Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

D'names #3: Tak Biasa

19 Juli 2016   15:34 Diperbarui: 29 Juli 2016   19:24 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hati ke empat pemuda yang belum saling kenal  itu ketar ketir karena hari ini adalah saatnya Ospek Gabungan. Mereka berempat yang duduk di bangku bis yang sama telah di terima di perguruan tinggi yang sama pula. Nasib, takdir atau mestakung. Yang pasti semua itu adalah rahasia Tuhan. Off the record. Kedepannya di ketahui bahwa Ujang dan Leo berada di jurusan yang sama. Sedangkan Levi dan Xana berada di jurusan yang lain nya yang mana tidak sama satu sama lain karena mereka sama sama tidak ada minat berada di jurusan yang sama begitulah kira kira agar sama sama dimengerti.

Kemarin Ujang mendengarkan dongeng Ambu tentang ospek yang beliau jalani dahulu. Cerita horor yang membuat Ujang tak bisa minum cendol dengan bahagia. 

***

Ujang terlihat gelisah, bolak balik ia melihat jam tangan  digitalnya. Sementara Leo yang secara tak terduga duduk di sampingnya telah tertidur pulas dengan kepala terkulai di bahunya ... lagi. Mendadak Ujang jadi teringat kepada penyanyi kesukaan Ambu nya, Tommy Page dengan lagunya yang berjudul a shoulder to sleep on eh cry on.

Ini orang hobi banget sih tidur di kendaraan umum. Ujang menggerutu dalam hati nya yang seluas samudra, tak selebar daun kelor.

Lain hal nya dengan Leo. Yang ada dalam kamus hidup Leo hanyalah dua hal. Menciptakan sesuatu dan tidur. Ketika menciptakan sesuatu ia ketiduran, dan ketika tidur ia menciptakan sesuatu berupa jajaran pulau yang sambung menyambung menjadi satu. Rupanya Ujang cukup waspada, ketika kepala Leo mulai merunduk bagai padi siap panen ke bahunya, ia dengan sigap mengalasi bahu nya dengan kertas yang ia sobek dari buku tulis nya. Ia tak ingin kemeja teteron putih polos nya tiba tiba berubah bentuk menjadi bermotif. Aib.

Akhirnya mereka berempat sampai juga ke tujuan. Gerbang kampus terlihat angkuh menyambut mereka yang tak lama lagi akan mendapatkan berondongan hukuman bak peluru dari Remington yang dimuntahkan Lake, anak buah Bruce Willis.  Ujang merinding, Levi tersenyum, Xana girang dan Leo menguap lebar.

***

Melihat ratusan teman barunya yang telah berbaris rapi di lapangan membuat Ujang tertunduk lesu, antara tak bersemangat dan gemetar karena takut kena hukuman, komplikasi akut. Berbeda dengan Levi yang langsung memainkan jemarinya, berhitung dengan metode jarimatika. Jeans, T shirt, sweater, jacket, topi, sneakers, dan banyak barang niaga lain mulai memenuhi otaknya.

"Wow, pasar yang sangat keren." Levi kegirangan.

Sementara Xana, mulai melakukan pemanasan yang tak perlu. Xana memang atlet yang penuh dedikasi dalam setiap kesempatan dan peristiwa. Hanya Leo yang tak melakukan dan merasakan apa apa. Santai dan hambar, bagai sayur tanpa garam yang di letakkan di tepian pantai.

Kini mereka berempat telah berada di tengah lapangan, di bariskan oleh para senior yang tergabung dari berbagai jurusan. Ujang menundukan kepalanya dalam. Ia tak sanggup menatap wajah para senior yang kini saling memperlihatkan daftar nama di atas meja dada yang mereka bawa.

Sementara itu Leo jelalatan memperhatikan banyak sepatu kets yang semua anyaman talinya di bawah rata rata alias biasa biasa saja. Di depan mereka terlihat dua orang senior wanita tengah berbisik bisik sambil mengarahkan pandangannya dengan telak ke arah Ujang.

Bukannya senang, Ujang malah begidik.

Levi sadar apa yang tengah terjadi di hadapannya, ia melirik Ujang dan tiba tiba berbisik.

"Muka kau itu komoditas ekspor impor yang bisa kau manfaatkan. Cerdik cerdiklah sedikit ya." Levi menyenggol bahu Ujang sambil terkikik kecil.

"Teman teman baru ku senasib sependeritaan,  sepertinya saat ini adalah waktunya pemanasan. Sebentar lagi kita pasti di suruh push up, sit up, skot jump, backroll, koproll, salto, sprint 200 meter, lompat galah, lempar cakram, lempar lembing, lempar kawan de el el." Xana memperingatkan ketiga teman barunya.

"Bener juga tuh, tapi kalau aku sih gak perlu. Santai aja lah kayak di pantai. " Leo nyengir.

Setelah saling tunjuk meja dada, dibarengi dengan kerutan di kening, senyum simpul, wajah penuh teka teki, dan ekspresi bingung lainnya. Para senior yang berjumlah 10 orang itu menghampiri mereka berempat.

Ujang protes dalam hatinya. Ini tidak fair, empat banding sepuluh. Yang empat pasti bakal mati gaya.

Seorang senior pria yang lagaknya paling di segani, bergaya sok tahu dan kejam bak algojo di depan tiang gantungan tiba tiba menunjuk Levi.

"Heh, Ujang. Maju kesini."

Levi yang di tunjuk melongo sambil celingukan kepada ke tiga teman baru nya.

"Saya kak?" Levi  menunjuk hidungnya.

"Iya kamu, pasti kamu kan yang namanya Ujang?"

Di tengah kebingungan Levi, Ujang maju.

"Bukan kamu Levi Strauss. Tapi Ujang Bedog." Mata senior itu melotot bak petai tua matang di pohon.

"Tapi saya yang ..." Ujang berusaha menerangkan namun di acuhkan. Senior itu bergerak ke arah Xana.

"Dafinci, maju." Lagi lagi senior itu menunjuk orang yang salah.

"Tapi saya bukan... "

Leo nyengir ke arah Xana, lalu memberi isyarat dengan dagunya agar Xana maju.

"Hmm, senior sok tahu." batin Leo dalam hati.

"Ehm. Oke. Kalian terlambat, dan kami tidak menerima alasan apapun. Dengan senang hati kami akan memberi kalian hukuman."

"Ujang push up 20, Levi Strauss sit up 20, Dafinci jalan jongkok 5 balikan dan Xanana Gusmao, kombinasi ke tiganya 10 kali."

Lalu mereka berempat pun Melakukan apa yang senior mereka perintahkan sesuai dengan nama yang di sebutkan.

Sang senior yang bernama kak Ardi itu terlihat kebingungan, empat senior lain sama bingungnya, tiga tersenyum sambil geleng geleng kepala dan dua lagi kasak kusuk memperhatikan ujang bak memperhatikan kakak pembina pramuka sedang bersemapur.

"Berhenti." Kak Ardi berteriak nyaring. "Kalian tuli?"

Empat pemuda itu menggeleng bersamaan.

"Lantas kenapa kalian tidak memperhatikan perintah saya?"

Ujang menatap nanar kak Ardi, Leo susah payah menahan tawa, Levi memperhatikan bandana seniornya yang kelihatnya kurang bermutu sedangkan Xana sudah tidak sabar untuk melanjutkan aksi akrobatis nya.

"Hukuman jadi dua kali lipat. Lakukan."

Xana senang bukan alang kepalang.

"Tapi kak, ini tidak fair. Kakak yang salah kok kami kena hukuman lagi." Leo mulai tak sabar.

Kak Ardi melotot lagi. "Kamu berani sama saya?"  Hidung Leo di tunjuk tunjuk.

"Maaf kak. Kakak salah tunjuk orang. Dia bukan saya, saya bukan dia. Sedangkan dia bukan dia, dan sebaliknya dia juga bukan dia seperti yang kakak maksud." Levi berkata dengan gaya ngerap penjaja obat kaki lima sambil tunjuk sana sini yang membuat kak Ardi dan senior lainnya ternganga.

Sebelum kak Ardi tambah muntab, tiga senior maju dan mulai memeriksa kertas di meja dada masing masing. Lalu mulai melakukan yang harusnya mereka lakukan sebelum hal hal aneh tadi berlangsung yang membuat kak Ardi muntab pangkat tiga.

"Xanana Handayani Gusmao."

Xana maju. Sepuluh senior itu menatap tak bekedip. Dua tumbang.

"Leonardo Dafinci S."

Leo maju. Delapan senior terbelalak, dua lagi tumbang.

"Ujang Bedog K T."

Ujang maju. Dua geleng kepala, dua bengong, dua berbinar binar lalu tumbang.

Sekarang tinggal satu yang tersisa di hadapan para senior yang rata rata sok tahu itu.

"Levi Johann Strauss K." bisik sang pengabsen pasrah.

Levi maju.Empat tumbang, habis tak bersisa.

Levi kecewa, gagal promosi bandana.

Akhirnya yang sepuluh mati gaya. Dan empat pemuda yang saling melemparkan senyum itu kini dapat bernafas lega, karena hukuman mereka di putihkan menyusul sepuluh senior yang masih merasa shock karena tak percaya kepada daftar absensi dan penampakan dari keempat junior mereka.

Dan peristiwa itulah awal dari persahabatan di antara empat anak muda yang mempunyai nama tak biasa.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun