Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Hujan

1 Maret 2016   18:57 Diperbarui: 2 Maret 2016   02:12 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aruna menerobos hujan yang sangat lebat. Memasuki pusarannya, berharap hujan bersedia membasuh semua luka hatinya. Tapi hujan hanya bisa menyamarkan air mata yang jatuh satu per satu di pipinya. Selebihnya hujan tidak peduli lagi dengannya. Aruna menapaki jalan berkerikil itu dengan tubuh yang basah kuyup.

Seseorang menatap nanar dari balik lensa kameranya.

"Pagar itu telah roboh. Bukan karena angin, akan tetapi karena hujan."

***

Aruna memandang langit. Seperti biasa awan hitam telah hadir untuk mengunjunginya. Tetes hujan mulai menyapanya dengan riang. Aruna mengeluarkan payung hitamnya dan ia buka dengan segera. Lalu ia pun bernaung dibawahnya. Hujan tak akan pernah lagi menahannya.

[caption caption="sumber : fizdannadzif"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun