Jika ada yang ingin segera mendapatkan hajat sesegera mungkin, banyak orang sudah membuktikan, bahwa Ramadan adalah momen tepat untuk kita meminta kepada Allah. Itulah yang pernah saya alami untuk urusan jodoh.
Di umur saya yang waktu itu sudah 32 tahun, saat banyak teman sudah memiliki pasangan dan anak, saat itu saya masih saja melajang. Bagi mereka yang berada dalam kondisi lama melajang pastiah paham bagaimana rasanya.
Apalagi jika berada di momen lebaran. Tak hanya keluarga, siapapun yang kita datangi untuk bersilaturahmi kebanyakan akan bertanya, "Kapan menikah?"
Sejujurnya, sebelum-sebelumnya saya sungguh kesal dengan pertanyaan ini. Pertanyaan 'kapan menikah' itu ibarat sesuatu yang memertanyakan takdir di masa depan yang kita sendiri pun tidak tahu kapan datangnya. Serupa dengan pertanyaan 'kapan punya anak' atau bahkan 'kapan meninggal'!Â
Saat itu posisi saya sedang bekerja merantau jauh dari keluarga. Di hari-hari menjelang lebaran, saya sudah bisa menduga jika pertanyaan ini akan datang kembali. Tapi uniknya, di waktu itu saya sudah ada di titik punya jawaban solutif.
Waktu itu saya bertekad, jika sampai ada yang menanyakan 'kapan menikah', maka saya justru akan menodong balik dengan permintaan bantuan untuk dicarikan calon suami. Awal tujuannya untuk bercanda, seperti mereka pun yang menanyakan 'kapan menikah' sebagai candaan. Tapi di sisi lain, saya serius minta dicarikan calon suami.
Memanfaatkan Ramadan sebagai Momentum untuk Berdoa
Ada yang membedakan ramadan terakhir saya melajang waktu itu dengan sebelum-sebelumnya. Awal mulanya, saat itu saya sudah dikenalkan seorang pria yang merupakan teman dari teman kerja ibu saya di rumah sakit.Â
Waktu itu saya hanya beberapa kali saling kirim sms dengan pria yang dikenalkan ke saya tersebut. Uniknya, hanya pria ini yang menyanggupi untuk datang langsung ke rumah dan bertemu orang tua saya saat saya mudik berlebaran di kampung halaman.
Sebelum-sebelumnya memang saya pernah dekat dengan beberapa pria. Namun tak ada satu pun yang berani langsung menemui orang tua saya di rumah.Â
Ini sebetulnya bagian dari doa saya yang makin deras saya panjatkan ketika bulan Ramadan. Pinta saya waktu itu, hanya orang yang memang jodoh saya saja yang akan berani langsung ke rumah dan bertemu orang tua.Â
Dan pria itu benar-benar ada. Hanya dia orang yang berani datang ke rumah dan bertemu orang tua saya. Padahal, baru kali itu kami bertemu langsung. Sebelum-sebelumnya pun kami hanya berkirim sms tanpa ada obrolan penting sama sekali.
Usai lebaran, ia berjanji akan melamar saya. Saya akhirnya mengundurkan dari pekerjaan saya di rantau, pulang ke rumah, sebulan kemudian dilamar, dan tiga bulan kemudian menikah. Total jarak antara awal berkenalan hingga menikah pun hanya berlangsung kurang dari setahun.
Jika diingat-ingat, rasanya seperti sesuatu yang memang kun fayakun takdir Allah. Di bulan Ramadan waktu itu, saya hanya berdoa dan berdoa, dengan permintaan yang saya serahkan semuanya sesuai kehendak Allah.Â
Saya sudah pasrah dengan takdir kapan saya bisa menikah, saya menikah dengan siapa, dan sebagainya. Tapi justru di titik ketika kita sudah menyerahkan segalanya sesuai kehendak Allah, Ia benar-benar membalikkan waktu dengan takdir yang datang begitu cepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H