Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Di Titik Nol Kilometer

27 Mei 2016   14:12 Diperbarui: 27 Mei 2016   18:00 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gadis itu kembali memegangi perutnya. Pikirannya langsung berlari ke Jalan Malioboro di mana ada sebuah tempat makan yang haram untuk dilewatkan. Enda tak pernah absen mengajak Freya untuk menikmati pecel senggol di depan Pasar Beringharjo. Tumpukan aneka macam sayuran menjadi satu ditata di atas piring beralas daun pisang. Bayam, kacang panjang, kol, kecambah, daun pepaya, bunga pepaya, kenikir, bunga turi dan kecipir diberi siraman saus kacang kental yang mengeluarkan aura kelezatan tersendiri. Ditemani dengan tahu bacem serta sate udang cukuplah mengenyangkan perut Freya yang berkapasitas kecil.

Setelah pecel tandas, Enda biasanya segera membawa dua gelas minuman kesukaannya, yaitu es dawet. Dawetnya yang berwarna hijau berpadu serasi dengan santan kental dan es batu yang suhunya membuat gelas di tangannya berembun.

Freya sesekali menatap diam-diam wajah Enda dari balik gelas yang ia hirup isinya. Enda selalu menarik dalam segala kesempatan. Tak peduli butiran keringat muncul dari dahinya atau rambutnya yang acak-acakan. Entah sejak kapan Freya merasakan ada rasa aneh menggelitik hatinya ketika menatap Enda. Perasaan itu datang tiba-tiba tanpa diminta. Tak bisa dihalau, menetap bagaikan karat yang menggerogoti pagar besinya.

Freya mengenal Enda sedari SMA. Dapat dikatakan mereka bersahabat. Selepas SMA Freya dan Enda berpisah karena orang tua Enda berpindah tugas ke kota ini. Namun, mereka kerap bertemu apabila liburan semester tiba, karena Freya sering mengunjungi budenya yang tinggal di daerah sekitaran Tegalrejo.

***

Gadis berkulit putih itu mengikat rambutnya membentuk ekor kuda. Enda belum juga muncul. Freya menatap kawasan yang dipenuhi dengan bangunan lama nan menawan. Bila malam tiba tempat ini selalu ramai dikunjungi orang. Dari muda-mudi yang kasmaran sampai kakek-nenek yang ingin mengenang indahnya masa muda.

Freya belum pernah berlama lama khusus untuk menikmati semua keindahan yang ada di sini, karena Enda lebih suka mengajaknya berjalan-jalan menyusuri Jalan Malioboro. Pemuda itu tak segan menggiring Freya untuk mengaduk aduk isi Pasar Beringharjo. Memasuki butik-butik batik, melihat-lihat berbagai aksesoris unik di emperan toko, menikmati ice cream cone yang dibeli di salah satu restoran fastfood terkenal untuk dibawa nongkrong di anak tangga sebuah mall. Dan yang tak pernah terlewat adalah berkeliling di dalam sebuah toko yang menyediakan banyak barang souvenir menarik.

"Fre, kamu tahu. Aku senang mengajak kamu ke tempat ini karena kamu selalu menemukan barang-barang yang kerap membuatku menjadi seperti alien." Enda tertawa memamerkan gigi gingsulnya.

Di tempat itulah Freya terkadang mengintip wajah rupawan Enda dari celah-celah rak dan barang-barang yang tersusun rapi di atasnya.

Belum pernah Freya memiliki teman laki-laki layaknya Enda. Pemuda itu teramat baik, penuh perhatian, dan menyenangkan. Walaupun berjauhan, mereka tetap menjalin komunikasi yang baik. Berkirim surat atau sekedar menelepon saling bertanya kabar. Bahkan Enda tak pernah lupa akan hari ulang tahunnya, begitu pun sebaliknya.

Kali ini Enda berjanji akan mengajak Freya menikmati suasana malam di alun-alun, melintasi celah pohon beringin kembar, makan nasi kucing di angkringan dan gudeg Wijilan. Apabila waktu mengijinkan, pemuda itu juga akan mengajak Freya untuk menikmati Oseng oseng mercon yang pedasnya dapat membuat air mata bercucuran. Tapi ke manakah gerangan Enda. Sampai detik ini dia belum muncul juga. Freya mulai gelisah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun