanya bertanya "Creambath dimana?" tapi takut di sambit pakai jurus rambut keramat.
Di lihat dari kacamata saya sang pemilik rambut cepak, para pengidap rambut gondrong ini layak diberi jempol empat plus satu jempol gajah dan dua jempol badak bercula dua karena kemampuan mereka mempertahankan rambutnya plus merawat dengan segala keribetannya.Â
Saya pun bertanya-tanya, sebenarnya apa sih alasan para pria ini memanjangkan rambutnya?. Dan setelah melakukan survey lapangan yang panjang serta bertele-tele dengan responden para aktivis pemuda gondrong setanah tumpah darah merdeka, Â akhirnya saya dapat merumuskan beberapa alasan mengapa banyak kaum adam yang dengan sukacita memanjangkan rambutnya. Survey pendapat ini dilakukan antara tahun 90-an dan mungkin masih berlaku hingga kini, aih. Â Â
Yang pertama adalah terinspirasi dari para rockstar. Mari sejenak kita tengok versi jadul band rock Bon Jovi, Metallica, Extreme, Europe, Skidrow atau band-band grunge yang tengah happening di era 90-an, seperti Pearl Jam, Soundgarden, Alice in Chains, Nirvana, dan Smashing Pumpkins. Â
Sebagian besar dari para rockstar ini berambut gondrong, bahkan Om Billy Corgan yang kini berkepala plontos awalnya juga gondrong. Â Mereka-mereka ini dimata para remaja akhir 19 dan awal 20-an terlihat sangat keren. Â Selain rambut panjang mereka memberi efek dramatis dalam setiap aksi panggungnya pun dapat membuat para fans wanita berteriak histeris, bukan karena ngefans tapi gak ridho aja melihat rambut para pria itu lebih indah dibandingkan dengan milik mereka #eh.
Alasan yang kedua karena hari-hari para pria pengidap rambut gondrong diisi oleh banyak kesibukan. Coba bayangkan, pulang kuliah nyatronin lapangan basket atau lapangan sepak bola, kadang-kadang ikutan tinju, angkat beban  hati yang luka,  bikin adukan semen di bengkel sipil, setram-setrum di bengkel listrik, dan ngitungin uang fiktif di bank yang juga fiktif.  Belum lagi tugas kuliah menumpuk, sedangkan Ujian Tengah Semester besok adalah harinya.  Rasa penasaran karena dihajar kekalahan yang bertubi-tubi di setiap game-game yang dimainkan menambah kesibukan mereka. Â
Hal inilah yang membuat para pria ini galau gundah merana untuk mencukur rambutnya yang sudah memanjang. "Besok aja deh" pikir mereka, eh besoknya aktivitas mereka malah nambah bejibun. "Minggu aja deh, biar santai". Lha pas harinya datang mereka malah tidur pulas gak bangun-bangun.Â