Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Lingkaran Lima #11 : Salah Jurusan

23 Juni 2016   21:33 Diperbarui: 3 Agustus 2016   16:20 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu yang pake baju item." Teriak Bu Mel gahar.

"Che, bu Mel nunjuk elu." bisik Arya sambil nyikut gue.

Gue celingukan, garuk kepala. Bagai pembawa acara Cerdas Cermat di TVRI, Bu Mel melemparkan pertanyaan yang dahsyat ke gue.

Gue sih tenang tenang aja, yang blingsatan malah si Arya. Kelakuan Arya itu udah kayak peserta kelompencapir dari desa tertinggal yang tak percaya diri karena teman di sampingnya kurang latihan dan wawasan. Mungkin Arya gak mau tercoreng mukanya duduk di sebelah orang kurang berwawasan kayak gue. Dia takut beasiswa supersemar yang sedang dalam proses pengajuan gagal total karena adanya pengaruh buruk dari lingkungan dan teman.

Tapi pertanyaan bu Mel, gue tangkis dengan kekuatan smash ala Liem Swie King. Bu Mel terbelalak, kenapa anak yang di sangkanya tidur dan di duganya cowok itu bisa menjawab benar dengan suara mezzo sopran. Hipotesa bu Mel langsung tepar. Arya menghembuskan nafas lega. Sedangkan gue merasa lucky aja kayak Lucky Luke, Hoki kayak baso tahu, dan beruntung kayak Untung sepupunya Donald Duck. Karena saat itu sebenernya gue memang gak merhatiin materi kuliah bu Mel. Tapi Tuhan memang maha pengasih dan maha penyayang. Sesaat sebelum Bu Mel melancarkan pertanyaan, gue sekilas iseng baca satu alinea di diktat yang terbuka lebar di hadapan gue. Dan alinea itu bagaikan tim SAR yang telah menyelamatkan gue dari angkara murka dosen berwajah dingin sedingin kulkas yang di taro di Alaska.

Kalo gue yang gak tidur di sangka tidur. Maka beruntunglah nasib dua temen gue yang tidur tapi gak terlihat tidur. Dua orang ini adalah pakarnya kamuflase wajah. Bersenjatakan kacamata minus masing masing dan kekuatan otot badan untuk tetap duduk tegak, mereka bisa lolos pergi ke alam mimpi.

Mereka ini salah satunya adalah sahabat lingkaran lima gue, Susan. Satu lagi adalah Andri, sang atlet basket. Kalo Susan ngantuk terus tidur wajar, karena rumahnya sama jauhnya dengan gue jadi bangunnya kepagian. Sedangkan Andri bener bener gak wajar. Kenapa? Karena dia adalah seorang atlet basket yang otomatis rajin berolahraga. Menurut Sandy, penyebab orang ngantukan alias pengen merem terus adalah stress, sakit, tidak bahagia, dan jarang olahraga. Nah, satu sebab pun gak ada yang cocok sama si Andri. Dia gak pernah stress karena kerjaannya makan pisang, dari pisang Cavendish yang mahal sampe pisang klutuk yang diogahin banyak orang kecuali tukang rujak. Pisang adalah salah satu makanan anti stres karena mengandung asam triptopthan yang bisa berubah kayak ksatria baja hitam tapi yang ini menjadi serotonin yaitu zat yang bisa memperbaiki suasana hati bukan suasana kacau di bumi. Kalo sakit dan gak bahagia kayaknya sih enggak juga secara dia terlahir dalam keluarga empat sehat lima sempurna, sehat walafiat lahir dan bathin.

"Dia itu jarang menghadirkan pancaran energi gamma dalam dirinya." begitu kata Sandy waktu gue cerita tentang si Andri.

"Pancaran energi gamma?" gue bengong. Yang gue tau cuma pancaran sinar patromax sama pengantar minum racun doang.

"Iya, jadi kurang bersemangat gitulah."

"Memangnya dari mana kita bisa dapet si energi gamma itu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun