Mohon tunggu...
Ika Nurhasanah
Ika Nurhasanah Mohon Tunggu... Lainnya - https://www.kompasiana.com/ikanurhasanah

mahasiswa, guru. Medan, Indonesia ikanurhassanah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sejarah Istanbul (Turki)

28 Juli 2020   23:23 Diperbarui: 28 Juli 2020   23:24 1571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tak kenal dengan negara dua benua ini? Negara yang diapit oleh benua Eropa dan Asia atau yang sering dikenal dengan Eurasia. Tak hanya itu, negara ini merupakan negara Islam yang sangat besar penganutnya. Negara yang menganut sklurisme dengan membedakan antara kebijakan kepemerintahan dan Islam.

Tahu kah kamu? Sebelum terbentuknya negara Turki yang amanat Indah dan memiliki kota bersejarah Islam. Dahulunya Istanbul (Turki) merupakan ibu kota kerajaan Romawi Timur, yang bernama Konstatinopel.

Konstatinopel sendiri sebelumnya merupakan sebuah kota yang bernama Binzantium yang terletak di Selat Bospourus oleh Konstantain, Kaisar Romawi yang di maksudkan untuk menjadi ibu kota kerajaannya yang baru, kerajaan Romawi.

Ketika kerajaan Romawi terbelah menjadi dua, Romawi Barat dan Romawi Timur pada tahun 395 M. Konstatinopel menjadi ibu kota Romawi Timur. Sedangkan ibu kota Romawi Barat jatuh ke tangan bangsa Goth pada tahun 476 M.

Dengan demikian, Konstatinopel bertahan selama seribu tahun kemudian sampai ditangan Sultan Turki Usmani yang berhasil ditaklukkan pada tahun 1453 dan menjadikannya sebagai ibu kota kerajaan yang baru.

Jauh sebelum Turki Usmani di bawah Sultan Muhammad Al-Fatih berhasil menaklukkan Konstatinopel, para pemimpin Islam sejak zaman Khalifahurasyidin, Khalifah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah telah berusaha untuk menaklukkan Konstanitopel. Namun takdir menghendaki lain, dan pada masa Kerajaan Turki Usmani usaha tersebut berhasil di taklukkan.

Setelah Muhammad Al-Fatih menjadikan Istanbul sebagai ibu kota kerajaan Turki Usamani, ia melakukan penataan hal-ihwal orang-orang kristen Yunani (Romawi). Dalam penantaan tersebut ia memberikan kebebasan pada pihak gereja, seperti yang di lakukan para pendahulunya dan mengakui agama lain sesuai dengan ajaran Islam yang menghormati keyakinan suatu agama.

Sebagaimana kekuasaan yang telah di lakukan oleh Muhammad Al-Fatih menjadikan kerajaan Turki Usmani dengan ibu kota Istanbul merupakan sebuah negara adi daya pada masa jayanya.

Dengan kekuasaan yang meliputi sebagian besar Eropa Timur, Timur Tengah dan Afrika. Tak hanya itu, Istana juga terletak di daerah ini. Pada masa itu gelar khalifah di berlakukan untuk raja-raja sebuah kerajaan Islam.

Istanbul sebagai ibu kota negara Turki pada masa kerajaan Muhammad Al-Fatih, disinilah tempat berkembangnya kebudayaan Turki yang mengadopsi perpaduan bermacam-macam kebudayaan. Tak hanya itu, bangsa Turki Usmani banyak mengambil ajaran etika dan politik dari bangsa Persia.

Turki juga suka berasimilasi dan senang bergaul dengan bangsa lain. Untuk bidang kemiliteran dan kepemerintahan, kebudayaan Binzatium banyak mempengaruhui kerajaan Turki Usmani.

Namun jauh sebelumnya, mereka berasimilasi dengan bangsa-bangsa tersebut, sejak pertama kali mereka masuk Islam, bangsa Arab sudah menjadi guru mereka dalam bidang agama, ilmu, prinsip-prinsip kemasyarakatan, dan Hukum. Bahkan huruf Arab dijadikan huruf resmi kerajaan.

Dalam kepemerintahan, kekuasaan tertinggi memang berada di tangan Sultan, akan tetapi roda pemerintahan dijalankan oleh Shadr Al-A'zham (Perdana Menteri) yang berkedudukan di ibu kota. Jabatan-jabatan penting, termasuk perdana menteri, seringkali justru di serahkan kepada orang-orang asal Eropa, dengan syarat menyatakan diri secara formal masuk Islam.

Sedangkan dalam bidang Arsitektur, masjid-masjid dibangun. Masjid merupakan suatu ciri dari sebuah kota Islam, tempat kaum Muslimin mendapat fasilitas lengkap untuk menjalankan ibadah. Gereja Aya Sophia, setelah penaklukkan diubah menjadi sebuah masjid yang agung yang terpenting di Istanbul.

Selain itu, terdapat masjid-masjid lainnya seperti Masjid Agung Al-Muhammadi atau Masjid Agung Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Abu Ayyub Al-Anshari (tempat pelantikan para sultan Usmani), Mesjid Bayazid dengan gaya Persia, dan Masjid Al-Qanuni.

Disamping berdirinya masjid-masjid yang di bangun, para sultan juga mendirikan istana-istana dan vila-vila yang megah, sekolah, asrama, rumah sakit, panti asuhan, penginapan, pemandian umum, pusat-pusat tarekat, dan lain sebagainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun