Dengan modal tersebut, kita nantinya bisa menyewa apaato (kosan) di baik di kota Tokyo ataupun dipinggiran, juga sebagai modal awal ketika kita belum mendapatkan pekerjaan di periode awal kedatangan.
Lalu, di mana saya akan tinggal selama satu tahun ke depan?
RooftopÂ
Beruntungnya, saya mendapat tumpangan untuk tinggal bersama senior saya. Ketika itu, kita belum pernah ketemu satu sama lain sebelumnya.Â
Ketika saya baru sampai Jepang, di situ pula kita baru pertama kali bertemu. Pengenalan yang sangat singkat, tapi beliau dengan besar hati menerima saya, meskipun keberadaan saya di apaato beliau bisa disebut ilegal.
Pada umumnya, apaato di Tokyo menerapkan kebijakan di mana satu apaato hanya bisa dihuni oleh satu orang. Jadi jangan heran jika bangunannya tidak luas, karena memang di design untuk satu orang.Â
Namun, ada beberapa jenis apaato yang menyediakan ruang kecil seperti rooftop di dalamnya. Fungsinya, sebagai gudang atau tempat menyimpan perabotan.Â
Tingginya kurang dari 1 meter. Sehingga, untuk berdiri pun tidak bisa. Paling mentok, kita hanya bisa rebahan ataupun duduk. Di tempat inilah saya harus tinggal.
Pada saat itu, cuaca sedang tidak begitu dingin. Suhu rata-rata kurang lebih 10 derajat celcius. Ketika itu Jepang sedang mengalami musim semi (perpindahan dari musim dingin ke musim panas).Â
Bagi saya yang baru pertama kali merasakan empat musim, cuaca ketika itu sungguh terasa dingin. Apalagi, di rooftop terdapat ventilasi yang cukup panjang. Panjangnya melebihi satu badan saya (lebih dari 150 cm). Pas sekali udara dingin langsung menjalar masuk ke seluruh tubuh. Padahal, saya sudah memakai baju double dan dilapisi selimut.Â
Asisten Rumah Tangga