Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bayangan yang Memudar

24 November 2017   16:28 Diperbarui: 24 November 2017   16:40 1589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Time is never time at all

You can never ever leave

Without leaving a piece of youth.

Seorang gadis awal 19, berbalut sneakers low-end,  jeans belel, kemeja flanel, dan gelang kaki biru pudar bertemu dengan seorang pemuda,  akhir 18, tangguh diantara sneakers high-end, jeans robek lutut, kaus oblong, dan gelang persahabatan berwarna hijau.

Sebuah  album ganda, The Smashing Pumpkins, Mellon Collie and The Infinite Sadness berpindah tangan.

Pemuda itu tersenyum simpul lalu berkata "dengarkan saja", sementara sang gadis yang membiarkan rambutnya teracak angin sore itu tersenyum manis dan berkata "pasti".

Gadis itu tertawa lepas bagai menemukan sesuatu yang pernah hilang ketika mendengarkan isi dua album yang menyatu menjadi satu. Suara sengau Billy Corgan, dentuman lincah penggebuk drum  Jimmy Chamberlin, petikan gitar James Iha, dan suara cabikan bass yang dalam dari D'archy Wretzky menggenapi semua rasa yang tak jua lelah melintas. Nuansa biru gelap nan klasik dan sebentuk gambar hati menuntaskan semua rasa.

Tonight tonight.

Gadis itu memutarnya lagi, lagi, dan lagi. Mendengarkan alunan musik orkestra yang keluar dari pelantang suara sambil melamunkan hal-hal hebat yang pernah dan mungkin akan terjadi.

And our lives are forever changed

We will never be the same

The more you change, the less you feel.

Namun semuanya mendadak hilang ditelan kegelisahan. 

Pemuda itu merancau, meradang dan tersenyum masam.  Semua berubah dalam sekejap, terlihat kilat di matanya.

And you know you ' re never sure

But you 're sure you could be right.

Pemuda  itu bimbang, memandangi gelas kosongnya dengan gelisah.  Kiri atau kanan, benar atau salah, baik atau buruk.

Believe in me as I believe in you.

Gadis itu berusaha meyakinkan, walau tak pernah tahu pasti ada apa di balik semua itu. Yang ia tahu bahwa hidup tidaklah selalu adil. Ia lelah.

Pemuda itu kembali dengan senyumnya yang pernah hilang.

Tonight tonight so bright.

Tapi terlambat sudah. Semua telah berbeda, mereka berbeda.

We 're not the same, we' re different.

Tak ada yang dapat merubah saat-saat yang tak terelakkan.

Pemuda itu berteriak,

"The impossible is possible tonight."

Gadis itu berbisik, "Possible is impossible tonight."

Pemuda itu menatap sang gadis dari kejauhan.  Semuanya telah berakhir dalam lautan ego yang tak kuasa mereka padamkan.

Sementara gadis itu memeluk erat syair-syair yang pernah ia dengarkan, berharap dapat memeluk erat bayangan yang semakin memudar.

***

*Di petik dari nomor milik Smashing Pumpkins, Tonight Tonight.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun