Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Balado[a] Jengkol

23 Mei 2016   16:17 Diperbarui: 23 Mei 2016   18:17 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sutil di tangannya bergerak lincah di antara bumbu balado nya. Ia teringat ucapan bu Amir, bahwa ciri bumbu telah matang adalah ditandai oleh berpisah nya bumbu dengan minyak. Nah saat itulah rombongan jengkol yang berbentuk eksotis dapat di masukan ke dalam wajan. Lalu Dela menuangkan air dan membiarkan jengkol berenang disana hingga bumbunya meresap.

Saat tengah mengaduk masakannya, sang juri favorit menghampirinya. Dela mendadak salah tingkah. Ia harus terlihat profesional di depan sang juri kesayangan. Dengan gaya sok nge Chef nya, Dela memasukan bumbu yang tidak ada dalam catatan resep yang ia hafalkan tadi. Minyak wijen, kecap inggris, kecap ikan dan kecap manis yang di sediakan panitia, lolos semua masuk ke dalam wajan. Lima ibu pendukungnya menjerit histeris, namun tidak di gubris oleh Dela. Karena ia lebih menggubris sang juri tampan yang kini ada di hadapannya.

Setelah di tinggalkan sang juri Dela memandangi tangannya yang masih mengepal botol kecap manis. Dela blingsatan. Sementara hitungan mundur telah mencapai angka 1. Dela tak tahu bagaimana nasib rasa jengkol baladonya.

***

Waktunya penjurian. Rasanya Dela ingin segera pulang karena ia tidak mau mendapati kenyataan bahwa olahan jengkol nya paling tidak enak diantara semua peserta.

“Wes ndak apa apa mbak Del, yang penting acara tujuh belasan ini jadi meriah karena hadirnya mbak Del.”

“Iya, mbak Del. Kami senang loh mbak Del ikutan acara ini. Ternyata mbak Del itu punya bakat masak kayak mama. Di ajari sebentar aja langsung bisa.” Bu Gian merangkul Dela hangat.

“Wah ide pak RW ini memang dahsyat ya bu ibu, para gadis jadi gak sembunyi terus di rumah. Jadi kenal sama tetangga tetangganya, iya kan?” Kata Bu Aris semringah.

“Iya, di samping itu tanaman jengkol di kebun kebun kita jadi lebih di kenal oleh banyak orang.” Seru bu Ali gembira.

Pak RW sukses dengan ke antimainstreaman nya. Dela tersenyum.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun