Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lingkaran Lima #7 : Kosan Horor

29 Maret 2016   14:08 Diperbarui: 11 Juni 2024   13:50 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan yang bikin gue eneg adalah baunya. Bau yang lebih parah dari bau taik ayam punya tetangga. Gak salah lagi ini kaos kaki Keni. Mendadak gue berasa jadi Remington Steel, detektif untuk kasus milik gue sendiri. Gue simpen satu barang bukti.

***

Kali ini gue dan Ratna menginvansi kamar Juli, kebetulan yang punya kamarnya lagi asik main bola di kampus. Kayak biasa kamar cowok ceking itu acak-acakan bukan kepalang. 

Ratna lagi sibuk masukin VCD ke disk drivenya waktu mata gue nangkep benda kayak walkman tergeletak di pojokan kamar. Sebagai pecinta walkman tingkat dewa gue utak-atik tu barang yang ternyata bukan walkman. Eh tapi ada kaset di dalamnya, dengan gaya celamitan gue langsung pencet tombol play, dan apa yang keluar dari kotakan itu? Suara ketawa hihihi yang langsung bikin Ratna teriak histeris. Lagi-lagi komunikasi antar mata gue sama mata Ratna terjadi.

Terkumpul sudah dua alat bukti, saatnya melakukan penangkapan terhadap Keni dan Juli.

***

Juli teriak "objection" berkali-kali, katanya apa yang gue tuduhin cuma bullshit dan mumbo jumbo semata. Tapi sebagai jaksa penuntut umum, tim forensik, saksi ahli sekaligus korban, gue liat ada yang gak beres dengan pembelaan Juli. 

Giliran Ratna yang membombardir Keni. Dia ini sama aja, kompak banget kayak para pemain bola klub Sriwijaya asal daerah mereka. 

Menurut Keni, dia gak tau kenapa kaos kakinya bisa ada di lipetan mukena gue. Kalo masalah mukena, katanya ada temen Juli yang dateng dan pinjem. Temen? Temen yang mana? Juli punya temen cewek misterius? Sejak kapan? Gue corat-coret BAP nya si Juli.

"Nah, alat perekam itu, punya temen si Keni yang kuliah di fikom, cewek yang pinjem mukena lu itu." Juli pasang tampang meyakinkan ala penyiar acara dunia dalam berita di tivi.
"Kata Keni, itu temen lu, gimana sih?"
"Eh hmm iya temen gue juga sih, satu kampung gitu." Juli gelagapan kayak sedang tenggelam di kolam renang.


Jawaban mereka berdua ini berbelit-belit udah kayak anakonda yang lagi ngunci mangsanya. Karena gini terus menerus lama-lama, gue dan Ratna muntab juga. Akhirnya kita cuma bisa pasrah aja, cepat atau lambat pasti mereka kena batunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun