Mohon tunggu...
Ika Maya Susanti
Ika Maya Susanti Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pemilik blog https://www.blogimsusanti.com

Lulusan Pendidikan Ekonomi. Pernah menjadi reporter, dosen, dan guru untuk tingkat PAUD, SD, dan SMA. Saat ini menekuni dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Menyehatkan Finansial saat Ramadan untuk Tipe Ekonomi Serba PAS

19 Maret 2024   22:32 Diperbarui: 20 Maret 2024   01:02 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: dokumen pribadi

Bagi kebanyakan teori finansial, kondisi keuangan yang sehat adalah jika kita bisa melakukan saving atau investasi, punya dana darurat, punya anggaran keuangan, dan sebagainya.

Namun semuanya itu termentahkan jika bertemu dengan tipe ekonomi PAS. Pas ada kebutuhan, pas ada uang. Uang baru ada jika suatu kebutuhan muncul.

Jangankan mau menggunakan uang dengan pos-pos pengeluaran yang sudah ditetapkan. Untuk orang tipe PAS, pengeluaran yang mendesak saja harus dipilah-pilih, mana yang paling utama mendesak, dan mana yang mendesak tapi masih bisa ditunda dulu penyelesaiannya.

Pengalaman Ada dalam Kondisi Ekonomi Tipe PAS

Kebetulan, akhir-akhir ini saya dan suami sedang berada dalam kondisi ekonomi tipe PAS. Pas ada kebutuhan, barulah uang pas ada.

Dalam beberapa waktu terakhir, kami bahkan pernah dalam kondisi hanya pegang uang recehan tak sampai lima ribu rupiah.

Jangan ditanya bagaimana paniknya kami saat itu. Apalagi jika urusannya dengan kebutuhan makan anak-anak.

Tapi ndilalah, kok ya selalu saja ada rezekinya. Terutama ya urusan makannya anak-anak. Entah itu ada rezeki pemberian dari kakek neneknya, atau dari orang lain.

Momen ini membuat saya pribadi jadi sadar, Allah itu bersama hamba-hamba yang yakin. 

Seperti di teori-teori motivator Law of Attraction. Cukup yakin, hindari panik. Teorinya mudah. Tapi aplikasinya seperti sport jantung naik roller coaster.

Sementara itu sejak awal Ramadan, sebetulnya saya sudah mengingatkan suami, andai ada rezeki, bagaimana jika kita juga berbagi makanan ke tetangga sekitar. Istilahnya, megengan.

Tapi ya begitulah. Rezeki untuk bisa ikutan megengan itu bubar sudah. Kami menjadi orang yang banyak menerima pemberian dari tetangga sana sini. 

Cukup sedih sebetulnya. Tapi ya mau bagaimana lagi. Kami tidak punya dana untuk ikutan megengan waktu itu.

Sementara itu, beberapa bulan sebelum Ramadan, sebetulnya saya sudah memikirkan apa saja yang bakal masuk dalam kategori pos pengeluaran.

Hal utama yang saya pikirkan adalah pengeluaran untuk tradisi tinjo dan amplop lebaran untuk anak-anak saudara.

Kegiatan tinjo adalah tradisi silaturahmi kepada sanak saudara yang lebih tua, sambil membawa bingkisan untuk mereka. Umumnya berupa sembako.

Sedangkan amplop untuk anak-anak saudara, besar harapan yang ada, saya tidak mengurangi jatah uang amplop punya anak-anak. 

Biasanya jika kondisi sedang pas, saya sampai memutar uang dalam amplop yang diterima anak-anak lho. Jadi yang diterima anak-anak, saya masukkan amplop lagi untuk diberikan ke anak-anak saudara yang lain.

Jangankan berpikir alokasi untuk takjil setiap hari, alokasi untuk baju baru lebaran. Untuk hal yang utama banget saja, saya harus benar-benar putar otak.

Agar Finansial Tetap Sehat di Bulan Ramadan, Meski Kondisinya Pas

"Tapi kan ada THR? Ada gaji ke-13?"

Bagi yang berujar demikian mungkin belun tahu ya, jika ada orang-orang di dunia ini yang mata pencahariannya bukan pegawai lho. Tidak ada yang namanya terima THR atau gaji plus plus.

Nah, orang-orang tipe ini apalagi yang kondisinya serba pas tadi, tidak akan bisa jika menerapkan berbagai teori finansial terkait budgeting.

Saya sendiri akhirnya mengakali agar finansial tetap sehat di bulan Ramadan meski kondisinya serba pas dengan cara berikut.

1.  Jalur langit

Seperti yang pernah saya tuliskan di postingan Arti Bersyukur, bahwa jalur langit ini benar-benar saya habis-habisan lakukan ketika bulan Ramadan. Mulai dari membuat jurnal syukur hingga membuat jurnal Law of Attraction.

Dalam jurnal syukur, berkali-kali saya menuliskan betapa besar rasa syukur saya untuk hal yang mungkin terkesan remeh-temeh, tapi bagi saya itu sungguh besar sekali maknanya.

Mulai dari diberikan kesehatan untuk sekeluarga, hidup rukun damai bahagia setiap harinya, anak-anak bisa makan dan terpenuhi kebutuhannya, itu buat saya hal yang benar-benar sangat saya syukuri sekali

Sedangkan dalam jurnal Law of Attraction, saya menuliskan hal-hal yang begitu saya harapkan ada dan datang dalam kehidupan saya. Semua itu begitu saya syukuri, saya rasakan kebahagiaan saat menerimanya, seakan-akan itu benar-benar sudah menjadi nyata

Beberapa hal tersebut misalnya bisa punya uang untuk tinjo, bisa punya uang untuk amplop anak-anak saudara, serta bisa memenuhi kebutuhan setiap harinya.

Saya Tuliskan satu demi satu dengan membayangkan begitu bahagianya saya saat tahu semua itu sudah menjadi nyata.

Tentunya jalur langit yang paling utama adalah ketika kita melakukan salat Qiyamul Lail. Waktu qiyamul lail adalah momen saat kita bisa meminta apapun dari Allah.

Jangan lupa, iringi juga dengan keyakinan bahwa hal itu akan Allah kabulkan.

2. Memutar segala yang didapat untuk hal yang paling mendesak

Dari pengalaman sebelumnya cara memutar apa yang sudah kita terima ini adalah siasat saya untuk bisa memenuhi segala kebutuhan lainnya.

Misalnya jika mendapat bingkisa tinjo berupa sembako dari sanak saudara yang lebih muda, maka biasanya saya dan suami akan memutarnya untuk jadi bahan tinjo ke sanak saudara lain yang lebih tua.

Prinsip inilah yang juga kami terapkan untuk urusan amplop lebaran, seperti yang telah tadi saya ceritakan

3. Membelanjakan uang dengan rem ketat meski sedang ada kelebihan dana

Tentunya yang namanya ekonomi pas tidak melulu setiap hari dan setiap waktu selalu pas. Akan ada masanya di mana saya dan suami mendapatkan rezeki yang lebih dari untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Jika sedang mendapat rezeki lebih seperti ini, biasanya benar-benar kami siasati untuk dialokasika ke kebutuhan lain yang tingkat mendesaknya tidak terlalu genting

Jadi agar financial tetap sehat selama bulan Ramadan, bagi siapapun yang punya ekonomi PAS adalah, ya memang harus pintar-pintar menyiasati ketika mendapat rezeki sekecil apapun.

Selain itu kebutuhan prioritas juga harus lebih didahulukan. Mana yang lebih penting dan genting, itulah yang mendapatkan prioritas sangat lebih utama dibandingkan kebutuhan mendesak lainnya.

Dengan cara inilah saya dan suami memiliki kondisi finansial selama Ramadan yang sehat dan ramping, meski bisa dibilang tidak terlalu 'gemuk' sehatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun